Rabu, 24 Mei 2017

Pengulangan "Pewahyuan Ayat-ayat Al-Quran" Kepada Masih Mau'ud a.s. Membuktikan Kesempurnaan "Wahyu-wahyu Al-Quran" yang Diwahyukan Kepada Nabi Besar Muhammad Saw.



Bismillaahirrahmaanirrahiim

“ARBA’IN”

ARBA’IN LI-ITMÂMIL HUJJAH ‘ALAL MUKHALLIFÎN
(Empat Puluh Risalah, Menyempurnakan Argumen Bagi Para Penentang)

  Karya

  Mirza Ghulam Ahmad a.s.
(Al-Masih Al-Mau’ud a.s.   -- Al-Masih yang Dijanjikan a.s.)


Bagian 27

ARBA’ÎN KE III

PENGULANGAN  PEWAHYUAN AYAT-AYAT  AL-QURAN KEPADA     MASIH MAU’UD A.S. MEMBUKTIKAN KESEMPURNAAN WAHYU-WAHYU AL-QURAN  YANG DIWAHYUKAN ALLAH SWT. KEPADA NABI BESAR MUHAMMAD SAW.

Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

D
alam akhir  Bab sebelumnya   telah dikemukakan topik     Nubuatan   Pengakuan Bersalah  Para Penentang Masih Mau’ud a.s.. Mengenai hal tersebut Masih Mau’ud a.s. bersabda:
       “Dia berfirman lagi: (Wahyu bahasa Arab)  artinya:
 “Dan mereka berkata: “Ini hanya tipuan dan orang ini menghancurkan agama.” Katakanlah: “Kebenaran sudah datang dan kepalsuan sudah hilang.” Katakanlah: “Sekiranya hal ini bukan dari Allah kamu akan menemukan banyak pertentangan di dalamnya, yaitu kamu tidak akan menemukan bukti dukungan untuk itu sebagai Perkataan Tuhan. Dia-alah Yang mengutus rasul-Nya [yaitu hamba yang lemah ini]  dengan petunjuk dan   agama yang benar serta memperbaharui akhlak.”
      Katakanlah: “Sekiranya aku membuat-buat, aku akan menanggung dosanya, yakni aku  yang akan binasa. Dan siapakah yang lebih aniaya daripada orang yang berbuat dusta terhadap Allah? Ini adalah wahyu Allah Yang Maha Kuasa dan Maha Kasih supaya engkau memperingatkan mereka yang nenek-moyangnya tidak diberi peringatan, dan supaya engkau mengundang mereka untuk menerima kebenaran.”

Kenabian Buruzi (Zhilli – Bayangan) Masih Mau’ud a.s.

    Wahyu-wahyu Ilahi yang  diterima oleh Masih Mau’ud a.s. tersebut pada hakikatnya merupakan pengulangan wahyu Al-Quran kepada Nabi Besar Muhammad Saw., sebab  walau pun  Masih Mau’ud a.s. dan Nabi Besar Muhammad saw.  berlainan jasad  tetapi dari segi jiwa (ruhani) keduanya  sama, yaitu seperti  seorang orang yang berdiri di depan sebuah cermin maka menjadi dua wujud (1) wujud asli, (2) wujud bayangan.
       Kenabian (kerasulan) yang disandang Masih Mau’ud a.s.  seperti itu – sebagai buah ketaatan sempurna kepada Nabi Besar Muhammad saw. (QS.3:32) -- dinamakan  kenabian buruzi (zhilli – bayangan), sebagaimana firman-Nya:
قُلۡ  اِنۡ کُنۡتُمۡ تُحِبُّوۡنَ اللّٰہَ فَاتَّبِعُوۡنِیۡ یُحۡبِبۡکُمُ اللّٰہُ وَ یَغۡفِرۡ لَکُمۡ ذُنُوۡبَکُمۡ ؕ وَ اللّٰہُ غَفُوۡرٌ  رَّحِیۡمٌ ﴿﴾   قُلۡ اَطِیۡعُوا اللّٰہَ وَ الرَّسُوۡلَ ۚ فَاِنۡ تَوَلَّوۡا فَاِنَّ اللّٰہَ  لَا یُحِبُّ الۡکٰفِرِیۡنَ ﴿﴾
Katakanlah:  Jika kamu benar-benar mencintai Allah maka ikutilah  aku,  Allah pun akan mencintai kamu dan akan mengampuni dosa-dosa kamu. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.”  Katakanlah:   Taatilah Allah dan Rasul ini”, kemudian jika mereka berpaling maka ketahuilah sesungguh-nya Allāh tidak mencintai orang-orang kafir. (Âli-‘Imran [3]:32-33).
      Ayat 32  dengan tegas menyatakan bahwa sejak diutusnya Nabi Besar Muhammad saw. tujuan memperoleh kecintaan Ilahi  tidak mungkin terlaksana kecuali dengan mengikuti  beliau saw.: فَاتَّبِعُوۡنِیۡ یُحۡبِبۡکُمُ اللّٰہُ  -- “maka ikutilah  aku,  Allah pun akan mencintai kamu.
           Selanjutnya ayat ini melenyapkan kesalahpahaman yang mungkin dapat timbul dari QS.2:63 bahwa sekedar beriman kepada adanya Tuhan dan alam akhirat saja sudah cukup untuk memperoleh najat (keselamatan). Itulah sebabnya selanjutnya Allah Swt. berfirman:
قُلۡ اَطِیۡعُوا اللّٰہَ وَ الرَّسُوۡلَ ۚ فَاِنۡ تَوَلَّوۡا فَاِنَّ اللّٰہَ  لَا یُحِبُّ الۡکٰفِرِیۡنَ ﴿﴾
Katakanlah:   Taatilah Allah dan Rasul ini”, kemudian jika mereka berpaling maka ketahuilah sesungguhnya Allah tidak mencintai orang-orang kafir. (Ali-‘Imran [3]:33).

Empat Martabat Ruhani Bagi Para Pengikut Hakiki Nabi Besar Muhammad Saw.

     Ada pun rincian derajat (martabat) ruhani dari orang-orang yang mendapat kecintaan Allah Swt. – sebagai buah dari kepatuh-taatan kepada Nabi Besar Muhammad saw. – tersebut Allah Swt. berfirman:
وَ مَنۡ یُّطِعِ اللّٰہَ وَ الرَّسُوۡلَ فَاُولٰٓئِکَ مَعَ الَّذِیۡنَ اَنۡعَمَ اللّٰہُ عَلَیۡہِمۡ مِّنَ النَّبِیّٖنَ وَ الصِّدِّیۡقِیۡنَ وَ الشُّہَدَآءِ وَ الصّٰلِحِیۡنَ ۚ وَ حَسُنَ اُولٰٓئِکَ رَفِیۡقًا ﴿ؕ﴾  ذٰلِکَ الۡفَضۡلُ مِنَ اللّٰہِ ؕ وَ کَفٰی بِاللّٰہِ عَلِیۡمًا ﴿٪﴾
Dan  barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul ini maka mereka akan termasuk di antara  orang-orang  yang Allah memberi nikmat kepada mereka مِّنَ النَّبِیّٖنَ وَ الصِّدِّیۡقِیۡنَ وَ الشُّہَدَآءِ وَ الصّٰلِحِیۡنَ  -- yakni: nabi-nabi, shiddiq-shiddiq, syahid-syahid, dan orang-orang shalihوَ حَسُنَ اُولٰٓئِکَ رَفِیۡقًا --  dan mereka  itulah sahabat yang sejati. ذٰلِکَ الۡفَضۡلُ مِنَ اللّٰہِ ؕ وَ کَفٰی بِاللّٰہِ عَلِیۡمًا   --  Itulah karunia dari Allah,  dan cukuplah Allah Yang Maha Mengetahui. (An-Nisā [4]:70-71).
          Ayat ini sangat penting sebab ia menerangkan semua jalur kemajuan ruhani yang terbuka bagi kaum Muslimin. Keempat martabat keruhanian —  nabi-nabi, shiddiq-shiddiq, syahid-syahid, dan orang-orang shalih — kini semuanya dapat dicapai hanya dengan jalan mengikuti  Nabi Besar Muhammad saw.   Hal ini merupakan kehormatan khusus bagi  Nabi Besar Muhammad saw.   semata.
     Tidak ada nabi lain menyamai beliau saw. dalam perolehan nikmat ini. Kesimpulan itu lebih lanjut ditunjang oleh ayat yang membicarakan nabi-nabi secara umum dan mengatakan: “Dan orang-orang yang beriman kepada Allah dan para rasul-Nya, mereka adalah orang-orang shiddiq dan saksi-saksi di sisi Tuhan mereka” (QS.57: 20).
        Apabila kedua ayat ini dibaca bersama-sama maka kedua ayat itu berarti bahwa, kalau para pengikut nabi-nabi lainnya dapat mencapai martabat shiddiq, syahid, dan shalih dan tidak lebih tinggi dari itu, maka pengikut  Nabi Besar Muhammad saw.  dapat naik ke martabat nabi juga, yakni kenabian buruzi (zhilli – bayangan).
    Kitab “Bahr-ul-Muhit” (jilid III, hlm. 287) menukil Imam Al-Raghib yang mengatakan:
 “Tuhan telah membagi orang-orang beriman  dalam empat golongan dalam ayat ini, dan telah menetapkan bagi mereka empat tingkatan, sebagian di antaranya lebih rendah dari yang lain, dan Dia telah mendorong orang-orang beriman sejati agar jangan tertinggal dari keempat tingkatan ini.”
Dan membubuhkan bahwa:
Kenabian itu ada dua macam: umum dan khusus. Kenabian khusus, yakni kenabian yang membawa syariat, sekarang tidak dapat dicapai lagi; tetapi kenabian yang umum masih tetap dapat dicapai.”
Itulah makna firman Allah Swt.: 
وَ مَنۡ یُّطِعِ اللّٰہَ وَ الرَّسُوۡلَ فَاُولٰٓئِکَ مَعَ الَّذِیۡنَ اَنۡعَمَ اللّٰہُ عَلَیۡہِمۡ مِّنَ النَّبِیّٖنَ وَ الصِّدِّیۡقِیۡنَ وَ الشُّہَدَآءِ وَ الصّٰلِحِیۡنَ ۚ وَ حَسُنَ اُولٰٓئِکَ رَفِیۡقًا ﴿ؕ﴾  ذٰلِکَ الۡفَضۡلُ مِنَ اللّٰہِ ؕ وَ کَفٰی بِاللّٰہِ عَلِیۡمًا ﴿٪﴾
Dan  barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul ini maka mereka akan termasuk di antara  orang-orang  yang Allah memberi nikmat kepada mereka yakni: nabi-nabi, shiddiq-shiddiq, syahid-syahid, dan orang-orang shalih, dan mereka  itulah sahabat yang sejati.   Itulah karunia dari Allah,  dan cukuplah Allah Yang Maha Mengetahui. (An-Nisā [4]:70-71).

Pengulangan Pewahyuan Wahyu-wahyu Al-Quran

       Oleh karena itu wahyu-wahyu Ilahi yang diterima orang-orang suci di lingkungan umat Islam – terutama para wali Allah dan para mujaddid, termasuk Rasul Akhir Zaman, yaitu Imam Mahdi a.s. atau Masih Mau’ud a.s.  --    wahyu-wahyu Ilahi  yang diterimanya kebanyakan merupakan pengulangan wahyu-wahyu Al-Quran yang diwahyukan kepada Nabi Besar Muhammad saw., namun  dengan makna-makna sesuai tuntutan zaman para orang suci tersebut, termasuk di Akhir Zaman ini.
    Contohnya adalah wahyu Ilahi yang diterima Masih Mau’ud a.s. yang dikemukakan sebelum ini:
     “Dan mereka berkata: “Ini hanya tipuan dan orang ini menghancurkan agama.” Katakanlah: “Kebenaran sudah datang dan kepalsuan sudah hilang.” Katakanlah: “Sekiranya hal ini bukan dari Allah kamu akan menemukan banyak pertentangan di dalamnya, yaitu kamu tidak akan menemukan bukti dukungan untuk itu sebagai Perkataan Tuhan. Dia-alah Yang mengutus rasul-Nya [yaitu hamba yang lemah ini]  dengan petunjuk dan   agama yang benar serta memperbaharui akhlak.”
       Wahyu Ilahi tersebut merupakan pengulangan dari berbagai  wahyu Al-Quran kepada Nabi Besar Muhammad saw., misalnya :
      Tuduhan  para penentang Masih Mau’ud a.s.: “Dan mereka berkata: “Ini hanya tipuan dan orang ini menghancurkan agama,”  pada hakikatnya merupakan pengulangan dari wahyu-wahyu Al-Quran  mengenai tuduhan para penentang Nabi Besar Muhammad saw., contohnya Allah Swt. berfirman:
 وَ قَالَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡۤا اِنۡ ہٰذَاۤ اِلَّاۤ اِفۡکُۨ افۡتَرٰىہُ وَ اَعَانَہٗ عَلَیۡہِ قَوۡمٌ اٰخَرُوۡنَ ۚۛ فَقَدۡ جَآءُوۡ ظُلۡمًا وَّ زُوۡرًا ۚ﴿ۛ﴾  وَ قَالُوۡۤا اَسَاطِیۡرُ الۡاَوَّلِیۡنَ اکۡتَتَبَہَا فَہِیَ تُمۡلٰی عَلَیۡہِ  بُکۡرَۃً   وَّ اَصِیۡلًا ﴿﴾  قُلۡ اَنۡزَلَہُ الَّذِیۡ یَعۡلَمُ السِّرَّ فِی السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ ؕ اِنَّہٗ  کَانَ غَفُوۡرًا  رَّحِیۡمًا ﴿﴾  
Dan  orang-orang kafir berkata: “Al-Quran ini tidak  lain melainkan kedustaan yang ia telah  mengada-adakannya, dan  kepadanya kaum   lain telah membantunya.” Sesungguhnya   mereka telah berbuat zalim dan dusta.   Dan mereka berkata:  ”Al-Quran  adalah dongengan-dongengan  orang-orang dahulu, dimintanya supa-ya dituliskan lalu itu dibacakan kepa-danya pagi dan petang.”   Katakanlah: ”Diturunkannya  Al-Quran oleh Dzat Yang mengetahui rahasia seluruh langit dan bumi, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (Al-Furqān [25]:5-7).
      Kemudian wahyu Ilahi berupa jawaban Allah Swt. berkenaan  tuduhan terhadap Masih Mau’ud a.s.:  “Katakanlah: “Kebenaran sudah datang dan kepalsuan sudah hilang   merupakan pengulangan wahyu Al-Quran kepada Nabi Besar Muhammad saw. dalam Surah Bani Israil berikut ini, firman-Nya:
وَ قُلۡ جَآءَ الۡحَقُّ وَ زَہَقَ الۡبَاطِلُ ؕ اِنَّ الۡبَاطِلَ  کَانَ  زَہُوۡقًا ﴿﴾
Dan katakanlah:  Haq yakni kebenaran telah datang dan kebatilan telah lenyap,  sesungguhnya kebatilan itu pasti  lenyap.” (Bani Israil [17]:82). Lihat pula QS.21:19; QS.34:49-50.

Persesuaian Wahyu Ilahi Kepada Masih Mau’ud a.s. dengan Wahyu Al-Quran

       Selanjutnya wahyu Ilahi yang diterima Masih Mau’ud a.s.:  Katakanlah: “Sekiranya hal ini bukan dari Allah,  kamu akan menemukan banyak pertentangan di dalamnya, yaitu kamu tidak akan menemukan bukti dukungan untuk itu sebagai perkataan Tuhan merupakan pewahyuan ulang dari wahyu Al-Quran kepada Nabi Besar Muhammad saw. berikut ini,  firman-Nya:
اَفَلَا یَتَدَبَّرُوۡنَ الۡقُرۡاٰنَ ؕ وَ لَوۡ  کَانَ مِنۡ عِنۡدِ غَیۡرِ اللّٰہِ لَوَجَدُوۡا فِیۡہِ اخۡتِلَافًا کَثِیۡرًا ﴿﴾
Maka      tidakkah mereka ingin merenungkan Al-Quran? Dan seandainya  Al-Quran ini  berasal dari sisi yang bukan-Allah, niscaya mereka akan mendapati banyak pertentangan di dalamnya. (An-Nisa [4]:83).
         Makna “pertentangan” dapat mengacu kepada pertentangan-pertentangan dalam teks Al-Quran dan ajaran-ajaran yang terkandung di dalamnya; atau kepada ketidakadaan persesuaian antara nubuatan-nubuatan yang tersebut dalam Al-Quran dengan hasil atau penggenapan nubuatan-nubuatan itu.
      Demikian juga seandainya wahyu-wahyu Ilahi yang dikemukakan oleh Masih Mau’ud a.s. dalam berbagai karya tulis  beliau a.s.  – sebagaimana tuduhan para penentang beliau -- merupakan kedustaan yang dibuat-buat beliau  a.s. pasti akan terjadi kekacau-balauan atau pertentangan,  tetapi kenyataan membuktikan kebenaran wahyu-wahyu Ilahi yang diterima Masih Mau’ud a.s., misalnya mengenai kehinaan bahkan kematian  yang menimpa para penentang Masih Mau’ud a.s. sesuai nubuatan yang beliau a.s. kemukakan sebelumnya.
      Semuanya itu terjadi karena  Masih Mau’ud a.s. adalah benar-benar Rasul Akhir Zaman  yang kedatangannya ditunggu-tunggu dengan penuh harap oleh semua umat beragama, sebagaimana pernyataan  wahyu Ilahi selanjutnya kepada beliau a.s.: Dia-alah Yang mengutus rasul-Nya [yaitu hamba yang lemah ini]  dengan petunjuk dan   agama yang benar serta memperbaharui akhlak”  yang pada hakikatnya merupakan pengulangan wahyu Al-Quran berikut ini kepada Nabi Besar Muhammad saw., firman-Nya: 
ہُوَ الَّذِیۡۤ  اَرۡسَلَ  رَسُوۡلَہٗ  بِالۡہُدٰی وَ دِیۡنِ  الۡحَقِّ لِیُظۡہِرَہٗ  عَلَی الدِّیۡنِ کُلِّہٖ وَ لَوۡ  کَرِہَ  الۡمُشۡرِکُوۡنَ ٪﴿﴾
Dia-lah Yang mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk dan dengan agama yang benar supaya Dia meme-nangkannya atas semua agama,  walaupun orang musyrik tidak menyukai. (Ash-Shaf [61]:10). Lihat pula QS.9:33; QS.48:29.
   Kebanyakan ahli tafsir Al-Quran sepakat bahwa ayat ini kena untuk Al-Masih yang dijanjikan (Masih Mau’ud a.s.), sebab di zaman beliau a.s.  – yakni di Akhir Zaman ini  -- semua agama muncul  serta berlomba-lomba menyiarkan agama mereka masing-masing, dan keunggulan Islam di atas semua agama akan menjadi kepastian melalui perjuangan suci Masih Mau’ud a.s. dan Jemaat  beliau a.s. (Jemaat Muslim Ahmadiyah)  yang dipimpin secara berturut-turut oleh para Khalifatul Masih.

Nubuatan Pengakuan Kekeliruan Para Penentang Masih Mau’ud a.s.

     Demikian juga wahyu Ilahi yang diterima Masih Mau’ud a.s. mengenai pengakuan kesalahan para penentang beliau  selanjutnya pada hakikatnya  merupakan pengulangan pewahyuan Al-Quran:
“Mungkin Allah akan segera memberi (menimbulkan) persahabatan di antara engkau dengan mereka yang bermusuhan dengan engkau.[1] [Dia] mempunyai kekuasaan melakukan apa saja yang Dia kehendaki. Mereka akan bersimpuh-sujud sambil berdoa: “Tuhan, ampunilah kami, kami bersalah.” Hari ini kamu tidak dipersalahkan. Allah akan meیَّngampuni kamu  dan Dia paling pengasih daripada yang pengasih.”
             Senanda  dengan wahyu Ilahi tersebut Allah Swt. berfirman dalam Al-Quran berkenaan saudara-saudara Nabi Yusuf a.s. yang kemudian mengakui kesalahan yang telah mereka lakukan kepada Nabi Yusuf a.s., firman-Nya:
قَالَ ہَلۡ عَلِمۡتُمۡ مَّا فَعَلۡتُمۡ بِیُوۡسُفَ وَ اَخِیۡہِ   اِذۡ  اَنۡتُمۡ  جٰہِلُوۡنَ ﴿﴾ قَالُوۡۤا ءَاِنَّکَ لَاَنۡتَ یُوۡسُفُ ؕ قَالَ اَنَا یُوۡسُفُ وَ ہٰذَاۤ  اَخِیۡ ۫ قَدۡ مَنَّ اللّٰہُ عَلَیۡنَا ؕ اِنَّہٗ  مَنۡ ـتَّقِ وَ یَصۡبِرۡ  فَاِنَّ اللّٰہَ  لَا  یُضِیۡعُ  اَجۡرَ  الۡمُحۡسِنِیۡنَ ﴿﴾ قَالُوۡا تَاللّٰہِ لَقَدۡ اٰثَرَکَ اللّٰہُ عَلَیۡنَا وَ  اِنۡ کُنَّا لَخٰطِئِیۡنَ ﴿﴾ قَالَ لَا تَثۡرِیۡبَ عَلَیۡکُمُ الۡیَوۡمَ ؕ یَغۡفِرُ اللّٰہُ  لَکُمۡ ۫ وَ ہُوَ اَرۡحَمُ الرّٰحِمِیۡنَ ﴿﴾
Ia, Yusuf, berkata:  “Apakah kamu mengetahui apa yang telah ka-mu lakukan terhadap Yusuf dan saudaranya ketika kamu berbuat jahil kepadanya?”   Mereka berkata: “Apakah engkau ini Yusuf?” Ia berkata:  “Ya, aku adalah Yusuf dan ini saudaraku, sungguh Allah telah melimpahkan karunia atas kami. Sesungguhnya barangsiapa bertakwa dan bersabar maka sesungguhnya   Allah   tidak akan me-nyia-nyiakan ganjaran orang-orang yang berbuat ihsan.”  Mereka berkata:  “Demi Allah, sungguh Allah benar-benar telah melebihkan engkau di atas kami dan se-sungguhnya kami benar-benar  orang-orang yang bersalah.”   Ia berkata: “Tidak ada celaan bagi kamu pada hari ini, semoga Allah mengampuni kamu, dan Dia-lah Yang Paling Penyayang dari semua penyayang. (Yusuf [12]:90-93).

Musuh Sengit Setelah Beriman Akan Menjadi Sahabat Karib

     Senanda dengan firman Allah Swt. tersebut dalam surah lain Allah Swt. berfirman:
عَسَی اللّٰہُ  اَنۡ یَّجۡعَلَ  بَیۡنَکُمۡ وَ بَیۡنَ الَّذِیۡنَ عَادَیۡتُمۡ  مِّنۡہُمۡ  مَّوَدَّۃً ؕ وَ اللّٰہُ قَدِیۡرٌ ؕ  وَ  اللّٰہُ  غَفُوۡرٌ  رَّحِیۡمٌ ﴿﴾
Boleh jadi kelak Allah akan menjadikan kecintaan di atara kamu dan di antara orang-orang yang saat ini  kamu bermusuhan dengan mereka, karena Allah Maha Kuasa, dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. (Al-Mumtahanah [60]:8).
   Ayat ini mengandung kabar gaib. Kepada para sahabat Nabi Besar Muhammad saw.  diberitahukan bahwa mereka dianjurkan supaya menghentikan segala perhubungan bersahabat dengan musuh-musuh agama mereka, walaupun musuh itu mungkin keluarga sendiri yang mempunyai pertalian darah sangat dekat sekalipun (QS.58:23).
Namun larangan itu ditetapkan berlaku untuk jangka waktu singkat saja,  Sebab waktu itu telah kian mendekat dengan cepat  ketika musuh-musuh bebuyutan itu akan menjadi sahabat-sahabat mesra (QS.41:34-36), yaitu ketika kemudian mereka beriman kepada Rasul Allah yang sebelumnya mereka  dustakan dan tentang yakni mereka menyambut seruan  Rasul Allah tersebut (QS.3:191-195; QS.17:50-53).
Perintah pemutusan perhubungan  dengan orang-orang kafir  dalam Al-Quran  berlaku hanya terhadap orang-orang kafir yang berperang terhadap kaum Muslimin seperti dinyatakan dalam ayat berikutnya (QS.60:910). Perhubungan bersahabat dengan semua orang-orang bukan Islam yang tidak berperang terhadap Islam tidak dilarang.

Perumpamaan Kedekatan Nabi Besar Muhammad Saw. Dengan Allah Swt.

Demikian juga wahyu Ilahi selanjutnya yang diterima Masih Mau’ud a.s.  sesuai dengan berbagai  wahyu Al-Quran:
 “Aku adalah Allah maka sembahlah Aku [dan jangan melupakan Aku] dan berupayalah mencapai-Ku, dan berdoalah kepada Tuhan engkau dan rajinlah berdoa. Allah adalah Sahabat dan Penyayang. Dia mengajarkan Al-Quran, dan perkataan   apa yang akan kamu ikuti selain Al-Quran?
      Kami telah menurunkan rahmat atas hamba ini. Ia tidak bicara dengan kehendaknya sendiri, apa pun yang kamu dengar itu adalah wahyu dari Tuhan. Ia menghampiri Tuhan yaitu dinaikan, kemudian ia mencondongkan diri kepada manusia menyampaikan kebenaran sehingga seolah serupa dengan tali di antara dua busur  -- Tuhan di [lengkungan busur] atas dan makhluk berada di [lengkungan busur] bawah.”
         Senanda dengan wahyu-wahyu Ilahi tersebut dalam Al-Quran Allah Swt. berfirman mengenai kedekatan Allah Swt. dengan Nabi Besar Muhammad saw.:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ﴿﴾ وَ النَّجۡمِ   اِذَا ہَوٰی  ۙ﴿﴾ مَا ضَلَّ صَاحِبُکُمۡ  وَ مَا غَوٰی ۚ﴿﴾  وَ مَا یَنۡطِقُ عَنِ  الۡہَوٰی  ؕ﴿﴾ اِنۡ  ہُوَ   اِلَّا  وَحۡیٌ   یُّوۡحٰی  ۙ﴿﴾عَلَّمَہٗ  شَدِیۡدُ الۡقُوٰی  ۙ﴿﴾ ذُوۡ مِرَّۃٍ ؕ  فَاسۡتَوٰی  ۙ﴿﴾ وَ ہُوَ  بِالۡاُفُقِ الۡاَعۡلٰی ؕ﴿﴾ ثُمَّ  دَنَا فَتَدَلّٰی ۙ﴿﴾  فَکَانَ قَابَ قَوۡسَیۡنِ  اَوۡ اَدۡنٰی  ۚ﴿﴾ فَاَوۡحٰۤی  اِلٰی عَبۡدِہٖ  مَاۤ  اَوۡحٰی  ﴿ؕ﴾ مَا کَذَبَ الۡفُؤَادُ  مَا  رَاٰی  ﴿﴾
Aku baca  dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang.   Demi bintang  apabila  jatuh. Tidaklah sesat sahabat kamu dan tidak pula keliru, dan ia sekali-kali tidak berkata-kata menuruti keinginannya.  Perkataannya itu tidak lain melainkan wahyu yang diwahyukan. Tuhan Yang Mahakuat Perkasa mengajarinya,     Pemilik Kekuatan, lalu  Dia bersemayam  di atas ‘Arasy, dan Dia mewahyukan Kalam-Nya ketika ia, Rasulullah, berada di ufuk tertinggi.  Kemudian ia, Rasulullah, mendekati Allah, lalu Dia kian dekat kepadanya,  maka jadilah ia, seakan-akan, seutas tali dari dua buah busur,  atau lebih dekat lagi.  Lalu Dia mewahyukan kepada hamba-Nya apa yang telah Dia wahyukan.  Hati Rasulullah sekali-kali tidak berdusta apa yang dia lihat.  (An-Najm [53]:1-12).
       Karena pada dasarnya pengutusan  Masih Mau’ud as. di Akhir Zaman ini bukan hanya  sebagai penggenapan kedatangan  para rasul Allah  kedua kali yang ditunggu-tunggu oleh semua umat Bergama  dengan nama (sebutan) yang berlainan, bahkan merupakan pengutusan kedua kali Nabi Besar Muhammad saw. saw. secara ruhani (QS.62:3-4)., karena itu sebagaimana   wahyu-wahyu Al-Quran terbukti kebenarannya pada masa Nabi Besar Muhammad saw., demikian pula halnya dengan wahyu-wahyu Ilahi yang diterima oleh Masih Mau’ud a.s. pun terbukti kebenarannya, firman-Nya:
  ہُوَ الَّذِیۡ  بَعَثَ فِی  الۡاُمِّیّٖنَ  رَسُوۡلًا مِّنۡہُمۡ  یَتۡلُوۡا عَلَیۡہِمۡ  اٰیٰتِہٖ  وَ  یُزَکِّیۡہِمۡ وَ  یُعَلِّمُہُمُ  الۡکِتٰبَ وَ  الۡحِکۡمَۃَ ٭ وَ  اِنۡ کَانُوۡا مِنۡ  قَبۡلُ  لَفِیۡ ضَلٰلٍ  مُّبِیۡنٍ ۙ﴿﴾  وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ  لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ  الۡعَزِیۡزُ  الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾  ذٰلِکَ فَضۡلُ اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ یَّشَآءُ ؕ وَ اللّٰہُ  ذُو الۡفَضۡلِ الۡعَظِیۡمِ ﴿﴾
Dia-lah Yang telah membangkitkan di kalangan bangsa yang buta huruf seorang  rasul dari antara mereka, yang membacakan kepada mere-ka Tanda-tanda-Nyamensucikan mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah walaupun sebelumnya mereka berada dalam kesesatan yang nyata, وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ  لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ  الۡعَزِیۡزُ  الۡحَکِیۡمُ  --  Dan juga akan membangkitkannya pada kaum lain dari antara mereka, yang belum bertemu dengan mereka. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana. ٰ Itulah karunia Allah, Dia menganugerahkannya kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah mempunyai karunia yang besar. (Al-Jumu’ah [62]:3-6).

Jaminan Pertolongan Allah Swt.

       Ada pun jaminan Allah Swt. berkenaan perjuangan suci  para rasul-Nya  walau pun menghadapi “berbagai makar buruk” yang dapat memindahkan gunung-gunung  sekali pun  (QS.14:47-63), Dia berfirman: 
اِنَّ  الَّذِیۡنَ یُحَآدُّوۡنَ اللّٰہَ وَ رَسُوۡلَہٗۤ اُولٰٓئِکَ فِی  الۡاَذَلِّیۡنَ ﴿﴾ کَتَبَ اللّٰہُ  لَاَغۡلِبَنَّ  اَنَا وَ  رُسُلِیۡ ؕ اِنَّ اللّٰہَ  قَوِیٌّ عَزِیۡزٌ ﴿﴾ لَا تَجِدُ قَوۡمًا یُّؤۡمِنُوۡنَ بِاللّٰہِ وَ الۡیَوۡمِ الۡاٰخِرِ  یُوَآدُّوۡنَ مَنۡ حَآدَّ اللّٰہَ وَ رَسُوۡلَہٗ  وَ لَوۡ کَانُوۡۤا  اٰبَآءَہُمۡ  اَوۡ اَبۡنَآءَہُمۡ  اَوۡ  اِخۡوَانَہُمۡ  اَوۡ عَشِیۡرَتَہُمۡ ؕ اُولٰٓئِکَ  کَتَبَ فِیۡ قُلُوۡبِہِمُ الۡاِیۡمَانَ وَ اَیَّدَہُمۡ  بِرُوۡحٍ مِّنۡہُ ؕ وَ یُدۡخِلُہُمۡ جَنّٰتٍ تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِہَا الۡاَنۡہٰرُ خٰلِدِیۡنَ  فِیۡہَا ؕ رَضِیَ اللّٰہُ  عَنۡہُمۡ وَ رَضُوۡا عَنۡہُ ؕ اُولٰٓئِکَ حِزۡبُ اللّٰہِ ؕ اَلَاۤ اِنَّ  حِزۡبَ اللّٰہِ ہُمُ الۡمُفۡلِحُوۡنَ ﴿٪﴾  
Sesungguhnya orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya mereka itu termasuk orang-orang yang sangat hina.   Allah telah menetapkan: “Aku dan rasul-rasul-Ku  pasti akan menang.”  Sesungguhnya Allah Maha Kuat, Maha Perkasa.  Engkau tidak akan mendapatkan suatu kaum yang menyatakan beriman kepada Allah dan Hari Akhir tetapi mereka mencintai orang-orang yang memusuhi Allah dan Rasul-Nya,   walau pun mereka  itu bapak-bapak mereka atau anak-anak mereka atau saudara-saudara mereka ataupun keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang di dalam hati mereka Dia telah menanamkan iman dan Dia telah meneguhkan mereka dengan ilham dari Dia sendiri, dan Dia akan memasukkan mereka ke dalam kebun-kebun yang  di bawahnya mengalir sungai-sungai. Mereka kekal  di dalamnya. رَضِیَ اللّٰہُ  عَنۡہُمۡ وَ رَضُوۡا عَنۡہُ ؕ اُولٰٓئِکَ حِزۡبُ اللّٰہِ ؕ اَلَاۤ اِنَّ  حِزۡبَ اللّٰہِ ہُمُ الۡمُفۡلِحُوۡنَ --  Allah ridha kepada mereka dan mereka ridha kepada-Nya. Itulah golongan Allah. Ketahuilah, sesungguhnya golongan Allāh  itulah orang-orang yang berhasil.  (Al-Mujadilah [58]:21-22).
     Sesuai dengan pernyataan Allah Swt. dalam Al-Quran tersebut demikian juga Masih Mau’ud a.s. pun mendapat jaminan pertolongan Allah Swt. dalam misi sucinya untuk mewujudkan kejayaan Islam kedua kali di Akhir Zaman ini (QS.61:10):
“Biarlah Aku sendiri berhadapan dengan  mereka yang mendustakan engkau. Aku berdiri bersama  Rasul-Ku. Hari-Ku akan menjadi Peradilan besar. Engkau berada pada jalan lurus. Kami akan menunjukkan (memperlihatkan) kepada engkau sebagian dari urusan mereka atau kami akan mewafatkan engkau dan menyempurnakan janji sesudahnya. Aku akan mengangkat engkau kepada-Ku, yaitu kenaikan kepada Tuhan akan dibuat  baik di dunia dan pertolongan-Ku akan datang kepada engkau. Sesungguhnya Aku adalah Tuhan  Pemilik  sulthan (Tanda/dalil yang  menaklukkan hati serta membawa mereka ke dalam penguasaan-Nya).”

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
                                                                              ***
Pajajaran Anyar,  24 Mei   2017




[1] Ini satu hal yang sangat tak mungkin, bahwa semua orang akan menerimaku, sebab menurut ayat: Wa lidzālika khalaqahum (dan untuk itulah mereka diciptakan) dan ayat wa ja’ilul- ladzīna- taba-‘uka fawqal- ladziina kafarū ilā yawmil- qiyāmah – (dan menjadikan orang-orang yang mengikuti engkau di atas mereka yang kafir hingga hari kiamat). Jika dikatakan semuanya akan beriman adalah suatu pertentangan yang jelas. Jadi yang dimaksud di sini adalah orang-orang yang menolong.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Persamaan "Sunnatullaah" Mengeai "Kebinasaan Para Pendusta" Atas Nama "Allah Swt." Dalam "Al-Quran" Dengan "Sunnatullaah" Dalam "Kitab-kitab Ilhami"Dalam "Bible"

Bismillaahirrahmaanirrahiim “ARBA’IN” ARBA’IN LI-ITMÂMIL HUJJAH ‘ALAL MUKHALLIFÎN (Empat Puluh Risalah, Menyempurnakan Argu...