Bismillaahirrahmaanirrahiim
“ARBA’IN”
ARBA’IN LI-ITMÂMIL HUJJAH ‘ALAL MUKHALLIFÎN
(Empat Puluh Risalah, Menyempurnakan Argumen Bagi Para Penentang)
Karya
Mirza Ghulam Ahmad
a.s.
(Al-Masih Al-Mau’ud a.s.
-- Al-Masih yang Dijanjikan a.s.)
Bagian 27
ARBA’ÎN KE III
PENGULANGAN
PEWAHYUAN AYAT-AYAT AL-QURAN KEPADA
MASIH
MAU’UD A.S. MEMBUKTIKAN KESEMPURNAAN WAHYU-WAHYU
AL-QURAN YANG DIWAHYUKAN
ALLAH SWT. KEPADA NABI BESAR MUHAMMAD SAW.
Oleh
Ki Langlang Buana
Kusuma
D
|
alam akhir Bab sebelumnya telah dikemukakan topik Nubuatan Pengakuan Bersalah Para Penentang
Masih Mau’ud a.s.. Mengenai hal
tersebut Masih Mau’ud a.s. bersabda:
“Dia
berfirman lagi: (Wahyu bahasa Arab) artinya:
“Dan
mereka berkata: “Ini hanya tipuan dan orang ini menghancurkan agama.”
Katakanlah: “Kebenaran sudah datang dan kepalsuan sudah hilang.” Katakanlah:
“Sekiranya hal ini bukan dari Allah kamu akan menemukan banyak pertentangan di
dalamnya, yaitu kamu tidak akan menemukan bukti dukungan untuk itu sebagai
Perkataan Tuhan. Dia-alah Yang mengutus rasul-Nya [yaitu hamba yang lemah
ini] dengan petunjuk dan agama yang benar serta memperbaharui
akhlak.”
Katakanlah: “Sekiranya aku membuat-buat, aku akan menanggung dosanya,
yakni aku yang akan binasa. Dan siapakah
yang lebih aniaya daripada orang yang berbuat dusta terhadap Allah? Ini adalah
wahyu Allah Yang Maha Kuasa dan Maha Kasih supaya engkau memperingatkan mereka
yang nenek-moyangnya tidak diberi peringatan, dan supaya engkau mengundang
mereka untuk menerima kebenaran.”
Kenabian Buruzi
(Zhilli – Bayangan) Masih Mau’ud a.s.
Wahyu-wahyu
Ilahi yang diterima oleh Masih Mau’ud a.s. tersebut pada
hakikatnya merupakan pengulangan wahyu
Al-Quran kepada Nabi Besar Muhammad Saw., sebab walau pun
Masih Mau’ud a.s. dan Nabi Besar Muhammad saw. berlainan jasad tetapi dari segi jiwa (ruhani) keduanya sama,
yaitu seperti seorang orang yang berdiri di depan sebuah cermin maka menjadi dua wujud (1) wujud asli, (2) wujud
bayangan.
Kenabian
(kerasulan) yang disandang Masih Mau’ud
a.s. seperti itu – sebagai buah ketaatan sempurna kepada Nabi Besar
Muhammad saw. (QS.3:32) -- dinamakan kenabian buruzi (zhilli – bayangan),
sebagaimana firman-Nya:
قُلۡ
اِنۡ کُنۡتُمۡ تُحِبُّوۡنَ اللّٰہَ فَاتَّبِعُوۡنِیۡ یُحۡبِبۡکُمُ اللّٰہُ
وَ یَغۡفِرۡ لَکُمۡ ذُنُوۡبَکُمۡ ؕ وَ اللّٰہُ غَفُوۡرٌ رَّحِیۡمٌ ﴿﴾
قُلۡ اَطِیۡعُوا
اللّٰہَ وَ الرَّسُوۡلَ ۚ فَاِنۡ تَوَلَّوۡا فَاِنَّ اللّٰہَ لَا یُحِبُّ الۡکٰفِرِیۡنَ ﴿﴾
Katakanlah: ”Jika kamu benar-benar mencintai Allah maka ikutilah aku, Allah
pun akan mencintai kamu dan akan
mengampuni dosa-dosa kamu. Dan Allah
Maha Pengampun, Maha Penyayang.” Katakanlah:
”Taatilah Allah dan Rasul ini”,
kemudian jika mereka berpaling maka ketahuilah
sesungguh-nya Allāh tidak mencintai
orang-orang kafir. (Âli-‘Imran [3]:32-33).
Ayat 32 dengan tegas menyatakan bahwa sejak diutusnya Nabi Besar Muhammad saw. tujuan
memperoleh kecintaan Ilahi tidak mungkin terlaksana kecuali dengan mengikuti
beliau saw.: فَاتَّبِعُوۡنِیۡ
یُحۡبِبۡکُمُ اللّٰہُ -- “maka
ikutilah aku, Allah
pun akan mencintai kamu.”
Selanjutnya ayat ini melenyapkan kesalahpahaman yang mungkin dapat timbul
dari QS.2:63 bahwa sekedar beriman
kepada adanya Tuhan dan alam akhirat saja sudah cukup untuk
memperoleh najat (keselamatan).
Itulah sebabnya selanjutnya Allah Swt. berfirman:
قُلۡ اَطِیۡعُوا
اللّٰہَ وَ الرَّسُوۡلَ ۚ فَاِنۡ تَوَلَّوۡا فَاِنَّ اللّٰہَ لَا یُحِبُّ الۡکٰفِرِیۡنَ ﴿﴾
Katakanlah: ”Taatilah Allah dan Rasul ini”, kemudian jika
mereka berpaling maka ketahuilah sesungguhnya Allah tidak mencintai orang-orang kafir. (Ali-‘Imran [3]:33).
Empat Martabat Ruhani Bagi Para Pengikut
Hakiki Nabi Besar Muhammad Saw.
Ada pun rincian derajat (martabat) ruhani dari orang-orang yang mendapat kecintaan
Allah Swt. – sebagai buah dari kepatuh-taatan
kepada Nabi Besar Muhammad saw. – tersebut Allah Swt. berfirman:
وَ مَنۡ یُّطِعِ اللّٰہَ وَ
الرَّسُوۡلَ فَاُولٰٓئِکَ مَعَ الَّذِیۡنَ اَنۡعَمَ اللّٰہُ عَلَیۡہِمۡ مِّنَ
النَّبِیّٖنَ وَ الصِّدِّیۡقِیۡنَ وَ الشُّہَدَآءِ وَ الصّٰلِحِیۡنَ ۚ وَ حَسُنَ
اُولٰٓئِکَ رَفِیۡقًا ﴿ؕ﴾ ذٰلِکَ
الۡفَضۡلُ مِنَ اللّٰہِ ؕ وَ کَفٰی بِاللّٰہِ عَلِیۡمًا ﴿٪﴾
Dan barangsiapa
taat kepada Allah dan Rasul ini
maka mereka akan termasuk di antara orang-orang yang Allah memberi nikmat kepada
mereka مِّنَ
النَّبِیّٖنَ وَ الصِّدِّیۡقِیۡنَ وَ الشُّہَدَآءِ وَ الصّٰلِحِیۡنَ -- yakni: nabi-nabi, shiddiq-shiddiq, syahid-syahid,
dan orang-orang shalih, وَ حَسُنَ اُولٰٓئِکَ رَفِیۡقًا -- dan mereka
itulah sahabat yang sejati. ذٰلِکَ الۡفَضۡلُ مِنَ اللّٰہِ ؕ وَ کَفٰی
بِاللّٰہِ عَلِیۡمًا -- Itulah karunia
dari Allah, dan cukuplah Allah Yang Maha Mengetahui. (An-Nisā [4]:70-71).
Ayat ini sangat penting sebab ia menerangkan
semua jalur kemajuan ruhani yang
terbuka bagi kaum Muslimin. Keempat
martabat keruhanian — nabi-nabi, shiddiq-shiddiq, syahid-syahid,
dan orang-orang shalih — kini
semuanya dapat dicapai hanya dengan jalan mengikuti Nabi Besar Muhammad saw. Hal ini merupakan kehormatan khusus bagi Nabi Besar Muhammad saw. semata.
Tidak ada nabi lain menyamai beliau saw. dalam
perolehan nikmat ini. Kesimpulan itu
lebih lanjut ditunjang oleh ayat yang membicarakan nabi-nabi secara umum dan mengatakan: “Dan orang-orang yang beriman kepada Allah dan para rasul-Nya, mereka
adalah orang-orang shiddiq dan saksi-saksi di sisi Tuhan mereka” (QS.57:
20).
Apabila kedua ayat
ini dibaca bersama-sama maka kedua ayat itu berarti bahwa, kalau para pengikut nabi-nabi lainnya dapat
mencapai martabat shiddiq, syahid, dan shalih dan tidak lebih tinggi dari itu, maka pengikut Nabi Besar Muhammad
saw. dapat naik ke
martabat nabi juga, yakni kenabian buruzi (zhilli – bayangan).
Kitab “Bahr-ul-Muhit”
(jilid III, hlm. 287) menukil Imam Al-Raghib
yang mengatakan:
“Tuhan
telah membagi orang-orang beriman dalam
empat golongan dalam ayat ini, dan telah menetapkan bagi mereka empat
tingkatan, sebagian di antaranya lebih rendah dari yang lain, dan Dia telah
mendorong orang-orang beriman sejati agar jangan tertinggal dari keempat
tingkatan ini.”
Dan membubuhkan bahwa:
“Kenabian itu ada dua macam: umum dan khusus. Kenabian khusus, yakni
kenabian yang membawa syariat, sekarang tidak dapat dicapai lagi; tetapi
kenabian yang umum masih tetap dapat dicapai.”
Itulah makna firman Allah Swt.:
وَ مَنۡ یُّطِعِ اللّٰہَ وَ
الرَّسُوۡلَ فَاُولٰٓئِکَ مَعَ الَّذِیۡنَ اَنۡعَمَ اللّٰہُ عَلَیۡہِمۡ مِّنَ
النَّبِیّٖنَ وَ الصِّدِّیۡقِیۡنَ وَ الشُّہَدَآءِ وَ الصّٰلِحِیۡنَ ۚ وَ حَسُنَ
اُولٰٓئِکَ رَفِیۡقًا ﴿ؕ﴾ ذٰلِکَ
الۡفَضۡلُ مِنَ اللّٰہِ ؕ وَ کَفٰی بِاللّٰہِ عَلِیۡمًا ﴿٪﴾
Dan barangsiapa
taat kepada Allah dan Rasul ini
maka mereka akan termasuk di antara orang-orang yang Allah memberi nikmat kepada mereka yakni: nabi-nabi, shiddiq-shiddiq, syahid-syahid,
dan orang-orang shalih, dan mereka
itulah sahabat yang sejati. Itulah
karunia dari Allah, dan cukuplah
Allah Yang Maha Mengetahui. (An-Nisā [4]:70-71).
Pengulangan Pewahyuan Wahyu-wahyu Al-Quran
Oleh karena itu wahyu-wahyu Ilahi yang diterima orang-orang
suci di lingkungan umat Islam –
terutama para wali Allah dan para mujaddid, termasuk Rasul Akhir Zaman, yaitu Imam
Mahdi a.s. atau Masih Mau’ud a.s. -- wahyu-wahyu
Ilahi yang diterimanya kebanyakan
merupakan pengulangan wahyu-wahyu
Al-Quran yang diwahyukan kepada
Nabi Besar Muhammad saw., namun dengan makna-makna sesuai tuntutan zaman para orang
suci tersebut, termasuk di Akhir
Zaman ini.
Contohnya adalah wahyu Ilahi yang diterima Masih
Mau’ud a.s. yang dikemukakan sebelum ini:
“Dan
mereka berkata: “Ini hanya tipuan dan orang ini menghancurkan agama.”
Katakanlah: “Kebenaran sudah datang dan kepalsuan sudah hilang.” Katakanlah:
“Sekiranya hal ini bukan dari Allah kamu akan menemukan banyak pertentangan di
dalamnya, yaitu kamu tidak akan menemukan bukti dukungan untuk itu sebagai
Perkataan Tuhan. Dia-alah Yang mengutus rasul-Nya [yaitu hamba yang lemah
ini] dengan petunjuk dan agama yang benar serta memperbaharui
akhlak.”
Wahyu
Ilahi tersebut merupakan pengulangan
dari berbagai wahyu Al-Quran kepada Nabi Besar Muhammad saw., misalnya :
Tuduhan para penentang Masih Mau’ud
a.s.: “Dan mereka berkata: “Ini hanya tipuan dan orang ini menghancurkan agama,”
pada hakikatnya merupakan pengulangan dari wahyu-wahyu Al-Quran mengenai
tuduhan para penentang Nabi Besar Muhammad saw., contohnya Allah Swt. berfirman:
وَ قَالَ
الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡۤا اِنۡ ہٰذَاۤ اِلَّاۤ اِفۡکُۨ افۡتَرٰىہُ وَ اَعَانَہٗ
عَلَیۡہِ قَوۡمٌ اٰخَرُوۡنَ ۚۛ فَقَدۡ جَآءُوۡ ظُلۡمًا وَّ زُوۡرًا ۚ﴿ۛ﴾ وَ قَالُوۡۤا اَسَاطِیۡرُ الۡاَوَّلِیۡنَ اکۡتَتَبَہَا فَہِیَ تُمۡلٰی
عَلَیۡہِ بُکۡرَۃً وَّ اَصِیۡلًا ﴿﴾
قُلۡ
اَنۡزَلَہُ الَّذِیۡ یَعۡلَمُ السِّرَّ فِی السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ ؕ
اِنَّہٗ کَانَ غَفُوۡرًا رَّحِیۡمًا ﴿﴾
Dan orang-orang
kafir berkata: “Al-Quran ini
tidak lain melainkan kedustaan yang ia
telah mengada-adakannya, dan kepadanya
kaum lain telah membantunya.”
Sesungguhnya mereka
telah berbuat zalim dan dusta.
Dan mereka berkata: ”Al-Quran adalah dongengan-dongengan orang-orang
dahulu, dimintanya supa-ya dituliskan lalu itu dibacakan kepa-danya pagi dan
petang.” Katakanlah: ”Diturunkannya Al-Quran
oleh Dzat Yang mengetahui rahasia seluruh langit dan bumi, sesungguhnya
Dia adalah Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (Al-Furqān [25]:5-7).
Kemudian wahyu Ilahi berupa jawaban
Allah Swt. berkenaan tuduhan terhadap Masih Mau’ud a.s.: “Katakanlah: “Kebenaran sudah datang dan
kepalsuan sudah hilang” merupakan pengulangan wahyu Al-Quran kepada Nabi Besar Muhammad saw. dalam Surah Bani Israil berikut ini, firman-Nya:
وَ قُلۡ جَآءَ
الۡحَقُّ وَ زَہَقَ الۡبَاطِلُ ؕ اِنَّ الۡبَاطِلَ کَانَ
زَہُوۡقًا ﴿﴾
Dan
katakanlah: ”Haq yakni kebenaran telah datang dan kebatilan telah lenyap,
sesungguhnya kebatilan itu pasti lenyap.”
(Bani
Israil [17]:82). Lihat pula QS.21:19; QS.34:49-50.
Persesuaian Wahyu Ilahi Kepada Masih
Mau’ud a.s. dengan Wahyu Al-Quran
Selanjutnya
wahyu Ilahi yang diterima Masih Mau’ud a.s.: Katakanlah: “Sekiranya hal ini bukan dari
Allah, kamu akan menemukan banyak
pertentangan di dalamnya, yaitu kamu tidak akan menemukan bukti dukungan untuk
itu sebagai perkataan Tuhan” merupakan pewahyuan
ulang dari wahyu Al-Quran kepada
Nabi Besar Muhammad saw. berikut ini,
firman-Nya:
اَفَلَا یَتَدَبَّرُوۡنَ الۡقُرۡاٰنَ ؕ وَ
لَوۡ کَانَ مِنۡ عِنۡدِ غَیۡرِ اللّٰہِ
لَوَجَدُوۡا فِیۡہِ اخۡتِلَافًا کَثِیۡرًا ﴿﴾
Maka tidakkah
mereka ingin merenungkan Al-Quran? Dan seandainya Al-Quran ini berasal dari sisi yang bukan-Allah, niscaya mereka akan mendapati banyak pertentangan di dalamnya.
(An-Nisa [4]:83).
Makna “pertentangan” dapat mengacu
kepada pertentangan-pertentangan
dalam teks Al-Quran dan ajaran-ajaran yang terkandung di
dalamnya; atau kepada ketidakadaan
persesuaian antara nubuatan-nubuatan
yang tersebut dalam Al-Quran dengan hasil atau penggenapan nubuatan-nubuatan itu.
Demikian juga
seandainya wahyu-wahyu Ilahi yang
dikemukakan oleh Masih Mau’ud a.s.
dalam berbagai karya tulis beliau a.s.
– sebagaimana tuduhan para penentang beliau -- merupakan kedustaan yang dibuat-buat beliau a.s. pasti akan terjadi kekacau-balauan atau pertentangan,
tetapi kenyataan membuktikan kebenaran wahyu-wahyu Ilahi yang
diterima Masih Mau’ud a.s., misalnya mengenai kehinaan bahkan kematian yang menimpa
para penentang Masih Mau’ud a.s. sesuai nubuatan
yang beliau a.s. kemukakan sebelumnya.
Semuanya itu terjadi
karena Masih Mau’ud a.s. adalah benar-benar Rasul Akhir Zaman yang
kedatangannya ditunggu-tunggu dengan penuh harap oleh semua umat beragama, sebagaimana pernyataan wahyu
Ilahi selanjutnya kepada beliau a.s.: Dia-alah Yang mengutus rasul-Nya [yaitu
hamba yang lemah ini] dengan petunjuk
dan agama yang benar serta
memperbaharui akhlak” yang pada
hakikatnya merupakan pengulangan wahyu
Al-Quran berikut ini kepada Nabi
Besar Muhammad saw., firman-Nya:
ہُوَ
الَّذِیۡۤ اَرۡسَلَ رَسُوۡلَہٗ
بِالۡہُدٰی وَ دِیۡنِ الۡحَقِّ
لِیُظۡہِرَہٗ عَلَی الدِّیۡنِ کُلِّہٖ وَ
لَوۡ کَرِہَ الۡمُشۡرِکُوۡنَ ٪﴿﴾
Dia-lah Yang mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk
dan dengan agama yang benar supaya Dia
meme-nangkannya atas semua agama, walaupun orang
musyrik tidak menyukai. (Ash-Shaf [61]:10). Lihat pula
QS.9:33; QS.48:29.
Kebanyakan ahli tafsir Al-Quran sepakat bahwa ayat
ini kena untuk Al-Masih yang dijanjikan
(Masih Mau’ud a.s.), sebab di zaman beliau a.s.
– yakni di Akhir Zaman ini -- semua
agama muncul serta berlomba-lomba menyiarkan agama mereka masing-masing, dan
keunggulan Islam di atas semua agama akan menjadi kepastian
melalui perjuangan suci Masih Mau’ud a.s.
dan Jemaat beliau a.s. (Jemaat Muslim Ahmadiyah) yang dipimpin
secara berturut-turut oleh para Khalifatul
Masih.
Nubuatan Pengakuan Kekeliruan Para Penentang
Masih Mau’ud a.s.
Demikian juga wahyu
Ilahi yang diterima Masih Mau’ud a.s.
mengenai pengakuan kesalahan para penentang beliau selanjutnya pada hakikatnya merupakan pengulangan
pewahyuan Al-Quran:
“Mungkin Allah akan segera memberi (menimbulkan)
persahabatan di antara engkau dengan mereka yang bermusuhan dengan engkau.[1] [Dia] mempunyai kekuasaan melakukan apa saja yang Dia
kehendaki. Mereka akan bersimpuh-sujud sambil berdoa: “Tuhan, ampunilah kami,
kami bersalah.” Hari ini kamu tidak dipersalahkan. Allah akan meیَّngampuni
kamu dan Dia paling pengasih daripada
yang pengasih.”
Senanda dengan wahyu
Ilahi tersebut Allah Swt. berfirman dalam Al-Quran berkenaan saudara-saudara Nabi Yusuf a.s. yang
kemudian mengakui kesalahan yang
telah mereka lakukan kepada Nabi Yusuf
a.s., firman-Nya:
قَالَ ہَلۡ
عَلِمۡتُمۡ مَّا فَعَلۡتُمۡ
بِیُوۡسُفَ وَ اَخِیۡہِ
اِذۡ اَنۡتُمۡ
جٰہِلُوۡنَ ﴿﴾ قَالُوۡۤا ءَاِنَّکَ
لَاَنۡتَ یُوۡسُفُ ؕ قَالَ اَنَا یُوۡسُفُ وَ ہٰذَاۤ اَخِیۡ ۫
قَدۡ مَنَّ اللّٰہُ عَلَیۡنَا ؕ اِنَّہٗ مَنۡ ـتَّقِ
وَ یَصۡبِرۡ
فَاِنَّ اللّٰہَ لَا
یُضِیۡعُ اَجۡرَ
الۡمُحۡسِنِیۡنَ ﴿﴾
قَالُوۡا
تَاللّٰہِ لَقَدۡ اٰثَرَکَ اللّٰہُ عَلَیۡنَا وَ اِنۡ
کُنَّا لَخٰطِئِیۡنَ ﴿﴾ قَالَ لَا تَثۡرِیۡبَ عَلَیۡکُمُ
الۡیَوۡمَ ؕ یَغۡفِرُ اللّٰہُ لَکُمۡ ۫ وَ ہُوَ اَرۡحَمُ الرّٰحِمِیۡنَ ﴿﴾
Ia, Yusuf,
berkata: “Apakah kamu mengetahui apa yang telah ka-mu lakukan terhadap Yusuf
dan saudaranya ketika kamu berbuat
jahil kepadanya?” Mereka
berkata: “Apakah engkau ini Yusuf?” Ia berkata:
“Ya, aku adalah Yusuf dan ini saudaraku, sungguh Allah telah melimpahkan karunia atas kami.
Sesungguhnya barangsiapa bertakwa
dan bersabar maka sesungguhnya Allah tidak akan me-nyia-nyiakan ganjaran
orang-orang yang berbuat ihsan.” Mereka berkata: “Demi
Allah, sungguh Allah benar-benar
telah melebihkan engkau di atas kami dan se-sungguhnya kami benar-benar orang-orang
yang bersalah.” Ia berkata: “Tidak ada celaan bagi kamu pada hari ini, semoga Allah mengampuni kamu, dan Dia-lah Yang Paling Penyayang dari semua penyayang. (Yusuf [12]:90-93).
Musuh Sengit Setelah Beriman Akan Menjadi Sahabat
Karib
Senanda dengan firman Allah Swt.
tersebut dalam surah lain Allah Swt. berfirman:
عَسَی
اللّٰہُ اَنۡ یَّجۡعَلَ بَیۡنَکُمۡ وَ بَیۡنَ الَّذِیۡنَ
عَادَیۡتُمۡ مِّنۡہُمۡ مَّوَدَّۃً ؕ وَ اللّٰہُ قَدِیۡرٌ ؕ وَ
اللّٰہُ غَفُوۡرٌ رَّحِیۡمٌ ﴿﴾
“Boleh jadi kelak Allah
akan menjadikan kecintaan di atara kamu dan di antara orang-orang yang saat ini kamu
bermusuhan dengan mereka, karena Allah Maha Kuasa, dan Allah
Maha Pengampun, Maha Penyayang.
(Al-Mumtahanah
[60]:8).
Ayat ini mengandung kabar gaib. Kepada para sahabat Nabi Besar Muhammad saw. diberitahukan bahwa mereka dianjurkan
supaya menghentikan segala perhubungan
bersahabat dengan musuh-musuh agama
mereka, walaupun musuh itu mungkin keluarga
sendiri yang mempunyai pertalian
darah sangat dekat sekalipun (QS.58:23).
Namun larangan itu ditetapkan berlaku untuk jangka waktu singkat saja, Sebab waktu
itu telah kian mendekat dengan cepat
ketika musuh-musuh bebuyutan
itu akan menjadi sahabat-sahabat mesra
(QS.41:34-36), yaitu ketika kemudian mereka beriman
kepada Rasul Allah yang sebelumnya
mereka dustakan dan tentang
yakni mereka menyambut seruan Rasul Allah tersebut (QS.3:191-195;
QS.17:50-53).
Perintah pemutusan
perhubungan dengan orang-orang kafir dalam Al-Quran
berlaku hanya terhadap orang-orang
kafir yang berperang terhadap kaum
Muslimin seperti dinyatakan dalam
ayat berikutnya (QS.60:910). Perhubungan bersahabat
dengan semua orang-orang bukan Islam
yang tidak berperang terhadap Islam tidak dilarang.
Perumpamaan Kedekatan Nabi Besar Muhammad Saw. Dengan Allah
Swt.
Demikian juga wahyu Ilahi
selanjutnya yang diterima Masih Mau’ud a.s.
sesuai dengan berbagai wahyu
Al-Quran:
“Aku adalah
Allah maka sembahlah Aku [dan jangan melupakan Aku] dan berupayalah
mencapai-Ku, dan berdoalah kepada Tuhan engkau dan rajinlah berdoa. Allah
adalah Sahabat dan Penyayang. Dia mengajarkan Al-Quran, dan perkataan apa
yang akan kamu ikuti selain Al-Quran?
Kami
telah menurunkan rahmat atas hamba ini. Ia tidak bicara dengan kehendaknya
sendiri, apa pun yang kamu dengar itu adalah wahyu dari Tuhan. Ia menghampiri
Tuhan yaitu dinaikan, kemudian ia mencondongkan diri kepada manusia
menyampaikan kebenaran sehingga seolah serupa dengan tali di antara dua
busur -- Tuhan di [lengkungan busur] atas
dan makhluk berada di [lengkungan busur] bawah.”
Senanda
dengan wahyu-wahyu Ilahi tersebut dalam
Al-Quran Allah Swt. berfirman
mengenai kedekatan Allah Swt. dengan
Nabi Besar Muhammad saw.:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ
الرَّحِیۡمِ﴿﴾ وَ النَّجۡمِ اِذَا ہَوٰی ۙ﴿﴾
مَا ضَلَّ صَاحِبُکُمۡ وَ مَا غَوٰی ۚ﴿﴾ وَ مَا یَنۡطِقُ عَنِ
الۡہَوٰی ؕ﴿﴾ اِنۡ
ہُوَ اِلَّا وَحۡیٌ
یُّوۡحٰی ۙ﴿﴾عَلَّمَہٗ
شَدِیۡدُ الۡقُوٰی ۙ﴿﴾ ذُوۡ مِرَّۃٍ ؕ فَاسۡتَوٰی ۙ﴿﴾ وَ ہُوَ بِالۡاُفُقِ الۡاَعۡلٰی ؕ﴿﴾ ثُمَّ دَنَا فَتَدَلّٰی ۙ﴿﴾ فَکَانَ
قَابَ قَوۡسَیۡنِ اَوۡ اَدۡنٰی ۚ﴿﴾
فَاَوۡحٰۤی اِلٰی عَبۡدِہٖ مَاۤ
اَوۡحٰی ﴿ؕ﴾ مَا کَذَبَ الۡفُؤَادُ مَا
رَاٰی ﴿﴾
Aku baca dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang.
Demi bintang apabila jatuh.
Tidaklah sesat sahabat kamu dan tidak pula keliru, dan ia sekali-kali tidak berkata-kata menuruti keinginannya.
Perkataannya itu tidak lain melainkan wahyu yang diwahyukan. Tuhan Yang Mahakuat Perkasa mengajarinya, Pemilik
Kekuatan, lalu Dia bersemayam di atas ‘Arasy, dan Dia mewahyukan
Kalam-Nya ketika ia, Rasulullah, berada di ufuk tertinggi. Kemudian ia, Rasulullah, mendekati Allah, lalu Dia kian dekat kepadanya, maka jadilah ia, seakan-akan, seutas tali dari dua
buah busur, atau lebih dekat lagi. Lalu Dia
mewahyukan kepada hamba-Nya apa yang telah Dia wahyukan. Hati Rasulullah
sekali-kali tidak berdusta apa yang dia lihat. (An-Najm
[53]:1-12).
Karena pada dasarnya pengutusan Masih
Mau’ud as. di Akhir Zaman ini
bukan hanya sebagai penggenapan kedatangan para rasul Allah kedua kali yang ditunggu-tunggu oleh semua umat
Bergama dengan nama (sebutan) yang
berlainan, bahkan merupakan pengutusan kedua kali Nabi Besar Muhammad saw. saw.
secara ruhani (QS.62:3-4)., karena itu sebagaimana wahyu-wahyu
Al-Quran terbukti kebenarannya
pada masa Nabi Besar Muhammad saw., demikian pula halnya dengan wahyu-wahyu Ilahi yang diterima oleh Masih Mau’ud a.s. pun terbukti
kebenarannya, firman-Nya:
ہُوَ
الَّذِیۡ بَعَثَ فِی الۡاُمِّیّٖنَ
رَسُوۡلًا مِّنۡہُمۡ یَتۡلُوۡا
عَلَیۡہِمۡ اٰیٰتِہٖ وَ
یُزَکِّیۡہِمۡ وَ
یُعَلِّمُہُمُ الۡکِتٰبَ وَ الۡحِکۡمَۃَ ٭ وَ اِنۡ کَانُوۡا مِنۡ قَبۡلُ
لَفِیۡ ضَلٰلٍ مُّبِیۡنٍ ۙ﴿﴾ وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ
لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ
الۡعَزِیۡزُ الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾ ذٰلِکَ فَضۡلُ اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ یَّشَآءُ ؕ وَ اللّٰہُ ذُو الۡفَضۡلِ الۡعَظِیۡمِ ﴿﴾
Dia-lah Yang telah membangkitkan di kalangan bangsa
yang buta huruf seorang rasul dari antara
mereka, yang membacakan kepada
mere-ka Tanda-tanda-Nya, mensucikan mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah walaupun sebelumnya mereka berada dalam kesesatan
yang nyata, وَّ اٰخَرِیۡنَ
مِنۡہُمۡ لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ
ہُوَ الۡعَزِیۡزُ الۡحَکِیۡمُ
-- Dan juga akan membangkitkannya pada kaum lain dari antara mereka, yang belum bertemu dengan mereka. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa, Maha
Bijaksana. ٰ Itulah karunia
Allah, Dia menganugerahkannya kepada
siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah
mempunyai karunia yang besar. (Al-Jumu’ah [62]:3-6).
Jaminan Pertolongan
Allah Swt.
Ada pun jaminan Allah Swt. berkenaan perjuangan
suci para rasul-Nya walau pun
menghadapi “berbagai makar buruk”
yang dapat memindahkan gunung-gunung sekali pun
(QS.14:47-63), Dia berfirman:
اِنَّ
الَّذِیۡنَ یُحَآدُّوۡنَ اللّٰہَ وَ رَسُوۡلَہٗۤ اُولٰٓئِکَ فِی الۡاَذَلِّیۡنَ ﴿﴾ کَتَبَ
اللّٰہُ لَاَغۡلِبَنَّ اَنَا وَ
رُسُلِیۡ ؕ اِنَّ اللّٰہَ قَوِیٌّ
عَزِیۡزٌ ﴿﴾ لَا تَجِدُ قَوۡمًا یُّؤۡمِنُوۡنَ بِاللّٰہِ وَ
الۡیَوۡمِ الۡاٰخِرِ یُوَآدُّوۡنَ مَنۡ
حَآدَّ اللّٰہَ وَ رَسُوۡلَہٗ وَ لَوۡ
کَانُوۡۤا اٰبَآءَہُمۡ اَوۡ اَبۡنَآءَہُمۡ اَوۡ
اِخۡوَانَہُمۡ اَوۡ عَشِیۡرَتَہُمۡ
ؕ اُولٰٓئِکَ کَتَبَ فِیۡ قُلُوۡبِہِمُ
الۡاِیۡمَانَ وَ اَیَّدَہُمۡ بِرُوۡحٍ
مِّنۡہُ ؕ وَ یُدۡخِلُہُمۡ جَنّٰتٍ تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِہَا الۡاَنۡہٰرُ
خٰلِدِیۡنَ فِیۡہَا ؕ رَضِیَ اللّٰہُ عَنۡہُمۡ وَ رَضُوۡا عَنۡہُ ؕ اُولٰٓئِکَ
حِزۡبُ اللّٰہِ ؕ اَلَاۤ اِنَّ حِزۡبَ
اللّٰہِ ہُمُ الۡمُفۡلِحُوۡنَ ﴿٪﴾
Sesungguhnya orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya mereka itu termasuk orang-orang
yang sangat hina. Allah
telah menetapkan: “Aku dan rasul-rasul-Ku
pasti akan menang.”
Sesungguhnya Allah Maha Kuat, Maha
Perkasa. Engkau tidak akan mendapatkan suatu kaum yang menyatakan beriman kepada Allah dan Hari Akhir tetapi mereka mencintai orang-orang yang memusuhi Allah dan Rasul-Nya, walau pun mereka itu bapak-bapak mereka
atau anak-anak mereka atau saudara-saudara mereka ataupun keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang di dalam hati mereka Dia telah
menanamkan iman dan Dia telah
meneguhkan mereka dengan ilham dari Dia sendiri, dan Dia akan memasukkan mereka ke dalam kebun-kebun yang di
bawahnya mengalir sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya. رَضِیَ اللّٰہُ عَنۡہُمۡ وَ رَضُوۡا عَنۡہُ ؕ اُولٰٓئِکَ
حِزۡبُ اللّٰہِ ؕ اَلَاۤ اِنَّ حِزۡبَ
اللّٰہِ ہُمُ الۡمُفۡلِحُوۡنَ -- Allah
ridha kepada mereka dan mereka ridha
kepada-Nya. Itulah golongan Allah.
Ketahuilah, sesungguhnya golongan
Allāh itulah orang-orang yang berhasil. (Al-Mujadilah [58]:21-22).
Sesuai dengan pernyataan Allah Swt. dalam Al-Quran tersebut demikian juga Masih Mau’ud a.s. pun mendapat jaminan pertolongan Allah Swt. dalam
misi sucinya untuk mewujudkan kejayaan
Islam kedua kali di Akhir Zaman
ini (QS.61:10):
“Biarlah Aku sendiri berhadapan dengan mereka yang mendustakan engkau. Aku berdiri
bersama Rasul-Ku. Hari-Ku akan menjadi
Peradilan besar. Engkau berada pada jalan lurus. Kami akan menunjukkan
(memperlihatkan) kepada engkau sebagian dari urusan mereka atau kami akan mewafatkan
engkau dan menyempurnakan janji sesudahnya. Aku akan mengangkat engkau
kepada-Ku, yaitu kenaikan kepada Tuhan akan dibuat baik di dunia dan pertolongan-Ku akan datang
kepada engkau. Sesungguhnya Aku adalah Tuhan
Pemilik sulthan (Tanda/dalil
yang menaklukkan hati serta membawa
mereka ke dalam penguasaan-Nya).”
(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik
Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 24 Mei 2017
[1] Ini satu hal yang sangat tak mungkin, bahwa semua
orang akan menerimaku, sebab menurut ayat: Wa lidzālika khalaqahum (dan
untuk itulah mereka diciptakan) dan ayat wa ja’ilul- ladzīna- taba-‘uka
fawqal- ladziina kafarū ilā yawmil- qiyāmah – (dan menjadikan orang-orang
yang mengikuti engkau di atas mereka yang kafir hingga hari kiamat). Jika
dikatakan semuanya akan beriman adalah suatu pertentangan yang jelas. Jadi yang
dimaksud di sini adalah orang-orang yang menolong.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar