Bismillaahirrahmaanirrahiim
“ARBA’IN”
ARBA’IN LI-ITMÂMIL HUJJAH ‘ALAL MUKHALLIFÎN
(Empat Puluh Risalah, Menyempurnakan Argumen Bagi Para
Penentang)
Karya
Mirza Ghulam Ahmad
a.s.
(Al-Masih Al-Mau’ud a.s.
-- Al-Masih yang Dijanjikan a.s.)
Bagian 24
ARBA’ÎN KE III
MENGENALI RASUL ALLAH YANG DIJANJIKAN MERUPAKAN TANDA KETAJAMAN “PENGLIHATAN RUHANI” HAMBA-HAMBA
ALLAH YANG HAKIKI & “DOA BURUK” ABU JAHAL DI PERANG BADAR YANG MENIMPA DIRINYA SENDIRI
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
D
|
alam akhir Bab sebelumnya telah dikemukakan topik Para “Penyembah Hawa-nafsunya” sehubungan firman Allah
Swt.:
فَکَاَیِّنۡ مِّنۡ قَرۡیَۃٍ اَہۡلَکۡنٰہَا وَ ہِیَ ظَالِمَۃٌ فَہِیَ خَاوِیَۃٌ عَلٰی عُرُوۡشِہَا وَ
بِئۡرٍ مُّعَطَّلَۃٍ وَّ
قَصۡرٍ مَّشِیۡدٍ ﴿﴾ اَفَلَمۡ
یَسِیۡرُوۡا فِی الۡاَرۡضِ فَتَکُوۡنَ لَہُمۡ قُلُوۡبٌ یَّعۡقِلُوۡنَ بِہَاۤ اَوۡ اٰذَانٌ یَّسۡمَعُوۡنَ بِہَا ۚ فَاِنَّہَا
لَا تَعۡمَی الۡاَبۡصَارُ وَ لٰکِنۡ تَعۡمَی الۡقُلُوۡبُ الَّتِیۡ فِی الصُّدُوۡرِ
﴿﴾ وَ یَسۡتَعۡجِلُوۡنَکَ
بِالۡعَذَابِ وَ لَنۡ یُّخۡلِفَ اللّٰہُ وَعۡدَہٗ ؕ وَ اِنَّ یَوۡمًا عِنۡدَ
رَبِّکَ کَاَلۡفِ سَنَۃٍ
مِّمَّا تَعُدُّوۡنَ ﴿﴾
Dan berapa banyak kota yang Kami telah membinasakannya, yang penduduknya
sedang berbuat zalim lalu dinding-dindingnya jatuh
atas atapnya, dan sumur yang
telah ditinggalkan dan istana
yang menjulang tinggi. Maka apakah mereka tidak berpesiar di bumi, lalu menjadikan
hati mereka memahami dengannya atau
menjadikan telinga mereka mendengar dengannya? Maka sesungguhnya bukan mata yang buta tetapi yang
buta adalah hati yang ada dalam dada. (Al-Hājj
[22]:46-47).
Dari ayat ini jelas bahwa orang-orang mati, orang-orang buta, dan orang-orang tuli,
yang dibicarakan dalam ayat ini atau di
tempat lain dalam Al-Quran (QS.17:72; QS.20:125-129) adalah orang-orang yang ditilik dari segi ruhani telah mati, buta, dan tuli, firman-Nya:
صُمٌّۢ
بُکۡمٌ عُمۡیٌ فَہُمۡ لَا یَرۡجِعُوۡنَ ﴿ۙ﴾
Mereka tuli, bisu, buta, maka mereka tidak akan kembali. (Al-Baqarah
[2]:19)
Firman-Nya lagi:
وَ مَثَلُ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا
کَمَثَلِ الَّذِیۡ یَنۡعِقُ بِمَا لَا یَسۡمَعُ اِلَّا دُعَآءً وَّ نِدَآءً ؕ صُمٌّۢ بُکۡمٌ عُمۡیٌ فَہُمۡ لَا یَعۡقِلُوۡنَ ﴿﴾
Dan perumpamaan
keadaan orang-orang kafir itu seperti seseorang yang berteriak kepada sesuatu yang tidak dapat mendengar
kecuali hanya panggilan dan
seruan belaka. Mereka
tuli, bisu, dan buta,
karena itu mereka tidak mengerti. (Al-Baqarah [2]:172).
Manusia Menzalimi Dirinya Sendiri, Bukan Allah Swt.
Nabi Besar Muhammad saw. – dan juga para rasul Allah sebelum beliau
saw. -- menyampaikan Amanat Allah Swt. kepada orang-orang
kafir. Beliau saw. itu penyeru dan mereka mendengar suara beliau saw. tetapi tidak berusaha menangkap maknanya. Kata-kata (seruan)
beliau saw. seolah-olah sampai kepada telinga
orang tuli dengan berakibat bahwa kemampuan
ruhani mereka menjadi sama sekali rusak
dan martabat mereka jatuh sampai ke taraf keadaan hewan dan binatang buas (QS.7:180; QS.25:44-45)
yang hanya mendengar teriakan si pengembala, tetapi tak mengerti apa yang dikatakannya, firman-Nya:
وَ لَقَدۡ ذَرَاۡنَا لِجَہَنَّمَ
کَثِیۡرًا مِّنَ الۡجِنِّ وَ الۡاِنۡسِ ۫ۖ
لَہُمۡ قُلُوۡبٌ لَّا یَفۡقَہُوۡنَ بِہَا ۫ وَ لَہُمۡ اَعۡیُنٌ لَّا
یُبۡصِرُوۡنَ بِہَا ۫ وَ لَہُمۡ اٰذَانٌ لَّا یَسۡمَعُوۡنَ بِہَا ؕ اُولٰٓئِکَ
کَالۡاَنۡعَامِ بَلۡ ہُمۡ اَضَلُّ ؕ اُولٰٓئِکَ ہُمُ الۡغٰفِلُوۡنَ ﴿﴾
Dan sungguh Kami benar-benar telah menjadikan untuk penghuni Jahannam
banyak di antara jin dan
ins (manusia), mereka memiliki hati tetapi mereka
tidak mengerti dengannya, mereka memiliki
mata tetapi mereka tidak melihat dengannya, mereka memiliki telinga tetapi mereka tidak mendengar dengannya, اُولٰٓئِکَ کَالۡاَنۡعَامِ بَلۡ ہُمۡ اَضَلُّ ؕ
اُولٰٓئِکَ ہُمُ الۡغٰفِلُوۡنَ -- mereka itu seperti
binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat. Mereka itulah orang-orang yang lalai. (Al-A’rāf
[7]:180).
Huruf lam
dalam kalimat لِجَہَنَّمَ di sini lam
‘aqibat yang menyatakan kesudahan
atau akibat. Dengan demikian ayat ini
tidak ada hubungannya dengan tujuan
kejadian manusia melainkan hanya
menyebutkan kesudahan yang patut
disesalkan mengenai kehidupan
kebanyakan ins (manusia) dan jin (kata jin itu juga mempunyai
arti golongan manusia yang istimewa, yakni penguasa-penguasa atau pemuka-pemuka
atau orang-orang besar).
Dari cara
mereka menjalani hidup mereka dalam berbuat dosa dan kedurhakaan kepada Allah Swt, dan Rasul Allah nampak seolah-olah mereka telah diciptakan untuk masuk neraka. Firman-Nya lagi:
اَمۡ تَحۡسَبُ
اَنَّ اَکۡثَرَہُمۡ یَسۡمَعُوۡنَ اَوۡ یَعۡقِلُوۡنَ ؕ اِنۡ ہُمۡ اِلَّا
کَالۡاَنۡعَامِ بَلۡ ہُمۡ اَضَلُّ سَبِیۡلًا ﴿﴾
Ataukah engkau menyangka bahwa sesungguhnya kebanyakan dari mereka mendengar atau mengerti? Mereka tidak lain melainkan seperti hewan ternak bahkan mereka
lebih sesat dari jalannya. (Al-Furqan [25]:45).
Keinginan-keinginan, lamunan-lamunan, dan khayalan-khayalannya sendiri itulah yang pada umumnya orang puja lebih dari apa pun, dan inilah yang
menjadi batu penghalang bagi
orang-orang kafir untuk menerima kebenaran. Dalam intelek atau akal boleh manusia jadi telah jauh maju, sehingga
ia tidak membungkukkan diri di
hadapan batu-batu dan bintang-bintang, tetapi ia belum mengatasi pemujaannya terhadap cita-cita, prasangka-prasangka, dan khayalan-khayalannya
yang palsu yakni “menyembah hawa-nafsunya” sendiri (QS.25:44-45; QS.45:24-27).
Pemujaan berhala-berhala yang bersemayam dalam hatinya itulah yang dicela
di sini. Daripada ia memanfaatkan
kemampuan-kemampuannya yang dianugerahkan
Allah Swt untuk berpikir dan mendengar -- dan yang seharusnya membantu manusia mengenal dan menyadari
kebenaran -- malah ia meraba-raba dalam kegelapan.
Pada saat itu jatuhlah ia ke taraf hidup
bagaikan hewan ternak, bahkan lebih rendah daripada itu, sebab hewan ternak tidak diberi kemampuan memilih dan membedakan, sedang manusia diberi daya itu.
Benarnya Dugaan
Iblis Mengenai Penghuni Neraka
Kenyataan seperti itu membuktikan
kebenaran dugaan Iblis mengenai orang-orang yang akan menjadi penghuni
neraka jahannam, sebagaimana firman-Nya
berkenaan kedurhakaan kaum Saba’:
وَ لَقَدۡ صَدَّقَ عَلَیۡہِمۡ اِبۡلِیۡسُ ظَنَّہٗ فَاتَّبَعُوۡہُ اِلَّا فَرِیۡقًا مِّنَ الۡمُؤۡمِنِیۡنَ ﴿﴾ وَ مَا کَانَ لَہٗ
عَلَیۡہِمۡ مِّنۡ سُلۡطٰنٍ اِلَّا
لِنَعۡلَمَ مَنۡ یُّؤۡمِنُ بِالۡاٰخِرَۃِ
مِمَّنۡ ہُوَ مِنۡہَا فِیۡ شَکٍّ ؕ وَ رَبُّکَ عَلٰی کُلِّ شَیۡءٍ حَفِیۡظٌ
﴿٪﴾
Dan sungguh iblis benar-benar telah menggenapi
sangkaannya mengenai mereka,
maka mereka
mengikutinya, kecuali segolongan
dari orang-orang yang beriman. Tetapi ia sekali-kali tidak memiliki kekuasaan atas mereka, melainkan supaya Kami dapat mengetahui orang-orang yang beriman kepada akhirat dari orang-orang yang masih dalam keraguan
mengenainya, dan Rabb (Tuhan)
engkau adalah Pemelihara atas segala
sesuatu. (As-Sabā’ [34]:21-22). Lihat pula QS.7:17-19; QS.17:63.
Orang-orang Saba’
dengan perbuatan durhaka mereka menggenapi sangkaan
iblis bahwa ia akan berhasil menyesatkan
mereka. Penyebutan mengenai sangkaan iblis
mengenai orang-orang durhaka dan perbuatan jahat mereka ini dapat
dijumpai di dalam QS.17:63; di tempat itu iblis
disebut mengatakan bahwa ia akan menyebabkan keturunan Adam binasa, kecuali beberapa dari antara mereka.
Ayat selanjutnya
menjelaskan bahwa iblis atau syaitan tidak mempunyai kekuasaan atas manusia,
adalah akibat kepercayaan sesat dan perbuatannya yang buruk saja manusia mendatangkan kehancuran dalam kehidupan ruhaninya, yakni terjadi kebutaan mata ruhani serta kelumpuhan
indera-indera ruhani lainnya, firman-Nya:
وَ مَنۡ اَعۡرَضَ عَنۡ ذِکۡرِیۡ
فَاِنَّ لَہٗ مَعِیۡشَۃً ضَنۡکًا وَّ نَحۡشُرُہٗ یَوۡمَ الۡقِیٰمَۃِ اَعۡمٰی ﴿﴾ قَالَ
رَبِّ لِمَ حَشَرۡتَنِیۡۤ اَعۡمٰی وَ قَدۡ کُنۡتُ بَصِیۡرًا﴿﴾ قَالَ کَذٰلِکَ اَتَتۡکَ اٰیٰتُنَا فَنَسِیۡتَہَا
ۚ وَکَذٰلِکَ الۡیَوۡمَ
تُنۡسٰی ﴿﴾ وَ
کَذٰلِکَ نَجۡزِیۡ مَنۡ اَسۡرَفَ وَ لَمۡ
یُؤۡمِنۡۢ بِاٰیٰتِ رَبِّہٖ ؕ وَ لَعَذَابُ الۡاٰخِرَۃِ اَشَدُّ وَ
اَبۡقٰی﴿﴾ اَفَلَمۡ یَہۡدِ لَہُمۡ کَمۡ
اَہۡلَکۡنَا قَبۡلَہُمۡ مِّنَ الۡقُرُوۡنِ یَمۡشُوۡنَ فِیۡ مَسٰکِنِہِمۡ ؕ اِنَّ
فِیۡ ذٰلِکَ لَاٰیٰتٍ لِّاُولِی
النُّہٰی﴿﴾٪
Dan
barangsiapa berpaling dari mengingat
Aku maka sesungguhnya baginya ada
kehidupan yang sempit, dan Kami akan
membangkitkannya pada Hari Kiamat dalam keadaan buta. Ia berkata: "Ya Rabb-ku (Tuhan-ku), mengapa
Engkau membangkitkan aku dalam keadaan buta, padahal sesungguhnya dahulu aku dapat melihat?” Dia berfirman: "Demikianlah telah datang
kepada engkau Tanda-tanda Kami, tetapi engkau
melupakannya dan demikian pula engkau dilupakan pada hari
ini." Dan demikianlah Kami memberi balasan orang yang melanggar dan ia tidak beriman kepada Tanda-tanda Rabb-nya
(Tuhan-nya), dan niscaya azab - akhirat itu lebih keras dan lebih
kekal. Maka apakah tidak memberi petunjuk
kepada mereka berapa banyak generasi yang telah Kami
bina-sakan sebelum mereka, mereka berjalan-jalan
di tempat-tempat tinggal mereka yang telah hancur? Sesungguhnya dalam hal yang demikian itu benar-benar ada
Tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. (Thā Hā
[20]:125-129).
Kebutaan
Ruhani di Dunia dan di Akhirat
Seseorang yang sama sekali tidak ingat kepada Allah Swt. di dunia
serta menjalani cara hidup yang menghalangi dan menghambat perkembangan ruhaninya, dan dengan demikian membuat
dirinya tidak layak menerima nur dari Allah
Swt.
akan dibangkitkan di akhirat dalam keadaan buta di waktu. Hal itu menjadi
demikian karena ruhnya di dunia ini -- yang
akan berperan sebagai tubuh bagi ruh yang lebih maju ruhaninya di alam akhirat -- telah menjadi buta, sebab ia telah menjalani kehidupan yang bergelimang dosa di dunia
ini.
Makna ayat selanjutnya: قَالَ کَذٰلِکَ اَتَتۡکَ
اٰیٰتُنَا فَنَسِیۡتَہَا ۚ
وَکَذٰلِکَ الۡیَوۡمَ تُنۡسٰی -- “Dia berfirman: "Demikianlah telah datang
kepada engkau Tanda-tanda Kami, tetapi engkau
melupakannya dan demikian pula engkau dilupakan pada hari
ini." Sebagai jawaban
terhadap keluhan orang kafir mengapa
ia dibangkitkan buta padahal dalam kehidupan sebelumnya ia memiliki penglihatan, Allah Swt.
akan mengatakan bahwa ia telah menjadi buta ruhani dalam kehidupannya di
dunia sebab telah menjalani kehidupan yang bergelimang dosa, dan karena itu ruhnya — yang akan berperan sebagai tubuh untuk ruh lain yang ruhaninya jauh lebih berkembang di akhirat maka ia dibangkitkan dalam keadaan buta.
akan mengatakan bahwa ia telah menjadi buta ruhani dalam kehidupannya di
dunia sebab telah menjalani kehidupan yang bergelimang dosa, dan karena itu ruhnya — yang akan berperan sebagai tubuh untuk ruh lain yang ruhaninya jauh lebih berkembang di akhirat maka ia dibangkitkan dalam keadaan buta.
Ayat ini dapat pula berarti bahwa karena orang kafir di dalam kehidupan di dunia
ini tidak mengembangkan dalam dirinya Sifat-sifat
Ilahi -- yang merupakan tujuan dari melakukan ibadah kepada Allah Swt. (QS.51:57) -- dan tetap asing dari Sifat-sifat Ilahi itu, maka pada Hari Kebangkitan — ketika Sifat-sifat
Ilahi itu akan dinampakkan dengan segala keagungan dan kemuliaan —
ia sebagai seseorang yang terasing
dari penampakan Sifat-sifat Ilahi tersebut serta tidak akan mampu mengenalnya, dan dengan
demikian akan berdiri seperti orang buta yang tidak mempunyai ingatan atau kenangan
sedikit pun kepada Sifat-sifat
itu: وَ کَذٰلِکَ نَجۡزِیۡ مَنۡ اَسۡرَفَ وَ لَمۡ یُؤۡمِنۡۢ بِاٰیٰتِ رَبِّہٖ ؕ وَ لَعَذَابُ
الۡاٰخِرَۃِ اَشَدُّ وَ اَبۡقٰی -- “Dan demikianlah
Kami memberi balasan orang yang melanggar dan ia tidak beriman kepada Tanda-tanda Rabb-nya (Tuhan-nya), dan niscaya
azab - akhirat itu lebih keras dan lebih
kekal.”
Ayat selanjutnya menerangkan azab Ilahi yang menimpa kaum-kaum
purbakala – yang karena mata ruhani mereka dalam keadaan buta – melakukan pendustaan dan penentangan
terhadap para rasul Allah yang
dibangkitkan di kalangan mereka, lalu
Allah Swt. mengazab mereka sebagai hujjah (dalil) pamungkas, karena
berbagai hujjah (dalil) yang dikemukakan rasul-rasul
Allah kepada mereka tidak juga membuat mereka mengerti: اَفَلَمۡ یَہۡدِ لَہُمۡ کَمۡ اَہۡلَکۡنَا
قَبۡلَہُمۡ مِّنَ الۡقُرُوۡنِ یَمۡشُوۡنَ فِیۡ مَسٰکِنِہِمۡ ؕ -- “Maka apakah tidak memberi petunjuk
kepada mereka berapa banyak generasi yang telah Kami
binasakan sebelum mereka, mereka berjalan-jalan
di tempat-tempat tinggal mereka yang telah hancur? اِنَّ فِیۡ ذٰلِکَ لَاٰیٰتٍ
لِّاُولِی النُّہٰی -- Sesungguhnya dalam
hal yang demikian itu benar-benar ada Tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.”
Ketajaman Penglihatan Ruhani Orang-orang Suci di Dunia dan di Akhirat & Tantangan Untuk Memanjatkan Doa Buruk
Sehubungan dengan hal tersebut
selanjutnya Masih Mau’ud a.s.
menjelaskan berkenaan orang-orang yang indera-indera
ruhaninya berfungsi dengan baik, yang bahkan di dalam kehidupan di dunia ini pun
mereka “melihat” Allah Swt.:
“Orang yang berhati suci setelah mati akan melihat Tuhan,
tetapi aku adalah bersumpah
dengan Dia bahwa aku saat ini sedang melihat Tuhan.
Dunia tidak mengenalku tetapi Dia Yang mengutusku mengenalku. Semua
ini adalah kesalahan mereka, dan semua itu merupakan nasib sial yakni mereka
yang menghendaki kehancuranku.
Aku adalah sebatang pohon yang ditanam oleh Tangan yang
hakiki, barangsiapa ingin memotongku maka akibatnya adalah jangan mengharap akan berhasil,
bahkan akan bernasib seperti Qarun
dan Yehuda juga Abu Jahil.
Setiap hari aku berdoa dengan mencucurkan air mata. Datanglah ke
suatu tempat dan berikanlah keputusan
atasku mengenai nubuwatan
(kabar gaib), mintalah kepada Tuhan,
kemudian lihatlah Tuhan bersama siapa.
Tampil di medan laga bukanlah pekerjaan banci. Ghulam Dastegir di daerah Punjab
kita adalah seorang prajurit lasykar kufur yang datang untuk bekerja. Kini orang semacamnya satupun tak ada yang tampil.
Hai manusia! Ketahuilah, bersamaku ada kekuatan Tangan Yang menjaga diriku hingga
waktu terakhir. Walaupun semua kaum
lelaki kalian, perempuan-perempuan kalian, pemuda-pemuda kalian, kakek-kakek
kalian, anak-anak kalian, yang dewasa dan yang kecil, semua berkumpul berdoa
kepada Tuhan untuk menghancurkanku,
walau hidung kalian sampai memar kemerahan karena banyak bersujud dan kalian
menjadi lecet, tetapi Tuhan tidak akan
menerima doa-doa kalian, Dia
tidak akan berhenti sebelum pekerjaan-Nya
sempurna.
Seandainya
saja tak seorang manusia pun bersamaku namun para malaikat Tuhan selalu bersamaku. Dan
jika kalian menyembunyikan kesaksian
maka tak lama lagi batu-batu
akan memberikan kesaksian
bagiku, karena itu janganlah berbuat zalim (aniaya) atas diri sendiri.
Mulut para pendusta lain dan ucapan orang yang benar pun lain pula. Tuhan tidak akan
meninggalkan suatu perkara tanpa keputusan.
Aku melaknat
kehidupan orang-orang yang bersamanya ada kebohongan dan kedustaan,
berani mengabaikan perintah Tuhan
karena takut kepada manusia. Pengkhidmatan yang telah diberikan kepadaku oleh
Tuhan Yang Gagah Perkasa dan yang karenanya aku dilahirkan, sekali-kali aku
tidak akan berpangku tangan bermalas-malasan, walaupun matahari dari satu arah dan bumi dari arah yang lain bertemu menjepitku tetap aku tidak akan
tinggal diam.
Apalah itu insan sekedar kromosom, dan
apa itu basyar (manusia) hanya
sekedar gumpalan darah, kenapa meski takut, bagaimana mungkin aku harus
menyingkirkan hukum Tuhan Yang
Hayyul-Qayyum. Sebagaimana Tuhan dahulu
memberikan keputusan di
antara Rasul-Nya dengan para pendusta
maka sekarangpun Dia akan memberikan keputusan.
Untuk kedatangan Rasul-rasul Tuhan ada masanya dan demikian pula kepergiannya,
karena itu ketahuilah bahwa aku datang
pada waktunya dan akan pergi pada waktunya pula. Janganlah melawan
Tuhan, sebab hal ini bukanlah pekerjaan kalian menghancurkan aku.”
Jaminan Pertolongan Allah Swt. Kepada Para Rasul Allah
Keyakinan luarbiasa
Masih Mau’ud a.s. tersebut sesuai dengan dengan janji Allah Swt. kepada para rasul
Allah dalam firman-Nya berikut ini:
اِنَّ الَّذِیۡنَ یُحَآدُّوۡنَ اللّٰہَ وَ
رَسُوۡلَہٗۤ اُولٰٓئِکَ فِی
الۡاَذَلِّیۡنَ ﴿﴾ کَتَبَ
اللّٰہُ لَاَغۡلِبَنَّ اَنَا وَ
رُسُلِیۡ ؕ اِنَّ اللّٰہَ قَوِیٌّ
عَزِیۡزٌ ﴿﴾
Sesungguhnya orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya mereka itu termasuk orang-orang yang sangat hina. Allah telah menetapkan: “Aku dan rasul-rasul-Ku pasti
akan me-nang.” Sesungguhnya Allaāh
Maha Kuat, Maha Perkasa. (Al-Mujadalah
[58]:21-22).
Ada tersurat nyata
pada lembaran-lembaran sejarah bahwa kebenaran senantiasa menang terhadap kepalsuan. Dalam surah lain Allah Swt. berfirman mengenai nasib buruk para penentang rasul Allah:
وَّ سَکَنۡتُمۡ فِیۡ مَسٰکِنِ
الَّذِیۡنَ ظَلَمُوۡۤا اَنۡفُسَہُمۡ وَ تَبَیَّنَ لَکُمۡ کَیۡفَ فَعَلۡنَا بِہِمۡ وَ ضَرَبۡنَا
لَکُمُ الۡاَمۡثَالَ ﴿﴾ وَ قَدۡ
مَکَرُوۡا مَکۡرَہُمۡ وَ عِنۡدَ اللّٰہِ مَکۡرُہُمۡ ؕ وَ اِنۡ کَانَ مَکۡرُہُمۡ
لِتَزُوۡلَ مِنۡہُ الۡجِبَالُ ﴿﴾ فَلَا
تَحۡسَبَنَّ اللّٰہَ مُخۡلِفَ وَعۡدِہٖ
رُسُلَہٗ ؕ اِنَّ اللّٰہَ عَزِیۡزٌ
ذُو انۡتِقَام﴿ؕ﴾
Dan kamu menetap di tempat tinggal orang-orang
yang telah menzalimi diri sendiri,
dan telah menjadi nyata bagi kamu bagaimana Ka-mi berlaku terhadap mereka,
dan Kami telah mengemukakan kepada kamu perumpamaan-perumpamaan.” وَ قَدۡ مَکَرُوۡا مَکۡرَہُمۡ وَ عِنۡدَ
اللّٰہِ مَکۡرُہُمۡ ؕ -- Dan sungguh mereka telah melakukan makar mereka,
tetapi makar mereka ada di sisi Allah,
وَ اِنۡ کَانَ مَکۡرُہُمۡ لِتَزُوۡلَ
مِنۡہُ الۡجِبَالُ -- dan jika
sekali pun makar mereka dapat
memindahkan gunung-gunung. فَلَا تَحۡسَبَنَّ اللّٰہَ مُخۡلِفَ وَعۡدِہٖ رُسُلَہٗ ؕ اِنَّ اللّٰہَ
عَزِیۡزٌ ذُو انۡتِقَام -- Maka janganlah
engkau sama sekali menyangka bahwa Allah akan menyalahi janji-Nya
kepada rasul-ra-sul-Nya, sesungguhnya
Allah Maha Perkasa, Yang memiliki pembalasan. (Ibrahim [14]:46-48).
Makna ayat: وَ قَدۡ مَکَرُوۡا مَکۡرَہُمۡ وَ عِنۡدَ اللّٰہِ مَکۡرُہُمۡ ؕ وَ
اِنۡ کَانَ مَکۡرُہُمۡ لِتَزُوۡلَ مِنۡہُ
الۡجِبَالُ --
“Dan sungguh mereka telah melakukan makar mereka, tetapi
makar mereka ada di sisi Allah, dan
ji-ka sekali pun makar mereka
dapat me-mindahkan gunung-gunung.” Allah
Swt. sungguh-sungguh
mengetahui makar buruk mereka, dan Dia akan menggagalkannya, karena dalam
setiap “duel makar” di setiap zaman kenabian “makar tandingan” Allah Swt. senantiasa mengungguli
“makar buruk” yang dilakukan para penentang
rasul Allah (QS.3:53; QS.8:31; QS.27:51-54).
Tujuan Adanya Hadiah
Uang Untuk Menyempurnakan Dalil (Hujjah) & “Doa Buruk” Abu Jahal di Perang Badar yang Menimpa Dirinya
Selanjutnya Masih Mau’ud a.s. menjelaskan mengenai
tujuan disediakannya “hadiah uang” bersama “selebaran”
(risalah) yang beliau a.s. kirimkan kepada para ulama penentang beliau:
“Maksud selebaran ini adalah menyempurnakan dalil ayat sebagaimana Tuhan telah menyempurnakan dalil
dan tanda-tanda-Nya
atas para mukhalifin[1]
(penentang). Oleh karena itu aku terbitkan selebaran ini beserta hadiahnya sebesar Rs 500. Dan jika
belum siap bisa saja uang ini aku
simpan dulu di suatu bank negara.
Jika Tuan
Hafiz Muhammad Yusuf dan teman-temannya
yang nama-namanya telah kutulis di dalam
selebaran ini benar dalam pendakwaannya, yakni jika
hal itu benar bahwa seorang yang mendakwakan dirinya nabi dan rasul, ma’mur minallâh
(orang yang diperintah Allah), dan dengan bersumpah atas nama Allah padahal dia
adalah dusta, tetapi dapat
hidup selama 23 tahun, sesuai wahyu yang diterima oleh Rasulullah saw.,
maka aku akan memberikan hadiah kepada yang sanggup mengajukan
tantangan semacam itu, yang sesuai dengan kebenaranku dan Quran Syarif. Dan
jika jumlah mereka banyak, terserah kepada mereka untuk membagi-bagikannya. Temponya 15 hari semenjak terbitnya selebaran ini adalah waktu bagi
mereka untuk mencari contoh seorang pendakwa palsu di seluruh dunia dan
bawalah dia.
Satu hal
yang sangat disesali berkenaan
dengan pendakwaanku, yaitu ketika
aku mendakwakan sebagai Masih
Mau’ud, para penentang tidak
mengambil faedah baik dari tanda-tanda
langit maupun dari tanda-tanda bumi. Tuhan telah menzahirkan dari berbagai macam
tanda, tetapi penduduk dunia ini masih belum menerimanya.
Sekarang,
ada dua bahtera, satu bahtera manusia dan satu lagi bahtera
Tuhan. Yakni Tuhan menghendaki bahwa hamba-Nya yang
telah diutus-Nya menzahirkan kebenaran dengan dalil-dalil yang
terang dan tanda-tanda yang jelas. Sedangkan orang-orang yang menentang menghendaki agar orang yang telah diutus (rasul) itu hancur serta balasannya
adalah keburukan.
Mereka mengharapkan utusan (rasul) itu mati di hadapan mereka,
Jemaatnya berpecah-belah dan lenyap, setelah itu mereka akan bergembira dan tertawa sambil mengejeknya, dan hati mereka berkata “Mubaraklah atas kalian! Kalian telah menyaksikan Jemaat
utusan Tuhan itu berantakan, dan musuh
kalian telah mati!”
Namun apakah angan-angan mereka akan terbukti dan hari kebahagian mereka akan tiba kepada mereka? Jawabnya adalah, cari dulu contoh semacam itu jika memang
ada, barulah kebahagiaan akan tiba kepada mereka. Pada perang Badar pun Abu Jahal
berdoa:
Allāhumma, man kāna minnā kādziban fa-ahnahu fiy hādza mawātini
“Ya Allah, barangsiapa
di antara kami berdua dalam pandangan
Engkau berdusta, maka matikanlah
dia dalam peperangan ini!”
Coba lihat, apakah dia pada saat berdoa mengaku pendusta? Begitu pula pada waktu Lekh Ram berkata, “Ramalanku
mengenai Mirza Ghulam Ahmad sama sebagaimana kabar gaibnya, tetapi ramalanku akan sempurna lebih dulu, dia akan mati![2]” Apakah di
saat itu ia mengakui dirinya bahwa,
“Aku sebenarnya berdusta?”
Kebinasaan Abu Jahal-jahal
dan Kawan-kawan di Perang Badar & Jaminan Pertolongan
Allah Swt. Kepada Masih Mau’ud a.s.
Doa buruk dan takabbur
yang dipanjatkan dalam Perang Badar tersebut sesuai dengan firman
Allah Swt. dalam Al-Quran berikut ini:
وَ
اِذۡ قَالُوا اللّٰہُمَّ اِنۡ کَانَ ہٰذَا ہُوَ الۡحَقَّ مِنۡ عِنۡدِکَ
فَاَمۡطِرۡ عَلَیۡنَا حِجَارَۃً مِّنَ السَّمَآءِ اَوِ ائۡتِنَا بِعَذَابٍ اَلِیۡمٍ
﴿﴾ وَ مَا کَانَ اللّٰہُ لِیُعَذِّبَہُمۡ وَ اَنۡتَ فِیۡہِمۡ ؕ وَ مَا کَانَ اللّٰہُ
مُعَذِّبَہُمۡ وَ ہُمۡ یَسۡتَغۡفِرُوۡنَ ﴿﴾
Dan ingatlah
ketika mereka berkata: “Ya Allah,
jika Al-Quran ini
benar-benar kebenaran dari
Engkau maka hujanilah kami dengan batu dari langit atau datangkanlah kepada kami azab yang pedih.”
Tetapi Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka selama engkau berada di tengah-tengah mereka dan Allah
sekali-kali tidak akan mengazab mereka sedangkan mereka meminta ampun. (Al-Anfāl [8]:33-34).
Kira-kira seperti
kata-kata itu jugalah Abu Jahal
mendoa di medan perang Badar (Bukhari — Kitab Tafsir). Doa itu dikabulkan secara harfiah. Abu Jahal bersama 7 orang pemimpin Quraisy
yang lain -- seperti halnya para pemimpin kafir kaum Nabi Shalih a.s. (QS.27:46-54) --
terbunuh dan mayat-ayat mereka dilemparkan ke dalam sebuah lubang.
Orang-orang kafir Mekkah mendapat hukuman Ilahi dalam perang Badar setelah Nabi Besar Muhammad saw. meninggalkan
Mekkah hijrah ke Madinah. Berdasarkan
ayat 35 keberadaan Rasul-rasul Allah di satu tempat berfungsi semacam perisai terhadap hukuman-hukuman dari langit.
Selanjutnya Masih Mau’ud a.s. menjelaskan:
“Memang banyak
orang yang ingkar di dunia ini, tetapi seorang
yang munkar yang sangat merugi adalah yang tidak tahu akan dirinya sendiri
sebelum matinya bahwa dia itu dusta. Apakah Tuhan di waktu itu berkuasa dan sekarang tidak lagi?
Na’udzubillâh, sekali-kali tidak demikian, bahkan setiap yang hidup Dia melihatnya, dan pada akhirnya Tuhan-lah yang akan menang.
“Seorang Pemberi peringatan telah datang ke dunia, tetapi dunia
tidak menerimanya, namun Tuhan akan
menerimanya, dan dengan serangan-Nya
yang hebat akan dizahirkan-Nya kebenarannya.”
Dia-lah Tuhan Yang memiliki Tangan
kuat, kapankah langit dan bumi
beserta isi-isinya pernah tunduk kepada kehendak
manusia? Satu hari akan tiba yang Dia Sendiri menentukannya. Inilah tanda orang
yang benar, ujian dan cobaan selalu ada pada mereka. Tuhan dengan penampakkan kebesaran-Nya turun pada hati
mereka. Bagaimanakah bangunan itu
akan runtuh sedangkan
di dalamnya duduk bertahta Raja Yang Hakiki?
Ejeklah
dan tertawakanlah sepuas kalian, caci-makilah semau kalian, buatlah hal yang menyakiti hati
sekemampuan kalian, buatlah setiap macam rencana untuk membasmiku hingga ke akar-akarnya sekuat tenaga kalian. Tetapi ingatlah, tak lama lagi Tuhan
akan menampakkan, bahwa Tangan Tuhan tidak pernah terkalahkan. Orang bodoh
berkata, “Aku akan sukses dengan
rencanaku!” tetapi Tuhan berfirman, “Hai
manusia yang kena laknat! Perhatikanlah, Aku akan menghancurkan semua rencana kalian di atas tanah!”
(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik
Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 16 Mei 2017
[1] Sebagian orang-orang bodoh masa kini telah
beberapa kali mengalami kekalahan
tetapi masih juga ingin berdebat
denganku masalah hadits. Atau mereka
ingin menyuruh orang lain berdebat
denganku. Sungguh disesalkan, mereka tidak mau mengerti. Ada beberapa macam
hadits yang dalam beberapa hal perlu ditinggalkan mereka tetapi tidak mau
melepaskannya, padahal itu hanya
menambah beban pikiran dan persoalan
saja (majruh) serta menambah keragu-raguan saja. Ada pula hadits-hadits mereka yang oleh Quran
Syarif dinyatakan dusta. Lalu
bagaimana mungkin aku akan meninggalkan bukti-bukti
terang dan yang didukung oleh Quran
Syarif dan dibenarkan oleh hadits
shahih, dan Kalam Tuhan yang turun padaku adalah saksi-saksinya, dan
kitab-kitab dahulupun membenarkannya serta akalpun menerimanya, ratusan tanda-tanda yang ada padaku
membuktikannya. Oleh sebab itu memperdebatkan
hadits bukanlah cara mencari penyelesaian.
Tuhan memberitahuku bahwa semua hadits
yang mereka ajukan itu dari segi makna
dan lafaznya tidak bersih dan telah diubah-ubah, telah jauh melantur dari maksud sebenarnya. Orang
yang datang dengan kebenaran telah dipersiapkan bahwa dari khazanah hadits-hadits yang diperlukan dia menerimanya dari Tuhan setelah
mendapat petunjuk, apakah itu untuk
kebaikan ataupun untuk masalah keburukan. Jika memang itu keburukan maka ia menolaknya. (Pen).
[2] Demikian pula Maulvi Ghulam Dastegir Kasuri telah
mempropagandakan bukunya di Punjab dan berkata, “Aku telah mengambil keputusan ini bahwa di antara kami berdua yang
berdusta akan mati lebih dulu”. Apakah dia tahu bahwa keputusan
itulah yang akan menimpa berupa laknat atas dirinya dan dia telah mati lebih dulu, dia telah mencoreng
muka sahabat-sahabatnya yang lain. Dan membungkam
mulut mereka serta membuat hati
mereka menjadi ciut jika menghadapi pertarungan
seperti itu di masa datang (Pen).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar