Bismillaahirrahmaanirrahiim
“ARBA’IN”
ARBA’IN LI-ITMÂMIL HUJJAH ‘ALAL MUKHALLIFÎN
(Empat Puluh Risalah, Menyempurnakan Argumen Bagi Para
Penentang)
Karya
Mirza Ghulam Ahmad
a.s.
(Al-Masih Al-Mau’ud a.s.
-- Al-Masih yang Dijanjikan a.s.)
Bagian 22
ARBA’ÎN KE III
MAKNA “MENINGGALKAN
AL-QURAN” & DEMI MENENTANG
MASIH MAU’UD A.S. BERANI MELECEHKAN KETENTUAN ALLAH SWT DALAM AL-QURAN DAN BIBLE MENGENAI KEBINASAAN PARA PENDAKWA
PALSU
Oleh
Ki Langlang Buana
Kusuma
D
|
alam akhir Bab sebelumnya telah dikemukakan topik Kesedihan Rasul
Akhir Zaman & Hikmah Al-Quran Diwahyukan Secara Bertahap sehubungan dengan firman-Nya:
وَ قَالَ الرَّسُوۡلُ یٰرَبِّ اِنَّ قَوۡمِی
اتَّخَذُوۡا ہٰذَا الۡقُرۡاٰنَ مَہۡجُوۡرًا ﴿﴾ وَ کَذٰلِکَ جَعَلۡنَا لِکُلِّ
نَبِیٍّ عَدُوًّا مِّنَ الۡمُجۡرِمِیۡنَ ؕ وَ کَفٰی بِرَبِّکَ َادِیًا وَّ نَصِیۡرًا ﴿﴾ وَ
قَالَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا لَوۡ لَا نُزِّلَ عَلَیۡہِ الۡقُرۡاٰنُ جُمۡلَۃً
وَّاحِدَۃً ۚۛ کَذٰلِکَ ۚۛ لِنُثَبِّتَ بِہٖ فُؤَادَکَ وَ رَتَّلۡنٰہُ
تَرۡتِیۡلًا﴿﴾ وَ لَا یَاۡتُوۡنَکَ
بِمَثَلٍ اِلَّا جِئۡنٰکَ بِالۡحَقِّ وَ اَحۡسَنَ تَفۡسِیۡرًا ﴿ؕ﴾ اَلَّذِیۡنَ یُحۡشَرُوۡنَ عَلٰی وُجُوۡہِہِمۡ
اِلٰی جَہَنَّمَ ۙ اُولٰٓئِکَ شَرٌّ مَّکَانًا وَّ اَضَلُّ سَبِیۡلًا ﴿﴾
Dan Rasul
itu berkata: “Ya Rabb-ku (Tuhan-ku),
sesungguhnya kaumku telah menjadikan
Al-Quran ini sesuatu yang telah ditinggalkan. Dan demikianlah Kami telah
menjadikan musuh bagi tiap-tiap nabi
dari antara orang-orang yang
berdosa, dan cukuplah Rabb (Tuhan)
engkau sebagai pemberi petunjuk dan penolong. Dan orang-orang
kafir berkata: “Mengapa Al-Quran tidak diturunkan kepadanya seluruhnya sekali-gus?
Seperti itulah Kami telah menurunkannya
supaya Kami
meneguh-kan hati engkau dengannya, dan Kami telah menyusunnya dalam susunan yang sebaik-baiknya. Dan mereka
tidak datang ke-pada engkau dengan sesuatu keberatan melainkan Kami melengkapi engkau dengan kebenaran dan
sebaik-baik penjelasan. Orang-orang
yang akan di-himpunkan dengan
menyeret wajahnya ke
dalam Jahannam, mereka
itulah yang akan paling buruk tempatnya
dan paling sesat jalannya. (Al-Furqān
[25]:31-35).
Ayat 31 dengan sangat tepat sekali dapat dikenakan
kepada mereka yang menamakan diri orang-orang
Muslim dan mengaku sebagai ulama Islam,tetapi telah menyampingkan Al-Quran dan telah melemparkannya ke belakang. Barangkali
belum pernah terjadi selama 14 abad ini di mana Al-Quran demikian rupa diabaikan
dan dilupakan oleh orang-orang Muslim seperti dewasa ini.
Ada sebuah hadits Nabi Besar Muhammad saw. yang mengatakan: “Satu saat akan datang kepada kaumku, bila tidak ada yang tinggal dari Islam melainkan namanya dan dari Al-Quran
melainkan kata-katanya” (Baihaqi, Syu’ab-ul-iman). Sungguh
masa sekarang-sekarang inilah saat yang dimaksudkan itu.
Hikmah Wahyu Al-Quran Diturunkan Secara Bertahap
Selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai Sunnah-Nya berkenaan dengan para rasul Allah, termasuk berkenaan Masih
Mau’ud a.s. di Akhir Zaman ini: وَ کَذٰلِکَ جَعَلۡنَا لِکُلِّ نَبِیٍّ
عَدُوًّا مِّنَ الۡمُجۡرِمِیۡنَ ؕ وَ کَفٰی بِرَبِّکَ َادِیًا وَّ نَصِیۡرًا -- “Dan demikianlah Kami telah menjadikan musuh bagi tiap-tiap nabi dari antara orang-orang yang berdosa, dan cukuplah
Rabb (Tuhan) engkau sebagai pemberi
petunjuk dan penolong.”
Jangankan terhadap wahyu-wahyu non-syariat yang diterima oleh Masih Mau’ud a.s. – sekali pun banyak yang merupakan pengulangan pewahyuan ayat-ayat Al-Quran
– bahkan terhadap wahyu Al-Quran yang
diwahyukan Allah Swt. kepada Nabi Besar Muhammad saw. pun berbagai macam keberatan dan tuduhan dusta,
sebagaimana ayat selanjutnya: وَ قَالَ الَّذِیۡنَ
کَفَرُوۡا لَوۡ لَا نُزِّلَ عَلَیۡہِ الۡقُرۡاٰنُ جُمۡلَۃً وَّاحِدَۃً -- “Dan orang-orang
kafir berkata: “Mengapa Al-Quran tidak
diturunkan kepadanya seluruhnya sekali-gus?
کَذٰلِکَ ۚۛ لِنُثَبِّتَ بِہٖ فُؤَادَکَ -- Seperti itulah Kami
telah menurunkannya supaya Kami meneguhkan hati engkau dengannya, وَ رَتَّلۡنٰہُ تَرۡتِیۡلًا -- dan Kami telah
menyusunnya dalam susunan yang sebaik-baiknya.”
Al-Quran diwahyukan Allah Swt. sedikit-sedikit
dan pada waktu yang terpisah-pisah. Hal ini dimaksudkan untuk memenuhi beberapa
tujuan tertentu yang sangat berguna:
(a) waktu
selang antara wahyu berbagai bagian,
memberikan kesempatan kepada orang-orang beriman untuk menyaksikan sempurnanya beberapa nubuatan yang
terkandung di dalam bagian yang sudah diwahyukan,
dengan demikian keimanan mereka
menjadi teguh dan kuat. Tambahan pula hal itu dimaksudkan
untuk menjawab keberatan-keberatan
yang dilancarkan oleh orang-orang kafir
dalam waktu selang itu.
(b) Bila
orang-orang Muslim memerlukan petunjuk pada kejadian tertentu untuk memenuhi
keperluan tertentu maka ayat-ayat yang diperlukan dan bersangkut-paut dengan
hal itu diturunkan.
Wahyu Al-Quran
terpencar sepanjang masa 23 tahun, agar para sahabat Nabi Besar Muhammad
saw. dapat menghafalkan, mempelajari,
dan menyesuaikan diri. Seandainya wahyu
Al-Quran diturunkan sekaligus dalam bentuk sebuah kitab yang lengkap maka orang-orang
kafir dapat mengatakan bahwa Nabi
Besar Muhammad saw. telah menyuruh seseorang
menyiapkannya (QS.16:104; QS.25:5-7).
Dengan demikian turunnya secara bertahap pada waktu-waktu yang berlainan, pada kesempatan-kesempatan yang berlainan, dan di dalam keadaan-keadaan yang jauh sekali berbeda,
menjawab
keberatan yang mungkin timbul. Al-Quran
diturunkan sebagian demi sebagian agar supaya dapat dihafalkan di luar kepala dengan mudah. Diturunkannya Al-Quran
sedikit-demi sedikit memenuhi juga nubuatan
dalam Bible seperti berikut:
“Maka siapa gerangan diajarkannya pengetahuan? dan siapa diartikannya
barang yang ke-dengaran itu? kanak-kanak yang baharu lepas susukah? kanak-kanak
yang baharu dice-raikan dari susu emaknya? Karena adalah hukum bertambah hukum
dan hukum bertambah hukum, syarat bertambah syarat dan syarat bertambah syarat,
di sini sedikit, di sana sedikit” (Yesaya 28:9-10).
Kesempurnaan Kitab Suci Al-Quran Sebagai Dalil
Makna ayat selanjutnya: وَ لَا یَاۡتُوۡنَکَ بِمَثَلٍ اِلَّا
جِئۡنٰکَ بِالۡحَقِّ وَ اَحۡسَنَ تَفۡسِیۡرًا -- “Dan mereka
tidak datang kepada engkau dengan sesuatu keberatan melainkan Kami melengkapi engkau dengan kebenaran dan
sebaik-baik penjelasan” (Al-Furqān [25]:34), inilah salah
satu ciri khas Al-Quran yang membedakannya dari semua kitab wahyu lainnya, yaitu manakala Al-Quran membuat suatu pendakwaan mengenai adanya Tuhan, kebenaran Islam, atau tentang berasalnya dari Tuhan Sendiri atau apa pun lainnya yang bertalian
dengan perkara keagamaan, Al-Quran
memberikan dalil-dalil yang
diperlukan untuk membuktikan dan mendukung dakwanya, dan tidak mencari perantara lain untuk membantu atau menolongnya, firman-Nya:
اِنَّ
الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا بِالذِّکۡرِ
لَمَّا جَآءَہُمۡ ۚ وَ
اِنَّہٗ لَکِتٰبٌ عَزِیۡزٌ ﴿ۙ﴾ لَّا
یَاۡتِیۡہِ الۡبَاطِلُ مِنۡۢ بَیۡنِ
یَدَیۡہِ وَ لَا مِنۡ خَلۡفِہٖ ؕ تَنۡزِیۡلٌ مِّنۡ حَکِیۡمٍ حَمِیۡدٍ ﴿﴾
Sesungguhnya
rugilah orang-orang yang ingkar
kepada Peringatan, yakni
Al-Quran, tatkala ketika ia
datang kepada mereka, dan sesungguhnya ia
benar-benar Kitab yang mulia. Kebatilan
tidak dapat mendekatinya, baik dari
depannya maupun dari belakangnya.
Diturunkan dari Tuhan Yang
Maha Bijaksana, Maha Terpuji.(Ha
Mim – As-Sajdah [41]:42-43).
Dalam ayat 42 Al-Quran disebut dzikr karena:
(a) Al-Quran mengemukakan dan mengulang-ulangi
asas-asas dan ajaran-ajarannya
dalam berbagai bentuk, dengan demikian membuat manusia terus mengingat asas-asas serta ajaran-ajarannya; (b) Al-Quran mengingatkan manusia akan ajaran-ajaran mulia yang pernah
diturunkan di dalam Kitab-kitab Suci
terdahulu; dan (c) dengan beramal
atas ajaran-ajarannya maka manusia
dapat menaiki puncak-puncak keluhuran
ruhani (dzikr berarti pula kehormatan).
Makan ayat selanjutnya: لَّا یَاۡتِیۡہِ الۡبَاطِلُ مِنۡۢ بَیۡنِ یَدَیۡہِ وَ لَا مِنۡ
خَلۡفِہٖ -- “Kebatilan tidak dapat mendekatinya,
baik dari depannya maupun dari belakangnya.” Al-Quran adalah Kitab yang sangat menakjubkan,
ternyata tidak ada satu pun di antara kebenaran-kebenaran,
asas-asas, dan cita-cita agung yang diuraikan oleh Al-Quran pernah disangkal
atau ditentang oleh ajaran-ajaran zaman dahulu ataupun oleh ilmu pengetahuan modern.
Makna wujuh dalam Surah Al-Furqān ayat selanjutnya: اَلَّذِیۡنَ یُحۡشَرُوۡنَ عَلٰی وُجُوۡہِہِمۡ
اِلٰی جَہَنَّمَ ۙ اُولٰٓئِکَ شَرٌّ مَّکَانًا وَّ اَضَلُّ سَبِیۡلًا -- “Orang-orang yang akan dihimpunkan dengan menyeret wajahnya
ke dalam Jahannam, mereka
itulah yang akan paling buruk tempatnya
dan paling sesat jalannya. (Al-Furqān
[25]: 35). Yakni para penentang rasul
Allah akan diseret ke dalam neraka bersama-sama pemuka-pemuka mereka; kata wujuh juga berarti
“pemimpin-pemimpin.”
Makna Meninggalkan Al-Quran
Sehubungan dengan Sunnatullah tersebut selanjutnya Masih Mau’ud a.s. bersabda:
“Namun sungguh mengherankan, bahwa Tuan Maulvi
Rahmatullah di dalam kitabnya Izalah Auham dan Istifsar,
dalil inilah yang diberikannya kepada Tuan pendeta Fundle, dan Pendeta
Fundle tidak dapat memberikan jawaban
apa-apa, padahal menurut sejarah orang ini sangat mahir, akan tetapi untuk
mematahkan dalil ini dia tidak dapat berbuat apa-apa[1], diam tanpa
jawaban.
Tetapi
kini Tuan Hafiz Muhammad Yusuf, yang dikatakan anak keturunan Muslim, mengingkari
ayat
Quran Syarif ini. Dan hal ini bukan hanya ucapan saja, bahkan dengan tulisan
juga. Buktinya ada pada kami yang ditandatanganinya sendiri dan diberikan pula kepada saudaraku tercinta Mufti Muhammad Shadiq dengan pernyataan
bahwa, “Kami sanggup akan memberikan
bukti-bukti pendusta semacam itu yang yang mendakwakan diri Rasul atau Nabi
atau Ma’mur minaLlāh namun dia dapat hidup selama 23 tahun atau lebih padahal
dia itu pendusta”.
Ketahuilah, bahwa orang ini dari kelompok Tuan Abdulah Gaznawi dan sangat terkenal. Dan sebagai contoh dari akidah-akidah mereka, apa yang aku tulis inilah keadaannya, dan hal
ini bukanlah rahasia lagi bagi siapapun, bahwa mendustakan dalil Quran
Syarif yang diberikan berarti mendustakan
Quran Syarif. Dan jika satu dalam Quran Syarif disangkal
maka akan hilanglah keimanan (kepercayaan) dan
karenanya pasti akan terjadi anggapan
bahwa semua dalil Quran Syarif yang terbukti dalam risalah kenabian dan tauhid Ilahi adalah batil dan dusta.”
Dari
penjelasan Masih Mau’ud a.s. tersebut,
jelaslah makna nubuatan
dalam Al-Quran bahwa di Akhir Zaman
ini umumnya umat Islam telah “meninggalkan Al-Quran” (QS.25:31)
bukan dalam pengertian bahwa umat Islam sama sekali telah mengabaikan Al-Quran sehingga tidak ada
lagi yang mau membaca Al-Quran,
melainkan maknanya:
(1) ketika umat Islam melakukan penafsiran
keliru mengenai ayat-ayat Al-Quran.
Contohnya Allah Swt. dalam Al-Quran
dengan tegas menyatakan bahwa Nabi
Isa Ibnu Maryam a.s. telah wafat (QS.3:56 & 145; QS.5:117-118; QS.21:35-36), dan barangsiapa yang dipanjangkan usianya pasti mengalami pikun (QS.16:71; QS.22:6; QS.36:69), tetapi umumnya para ulama Islam mengatakan bahwa hingga saat
ini Nabi
Isa Ibnu Maryam a.s. masih hidup
dengan jasad kasarnya di langit dan
akan turun lagi sebagai nabi umat Islam guna mewujudkan kejayaan Islam kedua kali (QS.61:10), padahal Allah Swt. menyatakan
bahwa Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. diutus hanya untuk kalangan Bani Israil (QS.2:66-89; QS.3:46-56;
QS.61:7), sedangkan yang dimaksud dengan kedatangan kedua kali Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. adalah kedatangan misal Nabi Isa Ibnu Maryam
a.s. (QS.43:48).
(2) umat Islam telah mendurhakai perintah Allah Swt. dalam Al-Quran. contohnya Allah Swt. memerintahkan
agar umat Islam bertakwa dengan ketakwaan
yang hakiki serta tetap berpegang-teguh
pada tali Allah dan jangan bercerai-
berai (QS.3:103-105), tetapi kenyataannya adalah sebaliknya. Karena adanya pertentangan
antara ucapan dan tindakan
(amal) umat Islam sehingga akibatnya di kalangan umat Islam bukannya tercipta “kesatuan dan persatuan umat” (QS.21:93; QS.23:53-54) melainkan perpecahan
umat (QS.5:55-57; QS.30:31-33).
Janji Dusta Para Penentang Masih Mau’ud a.s. yang
Berani Menentang Ketentuan Al-Quran
Selanjutnya Masih Mau’ud a.s. menjelaskan kedustaan para penentang beliau a.s. dalam
melakukan upaya-upaya penentangannya yang benar-benar bertentangan dengan ajaran Al-Quran dan Sunnah Nabi Besar Muhammad saw.:
“Pada hari
ini Tuan Hafiz berjanji
tentang urusan ini, bahwa dia berjanji
sanggup membuktikan orang-orang yang mendustai Tuhan, mengaku nabi atau menerima
risalat kenabian palsu namun tetap
hidup lebih dari 23 tahun, dan mungkin besoknya Tuan Hafiz akan mengatakan
dalil Quran Syarif:
لَوۡ کَانَ فِیۡہِمَاۤ اٰلِہَۃٌ
اِلَّا اللّٰہُ لَفَسَدَتَا ۚ
(Sekiranya didalam keduanya –
[yakni di langit dan bumi] -- ada tuhan
lain selain Allah niscaya akan binasa –
Qs.21:23), ini pun batil, dan mendakwakan bahwa, “Aku sanggup memperlihatkan bahwa selain
Allah, ada lagi tuhan yang lainnya yang benar”.
Langit dan
bumi hingga kini masih ada, maka orang “pemberani”
semacam Tuan Hafiz mengharap
segalanya. Tetapi bagi orang yang
beriman tubuhnya akan gemetar
jika mendengar ucapan yang bertentangan
dengan dengan kandungan Quran Syarif, atau sesuatu dalil yang membatalkan Quran Syarif. Bahkan suatu perkara yang bertolak-belakang dengan
Quran Syarif atau dengan Rasulullah
saw., bukanlah pekerjaan orang yang
beriman, yang berpegang pada kotoran tersebut.
Tuan Hafiz telah sampai kepada keadaan
itu, yang akibat intimnya beliau dengan
sahabatnya, sehingga beliau pun menyatakan, bahwa mengingkari dakwaku yang datang dari Tuhan pun
menurut mereka boleh. Dan
oleh karena kedustaannya maka Allah
menghinakan dan membuatnya
malu di dunia ini juga, karena itulah nasib Tuan Hafiz pun seperti para pengingkar yang lainnya, yakni menerima balasan kehinaan
dari Tuhan. Dan demikianlah telah
terjadi sebagaimana kami terangkan
di atas.
Di
dalam suatu majlis beberapa orang
dari Jemaatku mengajukan dalil ini kepada Tuan Hafiz, bahwa Tuhan di
dalam Quran Syarif memutuskan hukum bagaikan pedang, yaitu, “Jika
nabi ini palsu, berdusta atas-Ku,
menipu dalam satu perkara maka akan Kupotong urat nadinya, dan dia tidak akan dapat hidup sampai waktu tertentu.”
Wahyu-wahyu Ilahi Dalam Buku
Barâhin-e-Ahmadiyyah Bukti Kebenaran Pendakwaan Masih Mau’ud a.s.
Sekarang, jika kita menguji Masih Mau’ud
dengan ukuran ini maka
dengan melihat dan mempelajari Barâhin-e-Ahmadiyyah
dapatlah kita membuktikan, bahwa dakwa (pendakwaan) ini dari Tuhan. Dan percakapan dengan Tuhan selama 30 tahun serta
sejak 21 tahun lamanya Barâhin-e-Ahmadiyyah
telah tersebar, kemudian ternyata Masih Mau’ud tersebut tidak wafat dalam tempo itu,
dengan tenang hidup dalam keselamatan,
apakah itu bukan merupakan dalil bagi kebenarannya? Oleh karena wajiblah diyakini bahwa itu adalah benar.
Na’udzubillâh, bahwa Rasulullah
saw. hidup dalam keselamatan selama 30 tahun bukanlah dalil kebenaran beliau, sedangkan Tuhan sendiri telah menetapkan pada tempat ini jangka waktu 30 tahun
kepada dimulainya risalat kenabian.
Dikatakan sedikitpun tidak memperhatikan janji
لَوۡ تَقَوَّلَ عَلَیۡنَا (sekiranya ia mengada-ada atas Kami), dan na’udzubillâh terhadap anggapan, bahwa kendatipun Rasulullah saw. adalah pendusta tetap diberikan
waktu.
Akan tetapi
anggapan semacam itu terhadap beliau
tidaklah mungkin, yaitu bahwa beliau itu pendusta. Lalu jika
yang dilibatkan adalah tak mungkin
maka hal ini pun tak mungkin yakni tuduhan terhadap dakwaku
(pendakwaanku). Dengan demikian jelaslah, bahwa dalil ayat Quran Syarif ini mutlak tidak perlu penjabaran lagi sebab
telah jelas.
Jika kaidah ini ditaati sepenuhnya – bahwa Tuhan tidak sekali-kali memberikan waktu kepada pendusta untuk menyesatkan dengan dakwaan sebagai ma’mur minallah (orang yang
diperintahkan Allah) -- sebab jika demikian akan terjadi kerusakan di dalam Kerajaan-Nya
dan tidak ada perbedaan antara benar
dan dusta.
Pendeknya, jika dalam mempertahankan dakwaku dalil ini yang diberikan, tetapi Tuhan Hafiz tetap mengingkarinya dan teguh
pada pendiriannya, bahwa “Bisa saja pendusta dapat hidup selama 23 tahun
atau lebih”, dan akan berkata, “Aku
sanggup memberikan buktinya orang-orang semacam itu yang berdusta dalam
pendakwaannya dan dapat hidup 23 tahun atau lebih.”
Tetapi
sayang, hingga kini
belum satu buktipun yang datang, dan
bagi orang-orang Islam yang mengerti
Kitab-kitab agama Islam, mereka
mengetahui bahwa hingga hari ini
di antara para ulama umat, satu pun tidak ada yang menyatakan itikad ini, bahwa
seorang yang mendustai Tuhan
bisa hidup seperti Rasulullah selama 23 tahun, bahkan hal itu adalah jelas suatu serangan yang
tak beradab atas kehormatan Rasulullah saw. dan meremehkan dalil Tuhan.
Ya, memang
masalah ini adalah hak beliau meminta bukti-bukti dariku bahwa aku menerima
perintah Tuhan, adakah itu
telah sempurna atau belum selama 23 tahun lebih? Akan tetapi Tuan Hafiz tidak meminta semua itu,
sebab dia tahu bahkan seluruh ulama
Islam, Hindu, Kristen, bahwa dalam Barâhin-e-Ahmadiyyah yang di dalamnya dakwa
ini termaktub, dan di dalamnya
banyak sekali terdapat percakapan
dengan Allah.
Makar Buruk Terhadap Para Rasul Allah Pasti gagal
Peredaran
buku ini sudah lebih dari 21 tahun
lamanya, dan dari situ terbukti
bahwa hampir semenjak 30 tahun telah
tersiar. Dan ilham اَلَیۡسَ اللّٰہُ بِکَافٍ عَبۡدَہٗ (tidakkah Allah
cukup bagi hamba-Nya?) -- berkenaan kewafatan ayahku -- telah dicetak
dalam bentuk sebuah cincin, bahkan di Amritsar telah
dibuat sejenis stempel, dan cincin
tersebut sampai sekarang masih ada dan orang yang membuatnya pun masih ada,
dan Barâhin-e-Ahmadiyyah pun masih ada, yang di dalamnya
termaktub اَلَیۡسَ اللّٰہُ بِکَافٍ
عَبۡدَہٗ (tidakkah
Allah cukup bagi hamba-Nya?), dan sebagaimana terbukti dari cincin itu, telah mencapai kurun waktu
selama 26 tahun lamanya. Oleh karena semenjak 30 tahun yang lalu telah terbukti dari Barâhin-e-Ahmadiyyah maka
bagaimanapun tidak bisa diingkari,
dan apa yang ditulis oleh Maulvi
Muhammad Hussain itu adalah pandangannya
mengenai Barâhin-e-Ahmadiyyah.
Sesungguhnya kami tahu, bahwa sekali-kali
dalil Quran Syarif tak mungkin
dapat terpatahkan, sebab ia adalah dalil Tuhan, bukan dalil manusia. Banyak orang lahir ke
dunia ini bernasib sial, mereka ingin
mematahkan dalil ini,
tetapi apa akhirnya? Mereka sendiri yang lenyap dari dunia ini,
sedangkan dalil ini tetap tak
terpatahkan.
Seperti Tuan Hafiz itu, ia tidak
buta ilmu, tetapi apakah ia tidak
tahu bahwa ribuan ulama ternama dan para wali selalu menggunakan dalil ini dalam menyerang orang-orang
kuffar? Tak seorangpun Kristen
maupun Yahudi yang dapat memberikan bukti bahwa ada seseorang yang mendakwakan dirinya dengan kepalsuan menerima perintah dari Tuhan kemudian dapat hidup sampai 23
tahun lamanya.
Selanjutnya
apa ada kemampuannya Tuan Hafiz
hendak menghancurkan dalil ini?
Rupanya oleh karena itulah sebagian
orang-orang bodoh dan para Maulvi
yang tidak mengerti akan masalah ini terus memikirkan bagaimana caranya membinasakanku supaya di saat ini aku tidak mendapatkan
kesempurnaan. Sebagaimana orang-orang
Yahudi berpikir buruk ingin menjatuhkan derajat Nabi Isa a.s.,
na’udzubillâh, kemudian mereka menyalib beliau, supaya dengan
dalil
itu mereka dapat membuktikan bahwa Nabi Isa bin Maryam bukan
orang yang datang dari Tuhan dan
bukan pula dari antara orang-orang suci yang selalu
dimuliakan di sisi Allah.
Akan tetapi
Allah berjanji kepada Hadhrat Al-Masih
bahwa, “Aku akan menyelamatkan engkau
dari kematian di atas salib, dan Aku
akan memuliakan engkau di sisi-Ku sebagaimana Ibrahim dan nabi-nabi yang
lainnya telah Aku muliakan”, maka demikian pulalah Allah telah berjanji kepadaku berkenaan dengan rencana buruk orang-orang. Allah berjanji akan memberikan umur
kepadaku 80 tahun, atau 2 atau 3 tahun kurang atau lebih dari itu, agar orang-orang tidak bisa membuktikan tuduhan dustanya atas kekurangan umur,
sebagaimana orang-orang Yahudi ingin membuktikan kehinaan Nabi Isa a.s.
dengan salib.
Dia juga berjanji kepadaku, “Aku akan
menyelamatkan engkau dari penyakit kedengkian, supaya darinya tidak keluar
suatu keburukan[2], sebagaimana
orang buta”. Dan Tuhan telah memberitahuku bahwa, “Sebagian mereka juga ada yang selalu berdoa
buruk, tetapi Aku sendiri yang akan
mengembalikan doa-doa mereka kepada mereka sendiri.”
Pada
hakikatnya mereka memikirkan bahwa bagaimanapun mereka membawa diriku di bawah
لَوۡ
تَقَوَّلَ عَلَیۡنَا بَعۡضَ الۡاَقَاوِیۡلِ (sekiranya ia mengada-ada atas Kami sebagian perkataan), dan sedikit pun mereka tidak mengurangi rencana-rencana busuknya.
Sebagian para maulvi memberikan fatwa bahwa aku harus
dibunuh, sebagian lainnya mengajukan saksi-saksi untuk ke pengadilan memperkuat fitnah pembunuhan, dan yang lainnya lagi memberitakan akan kematianku, sebagian orang tak henti-hentinya berdoa di dalam sujudnya untuk kematianku menggesekkan hidungnya ke lantai mesjid
berulang-ulang. Sebagian lagi, seperti Maulvi
Ghulam Dastegir Kasuri, di dalam bukunya,
dan juga Maulvi Ismail Aligar, keduanya memberikan suatu keputusan yang tak
tergugat lagi, bahwa, “Jika
Masih Mau’ud pendusta maka ia akan mati sebelum kami, dan pasti akan mati sebelum kami sebab jelas ia
adalah pendusta.”
Dimangsa Kutukan dan Kedustaan Sendiri Secara Hina
Akan
tetapi setelah terbit tulisan itu
dan sudah meluas diketahui orang banyak,
maka dalam waktu yang sangat singkat
sekali ternyata dialah yang mati terlebih
dulu. Dengan demikian kematiannya telah memberikan
keputusan bahwa siapakah yang sebenarnya pendusta.
Akan tetapi orang-orang itu tidak
mengambil pelajaran dari peristiwa ini, apakah itu bukan merupakan satu mukjizat
yang besar?
Seorang jurnalis
pembela agama menyiarkan berita kematianku,
ternyata dia sendiri yang mati. Demikian pula Maulvi Ismail menerbitkan ramalan kematianku, ternyata dialah yang
telah mati lebih dulu. Maulvi Ghulam Dastegir menerbitkan pula artikel ramalan bahwa kematianku
akan terjadi lebih dulu daripadanya, tetapi kenyataannya dialah yang
telah mati lebih dulu.
Seorang pendeta bernama Hamidullah Peshwari
meramalkan kematianku akan
terjadi dalam 10 bulan lagi, diapun telah mati lebih dulu. Juga Lekh Ram memberitakan bahwa dalam waktu 3
tahun kematianku akan terjadi,
ternyata dialah yang telah mati lebih dahulu. Dengan demikian jelaslah,
bahwa Tuhan walau bagaimanapun Dia
menyempurnakan Tanda-tanda-Nya
dengan menampakkan semua kejadian itu.
Adapun yang
berkenaan dengan diriku, banyak
sedikitnya apa yang telah dilakukan oleh
orang-orang yang tinggi kedudukannya terhadap diriku, semua itu telah nyata,
sedangkan sebagian orang-orang lain itu hanya ikut-ikutan saja. Kehancuran apakah yang mereka
saksikan pada diriku?
Rencana yang menyakiti hati yang model manakah yang belum sampai pada
puncaknya? Apakah di dalam doa-doa busuk tersebut mengalami
kemunduran, atau fatwa pembunuhan tidak sempurna,
atau barangkali ejekan yang menyakiti
hati belum sampai pada kenyataan? Kemudian Tangan manakah yang
menyelamatkan diriku? Jika aku pendusta maka Tuhan sendiri yang akan menghancurkanku.
Jadi, biarkanlah manusia yang membuatnya, sebab Tuhan selalu
menghapuskannya.[3] Inilah tanda-tanda
pendusta yang Quran Syarif sendiri memberikan kesaksiannya, langit pun mendukungnya serta akal juga
menerimanya. Mereka yang meramalkan kematian orang lain tetapi justru mereka sendiri yang mati.”
Jadi, berkenaan
dengan wahyu-wahyu
Ilahi yang diterima Masih Mau’ud a.s. -- dalam kapasitasnya sebagai Rasul
Akhir Zaman (QS.61:10) -- Allah Swt. menghindarkan
atau mengecualikan beliau a.s. dari ketentuan firman-Nya berikut
ini bagi para pendakwa palsu:
فَلَاۤ اُقۡسِمُ بِمَا تُبۡصِرُوۡنَ ﴿ۙ﴾ وَ
مَا لَا تُبۡصِرُوۡنَ ﴿ۙ﴾ اِنَّہٗ لَقَوۡلُ رَسُوۡلٍ
کَرِیۡمٍ ﴿ۚۙ﴾ وَّ مَا ہُوَ بِقَوۡلِ شَاعِرٍ ؕ
قَلِیۡلًا مَّا تُؤۡمِنُوۡنَ﴿ۙ﴾ وَ لَا بِقَوۡلِ کَاہِنٍ ؕ قَلِیۡلًا مَّا تَذَکَّرُوۡنَ ﴿ؕ﴾ تَنۡزِیۡلٌ
مِّنۡ رَّبِّ الۡعٰلَمِیۡنَ ﴿﴾
وَ لَوۡ تَقَوَّلَ عَلَیۡنَا بَعۡضَ
الۡاَقَاوِیۡلِ ﴿ۙ﴾ لَاَخَذۡنَا مِنۡہُ بِالۡیَمِیۡنِ ﴿ۙ﴾ ثُمَّ لَقَطَعۡنَا مِنۡہُ الۡوَتِیۡنَ ﴿۫ۖ﴾ فَمَا
مِنۡکُمۡ مِّنۡ اَحَدٍ عَنۡہُ حٰجِزِیۡنَ
﴿﴾
Maka Aku bersumpah dengan apa yang kamu lihat,
dan apa yang tidak kamu lihat. Sesungguhnya
Al-Quran itu benar-benar firman
yang disampaikan seorang Rasul
mulia, dan bukanlah Al-Quran itu
perkataan seorang penyair, sedikit sekali apa yang kamu percayai. Dan bukanlah
ini perkataan ahlinujum, sedikit sekali kamu mengambil nasihat. Al-Quran
adalah wahyu yang diturunkan dari Rabb
(Tuhan) seluruh alam. وَ لَوۡ تَقَوَّلَ عَلَیۡنَا بَعۡضَ
الۡاَقَاوِیۡلِ -- Dan seandainya
ia mengada-adakan sebagian perkataan
atas nama Kami, لَاَخَذۡنَا مِنۡہُ
بِالۡیَمِیۡنِ -- niscaya
Kami akan menangkap dia dengan tangan
kanan, ثُمَّ لَقَطَعۡنَا مِنۡہُ الۡوَتِیۡنَ -- kemudian niscaya Kami memotong urat nadinya, فَمَا مِنۡکُمۡ مِّنۡ اَحَدٍ
عَنۡہُ حٰجِزِیۡنَ -- dan tidak
ada seorang pun di antara kamu dapat mencegah itu darinya (Al-Hāqqah [69]:39-48). Lihat pula QS.6:22 & 94; QS.7:38;
QS.10:18; QS.11:19; QS.40:29).
(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik
Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 12 Mei 2017
[1] Tuan Fundle di dalam bukunya Mizanul-Haq
(Timbangan Kebenaran) hanya sekedar memberikan jawaban berikut: “Semua pendengar adalah saksi atas keberadaan penyembah patung yang
berjuta-juta jumlahnya”. Jawaban seperti itu tak ada gunanya, sebab para
pemuja patung di dalam ajarannya tidak mendakwakan wahyunya
datang dari Allah bahwa, “Tuhan telah
memerintahkan kami, sebarkanlah ajaran memuja patung.” Mereka semua adalah tersesat, bukannya menipu
Tuhan. Jawaban ini tidak ada kaitannya dengan masalah yang sedang dibahas,
melainkan jauh dari rel pokok permasalahan, sebab pembahasan adalah berkisar di
dalam dakwa nubuatan dan pendustaan atas nama Tuhan, bukannya
soal kesesatan.
[2] Ilham Tuhan
mengenai itu ialah: “Tanzilal-rahmânu
‘alaa tsalatsal ‘ayna wa ‘alal akharîn – telah turun rahmat Tuhan pada tiga
panca indera engkau, yang satu pada mata dan dua lainnya pada dua bagian tubuh
yang lain”. (Pen).
[3] Lihatlah Maulvi
Abu Said Muhammad Hussain Batalwi, usaha apa yang telah dilakukan
kaki-tangannya untuk melenyapkan aku, dan itu hanyalah pekerjaan yang sia-sia
belaka melawan Tuhan. Orang yang telah menyatakan bahwa, “Akulah yang mengangkatnya maka aku pulalah yang menjatuhkannya.” Tetapi ia pun tahu apa balasan perbuatan yang
sia-sia itu. Sungguh disesalkan bahwa dia telah mengucapkan hal-hal yang
berkenaan dengan waktu, lalu dalam satu
ucapan bohongnya dan mengumandangkan berita bohong berkenaan masa datang. Siapakah
yang telah mengangkat derajatku? Ini adalah suatu ihsanat
(kebaikan) Tuhan atas diriku, tak ada kebaikan seseorang selain itu.
Pertama, Dia telah melahirkan aku dalam suatu keturunan yang baik dan
menyelamatkan diriku dari setiap keaiban. Kemudian, Dia Sendiri telah berdiri
tengah-tengah Jemaatku. Sangat disesalkan, di manakah letak pikiran mereka yang
mengucapkan kata-kata yang bertentangan dengan kenyataan, kata-kata yang palsu?
Sebenarnya begini, orang yang bernasib
sial itu telah berulang kali menyerangku dari segala penjuru tetapi tak pernah
berhasil. Dia menghalang-halangi orang yang hendak bai’at, tetapi kenyataannya
beribu-ribu orang telah baiat di tanganku. Dia berusaha menjatuhkan martabatku
dengan mengorbankan dirinya sebagai saksi
bagi pendeta-pendeta dalam pengadilan atas tuduhan dusta [berencana
melakukan pembunuhan]. Tetapi di saat
itu juga dia telah merasakan akibat dari niatnya itu, yaitu menyebarkan
berita-berita kotor berkenaan dengan diriku, dan jawabannya Tuhan Sendirilah yang
telah memberikannya lebih dulu, bukan
kehendakku. (Pen).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar