Minggu, 14 Mei 2017

Makna "Meninggalkan Al-Quran" & Demi "Menentang Masih Mau'ud a.s". Berani "Melecehkan Ketentuan Allah Swt." Dalam Al-Quran dan Bible Mengenai "Kebinasaan" Para "Pendakwa Paslu"


Bismillaahirrahmaanirrahiim

“ARBA’IN”

ARBA’IN LI-ITMÂMIL HUJJAH ‘ALAL MUKHALLIFÎN
(Empat Puluh Risalah, Menyempurnakan Argumen Bagi Para Penentang)

  Karya

  Mirza Ghulam Ahmad a.s.
(Al-Masih Al-Mau’ud a.s.   -- Al-Masih yang Dijanjikan a.s.)


Bagian 22

ARBA’ÎN KE III

MAKNA  “MENINGGALKAN AL-QURAN”  &  DEMI MENENTANG MASIH MAU’UD A.S.  BERANI MELECEHKAN KETENTUAN ALLAH SWT DALAM    AL-QURAN DAN BIBLE MENGENAI KEBINASAAN PARA PENDAKWA PALSU

Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

D
alam akhir  Bab sebelumnya   telah dikemukakan topik Kesedihan Rasul Akhir Zaman & Hikmah Al-Quran Diwahyukan Secara Bertahap  sehubungan dengan  firman-Nya:
   وَ قَالَ الرَّسُوۡلُ یٰرَبِّ اِنَّ قَوۡمِی اتَّخَذُوۡا ہٰذَا الۡقُرۡاٰنَ مَہۡجُوۡرًا ﴿﴾ وَ کَذٰلِکَ جَعَلۡنَا لِکُلِّ نَبِیٍّ عَدُوًّا مِّنَ الۡمُجۡرِمِیۡنَ ؕ وَ کَفٰی بِرَبِّکَ  َادِیًا وَّ نَصِیۡرًا ﴿﴾  وَ قَالَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا لَوۡ لَا نُزِّلَ عَلَیۡہِ الۡقُرۡاٰنُ جُمۡلَۃً وَّاحِدَۃً ۚۛ   کَذٰلِکَ ۚۛ لِنُثَبِّتَ بِہٖ فُؤَادَکَ وَ رَتَّلۡنٰہُ تَرۡتِیۡلًا﴿﴾  وَ لَا یَاۡتُوۡنَکَ بِمَثَلٍ اِلَّا جِئۡنٰکَ بِالۡحَقِّ وَ اَحۡسَنَ تَفۡسِیۡرًا ﴿ؕ﴾  اَلَّذِیۡنَ یُحۡشَرُوۡنَ عَلٰی وُجُوۡہِہِمۡ اِلٰی جَہَنَّمَ ۙ اُولٰٓئِکَ شَرٌّ مَّکَانًا وَّ اَضَلُّ سَبِیۡلًا ﴿﴾
Dan  Rasul itu berkata: “Ya Rabb-ku (Tuhan-ku), sesungguhnya kaumku telah menjadikan Al-Quran ini sesuatu yang telah ditinggalkan.   Dan demikianlah Kami  telah menjadikan musuh bagi tiap-tiap nabi   dari antara orang-orang yang berdosa, dan cukuplah Rabb (Tuhan) engkau sebagai pemberi petunjuk dan penolong. Dan  orang-orang kafir berkata:  “Mengapa Al-Quran tidak diturunkan kepadanya seluruhnya sekali-gus? Seperti itulah Kami telah menurunkannya   supaya Kami  meneguh-kan hati engkau dengannya, dan Kami telah menyusunnya dalam susunan yang sebaik-baiknya.  Dan mereka tidak datang ke-pada engkau dengan sesuatu keberatan melainkan Kami melengkapi engkau dengan kebenaran dan sebaik-baik penjelasan.   Orang-orang yang akan di-himpunkan dengan menyeret wajahnya  ke dalam Jahannam,  mereka itulah yang akan paling buruk tempatnya dan paling sesat jalannya. (Al-Furqān [25]:31-35).
      Ayat 31 dengan sangat tepat sekali dapat dikenakan kepada mereka yang menamakan diri orang-orang Muslim  dan mengaku sebagai ulama Islam,tetapi telah menyampingkan Al-Quran dan telah melemparkannya ke belakang. Barangkali belum pernah terjadi selama 14 abad ini di mana Al-Quran demikian rupa diabaikan dan dilupakan oleh orang-orang Muslim seperti dewasa ini.
      Ada sebuah hadits Nabi Besar Muhammad saw.    yang mengatakan: “Satu saat akan datang kepada kaumku, bila tidak ada yang tinggal dari Islam melainkan namanya dan dari Al-Quran melainkan kata-katanya (Baihaqi, Syu’ab-ul-iman). Sungguh masa sekarang-sekarang inilah saat yang dimaksudkan itu.

Hikmah Wahyu Al-Quran Diturunkan Secara Bertahap 

    Selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai Sunnah-Nya berkenaan dengan para rasul Allah, termasuk berkenaan  Masih Mau’ud a.s.  di Akhir Zaman ini:  وَ کَذٰلِکَ جَعَلۡنَا لِکُلِّ نَبِیٍّ عَدُوًّا مِّنَ الۡمُجۡرِمِیۡنَ ؕ وَ کَفٰی بِرَبِّکَ  َادِیًا وَّ نَصِیۡرًا -- “Dan demikianlah Kami  telah menjadikan musuh bagi tiap-tiap nabi   dari antara orang-orang yang berdosa, dan cukuplah Rabb (Tuhan) engkau sebagai pemberi petunjuk dan penolong.
  Jangankan terhadap wahyu-wahyu non-syariat yang diterima oleh Masih Mau’ud a.s. – sekali pun banyak yang merupakan pengulangan pewahyuan ayat-ayat Al-Quran – bahkan terhadap wahyu Al-Quran yang diwahyukan Allah Swt. kepada Nabi Besar Muhammad saw.  pun berbagai macam keberatan dan tuduhan dusta, sebagaimana ayat selanjutnya:  وَ قَالَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا لَوۡ لَا نُزِّلَ عَلَیۡہِ الۡقُرۡاٰنُ جُمۡلَۃً وَّاحِدَۃً -- “Dan  orang-orang kafir berkata:  “Mengapa Al-Quran tidak diturunkan kepadanya seluruhnya sekali-gus?     کَذٰلِکَ ۚۛ لِنُثَبِّتَ بِہٖ فُؤَادَکَ  -- Seperti itulah Kami telah menurunkannya   supaya Kami  meneguhkan hati engkau dengannya,  وَ رَتَّلۡنٰہُ تَرۡتِیۡلًا --  dan Kami telah menyusunnya dalam susunan yang sebaik-baiknya.”
       Al-Quran diwahyukan Allah Swt. sedikit-sedikit dan pada waktu yang terpisah-pisah. Hal ini dimaksudkan untuk memenuhi beberapa tujuan tertentu yang sangat berguna:
      (a) waktu selang antara wahyu berbagai bagian, memberikan kesempatan kepada orang-orang beriman untuk menyaksikan sempurnanya beberapa nubuatan yang terkandung di dalam bagian yang sudah diwahyukan, dengan demikian keimanan mereka menjadi teguh dan kuat. Tambahan pula hal itu dimaksudkan untuk menjawab keberatan-keberatan yang dilancarkan oleh orang-orang kafir dalam waktu selang itu.
      (b) Bila orang-orang Muslim memerlukan petunjuk pada kejadian tertentu untuk memenuhi keperluan tertentu maka ayat-ayat yang diperlukan dan bersangkut-paut dengan hal itu diturunkan.
       Wahyu Al-Quran terpencar sepanjang masa 23 tahun, agar para sahabat  Nabi Besar Muhammad saw.    dapat menghafalkan, mempelajari, dan menyesuaikan diri. Seandainya wahyu Al-Quran diturunkan sekaligus dalam bentuk sebuah kitab yang lengkap maka orang-orang kafir dapat mengatakan bahwa  Nabi Besar Muhammad saw. telah menyuruh seseorang menyiapkannya (QS.16:104; QS.25:5-7).
        Dengan demikian turunnya secara bertahap pada waktu-waktu yang berlainan, pada kesempatan-kesempatan yang berlainan, dan di dalam keadaan-keadaan yang jauh sekali berbeda,  menjawab keberatan yang mungkin timbul. Al-Quran diturunkan sebagian demi sebagian agar supaya dapat dihafalkan di luar kepala dengan mudah. Diturunkannya Al-Quran sedikit-demi sedikit memenuhi juga nubuatan dalam Bible seperti berikut:
Maka siapa gerangan diajarkannya pengetahuan? dan siapa diartikannya barang yang ke-dengaran itu? kanak-kanak yang baharu lepas susukah? kanak-kanak yang baharu dice-raikan dari susu emaknya? Karena adalah hukum bertambah hukum dan hukum bertambah hukum, syarat bertambah syarat dan syarat bertambah syarat, di sini sedikit, di sana sedikit” (Yesaya 28:9-10).

Kesempurnaan Kitab Suci Al-Quran Sebagai Dalil

         Makna ayat selanjutnya:  وَ لَا یَاۡتُوۡنَکَ بِمَثَلٍ اِلَّا جِئۡنٰکَ بِالۡحَقِّ وَ اَحۡسَنَ تَفۡسِیۡرًا  -- “Dan mereka tidak datang kepada engkau dengan sesuatu keberatan melainkan Kami melengkapi engkau dengan kebenaran dan sebaik-baik penjelasan” (Al-Furqān [25]:34), inilah salah satu ciri khas Al-Quran yang membedakannya dari semua kitab wahyu lainnya, yaitu manakala Al-Quran membuat suatu pendakwaan mengenai adanya Tuhan, kebenaran Islam, atau tentang berasalnya dari Tuhan Sendiri atau apa pun  lainnya yang bertalian dengan perkara keagamaan, Al-Quran memberikan dalil-dalil yang diperlukan untuk membuktikan dan mendukung dakwanya, dan tidak mencari perantara lain untuk membantu atau menolongnya, firman-Nya:
اِنَّ  الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا بِالذِّکۡرِ  لَمَّا جَآءَہُمۡ ۚ وَ  اِنَّہٗ   لَکِتٰبٌ عَزِیۡزٌ ﴿ۙ﴾ لَّا یَاۡتِیۡہِ  الۡبَاطِلُ مِنۡۢ بَیۡنِ یَدَیۡہِ وَ لَا مِنۡ خَلۡفِہٖ ؕ تَنۡزِیۡلٌ مِّنۡ حَکِیۡمٍ حَمِیۡدٍ ﴿﴾
Sesungguhnya rugilah orang-orang yang ingkar kepada Peringatan, yakni Al-Quran, tatkala ketika ia datang kepada mereka, dan sesungguhnya ia benar-benar Kitab yang mulia.  Kebatilan tidak dapat mendekatinya, baik dari depannya maupun dari belakangnya.  Diturunkan dari Tuhan Yang Maha Bijaksana, Maha Terpuji.(Ha MimAs-Sajdah [41]:42-43).
    Dalam ayat  42 Al-Quran disebut dzikr karena: (a) Al-Quran mengemukakan dan mengulang-ulangi asas-asas dan ajaran-ajarannya dalam berbagai bentuk, dengan demikian membuat manusia terus mengingat asas-asas serta ajaran-ajarannya; (b) Al-Quran mengingatkan manusia akan ajaran-ajaran mulia yang pernah diturunkan di dalam Kitab-kitab Suci terdahulu; dan (c) dengan beramal atas ajaran-ajarannya maka manusia dapat menaiki puncak-puncak keluhuran ruhani (dzikr berarti pula kehormatan).
 Makan ayat selanjutnya: لَّا یَاۡتِیۡہِ  الۡبَاطِلُ مِنۡۢ بَیۡنِ یَدَیۡہِ وَ لَا مِنۡ خَلۡفِہٖ   -- “Kebatilan tidak dapat mendekatinya, baik dari depannya maupun dari belakangnya.”  Al-Quran adalah Kitab yang sangat menakjubkan, ternyata tidak ada satu pun di antara kebenaran-kebenaran, asas-asas, dan cita-cita agung yang diuraikan oleh Al-Quran pernah disangkal atau ditentang oleh ajaran-ajaran zaman dahulu ataupun oleh ilmu pengetahuan modern.
 Makna  wujuh dalam Surah Al-Furqān ayat selanjutnya: اَلَّذِیۡنَ یُحۡشَرُوۡنَ عَلٰی وُجُوۡہِہِمۡ اِلٰی جَہَنَّمَ ۙ اُولٰٓئِکَ شَرٌّ مَّکَانًا وَّ اَضَلُّ سَبِیۡلًا  -- “Orang-orang yang akan dihimpunkan dengan menyeret wajahnya  ke dalam Jahannam,  mereka itulah yang akan paling buruk tempatnya dan paling sesat jalannya. (Al-Furqān [25]: 35). Yakni para penentang rasul Allah akan diseret ke dalam neraka bersama-sama pemuka-pemuka mereka; kata wujuh juga berarti “pemimpin-pemimpin.”

Makna Meninggalkan Al-Quran

       Sehubungan dengan Sunnatullah tersebut selanjutnya Masih Mau’ud a.s. bersabda:
      “Namun  sungguh mengherankan, bahwa Tuan Maulvi Rahmatullah   di dalam kitabnya  Izalah Auham dan Istifsar, dalil inilah yang diberikannya kepada Tuan pendeta Fundle, dan Pendeta Fundle  tidak dapat memberikan jawaban apa-apa, padahal menurut sejarah orang ini sangat mahir, akan tetapi untuk mematahkan dalil ini dia tidak dapat berbuat apa-apa[1], diam tanpa jawaban.
      Tetapi kini Tuan Hafiz Muhammad Yusuf, yang dikatakan anak keturunan Muslim, mengingkari ayat  Quran Syarif ini. Dan hal ini bukan hanya ucapan saja, bahkan dengan tulisan juga. Buktinya ada pada  kami yang ditandatanganinya sendiri dan diberikan pula kepada saudaraku tercinta Mufti Muhammad Shadiq dengan pernyataan bahwa, “Kami sanggup akan memberikan bukti-bukti pendusta semacam itu yang yang mendakwakan diri Rasul atau Nabi atau Ma’mur minaLlāh namun dia dapat hidup selama 23 tahun atau lebih padahal dia itu pendusta”.
      Ketahuilah, bahwa orang ini dari kelompok Tuan Abdulah Gaznawi dan sangat terkenal. Dan sebagai contoh dari akidah-akidah mereka, apa yang aku tulis inilah keadaannya, dan hal ini bukanlah rahasia lagi bagi siapapun, bahwa mendustakan dalil Quran Syarif yang diberikan berarti mendustakan Quran Syarif. Dan jika satu dalam Quran Syarif disangkal maka akan hilanglah keimanan (kepercayaan) dan karenanya pasti akan terjadi anggapan bahwa semua dalil Quran Syarif yang terbukti dalam risalah kenabian dan tauhid Ilahi adalah batil dan dusta.”
         Dari penjelasan Masih Mau’ud a.s. tersebut, jelaslah   makna nubuatan dalam Al-Quran bahwa di Akhir Zaman ini umumnya   umat Islam telah  “meninggalkan Al-Quran”   (QS.25:31) bukan dalam pengertian bahwa umat Islam sama sekali telah mengabaikan Al-Quran sehingga tidak ada lagi yang mau membaca Al-Quran, melainkan  maknanya:
       (1)   ketika umat Islam melakukan penafsiran   keliru mengenai ayat-ayat Al-Quran.  Contohnya Allah Swt. dalam Al-Quran dengan tegas  menyatakan bahwa  Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. telah wafat (QS.3:56 & 145;  QS.5:117-118; QS.21:35-36), dan barangsiapa yang dipanjangkan usianya pasti mengalami pikun (QS.16:71; QS.22:6; QS.36:69), tetapi umumnya para ulama Islam mengatakan bahwa hingga saat ini  Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. masih hidup dengan jasad kasarnya di langit dan akan turun lagi sebagai nabi umat Islam  guna mewujudkan kejayaan Islam kedua kali (QS.61:10), padahal Allah Swt. menyatakan bahwa Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.   diutus hanya untuk kalangan Bani Israil (QS.2:66-89; QS.3:46-56; QS.61:7), sedangkan yang dimaksud dengan kedatangan kedua kali  Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.  adalah kedatangan misal  Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (QS.43:48).
      (2) umat Islam telah mendurhakai perintah Allah Swt. dalam Al-Quran. contohnya Allah Swt. memerintahkan agar umat Islam  bertakwa dengan ketakwaan yang hakiki serta   tetap berpegang-teguh pada tali Allah  dan jangan bercerai- berai (QS.3:103-105), tetapi kenyataannya adalah sebaliknya. Karena adanya pertentangan antara  ucapan dan tindakan (amal) umat Islam    sehingga akibatnya   di kalangan umat Islam bukannya tercipta “kesatuan dan persatuan umat” (QS.21:93; QS.23:53-54)  melainkan perpecahan umat (QS.5:55-57; QS.30:31-33).

Janji Dusta   Para Penentang Masih Mau’ud a.s.  yang Berani Menentang Ketentuan Al-Quran

      Selanjutnya Masih Mau’ud a.s. menjelaskan kedustaan para penentang beliau a.s.  dalam melakukan upaya-upaya  penentangannya  yang benar-benar bertentangan dengan  ajaran Al-Quran dan Sunnah Nabi Besar Muhammad saw.:
      “Pada hari ini Tuan Hafiz  berjanji tentang urusan ini, bahwa dia berjanji sanggup membuktikan orang-orang yang mendustai Tuhan, mengaku nabi atau menerima risalat  kenabian palsu namun tetap hidup lebih dari 23 tahun, dan mungkin besoknya Tuan  Hafiz akan mengatakan dalil Quran Syarif:
لَوۡ  کَانَ فِیۡہِمَاۤ  اٰلِہَۃٌ  اِلَّا اللّٰہُ  لَفَسَدَتَا ۚ
(Sekiranya didalam keduanya – [yakni di langit dan bumi]  -- ada tuhan lain selain Allah niscaya akan binasa   – Qs.21:23), ini pun batil, dan mendakwakan bahwa, “Aku sanggup memperlihatkan bahwa selain Allah, ada lagi tuhan yang lainnya yang benar”.
      Langit dan bumi hingga kini masih ada, maka orang “pemberani” semacam Tuan Hafiz mengharap segalanya. Tetapi bagi orang yang beriman tubuhnya akan gemetar jika mendengar ucapan yang bertentangan dengan dengan kandungan Quran Syarif, atau sesuatu dalil yang membatalkan Quran Syarif. Bahkan suatu perkara yang bertolak-belakang dengan Quran Syarif atau dengan Rasulullah saw., bukanlah pekerjaan orang yang beriman, yang berpegang pada kotoran tersebut.
      Tuan Hafiz telah sampai  kepada keadaan itu, yang akibat intimnya beliau dengan sahabatnya, sehingga beliau pun menyatakan, bahwa mengingkari dakwaku yang datang dari Tuhan pun menurut mereka boleh. Dan oleh karena kedustaannya maka Allah menghinakan dan membuatnya malu di dunia ini juga, karena itulah nasib Tuan Hafiz pun seperti para pengingkar  yang lainnya, yakni menerima balasan kehinaan dari Tuhan. Dan demikianlah telah terjadi sebagaimana kami  terangkan di atas.
        Di dalam suatu majlis beberapa orang dari Jemaatku mengajukan dalil ini kepada Tuan Hafiz, bahwa Tuhan di dalam Quran Syarif memutuskan hukum bagaikan pedang, yaitu,  “Jika nabi ini palsu, berdusta atas-Ku, menipu dalam satu perkara maka akan Kupotong urat nadinya, dan dia tidak akan dapat hidup sampai waktu tertentu.”

Wahyu-wahyu Ilahi Dalam Buku Barâhin-e-Ahmadiyyah Bukti Kebenaran Pendakwaan Masih Mau’ud a.s.

        Sekarang, jika kita menguji Masih Mau’ud dengan ukuran ini  maka dengan melihat dan mempelajari  Barâhin-e-Ahmadiyyah dapatlah kita membuktikan, bahwa dakwa (pendakwaan) ini dari Tuhan. Dan percakapan dengan Tuhan selama 30 tahun serta sejak 21 tahun lamanya  Barâhin-e-Ahmadiyyah telah tersebar, kemudian ternyata Masih Mau’ud tersebut tidak wafat dalam tempo itu, dengan tenang hidup dalam keselamatan, apakah itu bukan merupakan dalil bagi kebenarannya? Oleh karena wajiblah diyakini bahwa itu adalah benar.
      Na’udzubillâh, bahwa Rasulullah saw. hidup dalam keselamatan selama 30 tahun bukanlah dalil kebenaran beliau, sedangkan Tuhan sendiri telah menetapkan pada tempat ini jangka waktu 30 tahun kepada dimulainya risalat kenabian. Dikatakan sedikitpun tidak memperhatikan janji   لَوۡ تَقَوَّلَ عَلَیۡنَا            (sekiranya ia mengada-ada atas Kami), dan   na’udzubillâh  terhadap anggapan, bahwa kendatipun Rasulullah saw. adalah pendusta tetap diberikan waktu.
     Akan tetapi anggapan semacam itu terhadap beliau tidaklah mungkin, yaitu  bahwa beliau itu pendusta. Lalu jika yang dilibatkan adalah tak mungkin maka hal ini pun tak mungkin  yakni  tuduhan terhadap dakwaku (pendakwaanku). Dengan demikian jelaslah, bahwa dalil ayat Quran Syarif ini mutlak tidak perlu penjabaran lagi sebab telah jelas
       Jika kaidah ini ditaati sepenuhnya – bahwa Tuhan tidak sekali-kali memberikan waktu kepada pendusta untuk menyesatkan dengan dakwaan sebagai ma’mur minallah (orang yang diperintahkan Allah) -- sebab jika demikian akan terjadi kerusakan di dalam Kerajaan-Nya dan tidak ada perbedaan antara  benar dan dusta.
     Pendeknya, jika dalam mempertahankan dakwaku dalil ini yang diberikan, tetapi Tuhan Hafiz tetap mengingkarinya dan teguh pada pendiriannya, bahwa “Bisa saja pendusta dapat hidup selama 23 tahun atau lebih”, dan akan berkata, “Aku sanggup memberikan buktinya orang-orang semacam itu yang berdusta dalam pendakwaannya dan dapat hidup 23 tahun atau lebih.”
      Tetapi sayang, hingga   kini belum satu buktipun yang datang, dan bagi orang-orang Islam yang mengerti Kitab-kitab agama Islam, mereka  mengetahui bahwa hingga hari ini di antara para ulama umat, satu pun tidak ada yang menyatakan itikad ini, bahwa seorang yang mendustai Tuhan bisa hidup seperti  Rasulullah selama 23 tahun, bahkan hal itu adalah jelas suatu serangan yang tak beradab atas kehormatan Rasulullah saw. dan meremehkan dalil Tuhan.
     Ya, memang masalah ini adalah hak beliau meminta bukti-bukti dariku bahwa aku menerima perintah Tuhan, adakah itu telah sempurna atau belum selama 23 tahun lebih? Akan tetapi Tuan Hafiz tidak meminta semua itu, sebab dia tahu bahkan seluruh ulama Islam, Hindu, Kristen, bahwa dalam Barâhin-e-Ahmadiyyah yang di dalamnya dakwa ini termaktub, dan di dalamnya banyak sekali terdapat percakapan dengan Allah.

Makar Buruk  Terhadap Para Rasul Allah Pasti gagal

      Peredaran buku ini sudah lebih dari 21 tahun lamanya, dan dari situ terbukti bahwa hampir semenjak 30 tahun telah tersiar. Dan ilham  اَلَیۡسَ اللّٰہُ  بِکَافٍ عَبۡدَہٗ (tidakkah  Allah cukup bagi hamba-Nya?) --   berkenaan kewafatan ayahku --  telah dicetak dalam bentuk sebuah cincin, bahkan di Amritsar telah dibuat sejenis stempel, dan cincin tersebut sampai sekarang masih ada dan orang yang membuatnya pun masih ada, dan  Barâhin-e-Ahmadiyyah pun masih ada, yang di dalamnya termaktub اَلَیۡسَ اللّٰہُ  بِکَافٍ عَبۡدَہٗ  (tidakkah  Allah cukup bagi hamba-Nya?), dan sebagaimana terbukti dari cincin itu, telah mencapai kurun waktu selama 26 tahun lamanya.   Oleh karena semenjak 30 tahun yang lalu telah terbukti dari   Barâhin-e-Ahmadiyyah maka  bagaimanapun tidak bisa diingkari, dan apa yang ditulis oleh Maulvi Muhammad Hussain itu adalah pandangannya mengenai Barâhin-e-Ahmadiyyah.
      Sesungguhnya kami tahu, bahwa sekali-kali dalil Quran Syarif tak mungkin dapat terpatahkan, sebab ia adalah dalil Tuhan, bukan dalil manusia. Banyak orang lahir ke dunia ini bernasib sial, mereka ingin mematahkan dalil ini, tetapi apa akhirnya? Mereka  sendiri yang lenyap dari dunia ini, sedangkan dalil ini tetap tak terpatahkan.
     Seperti Tuan Hafiz  itu, ia tidak buta ilmu, tetapi apakah ia tidak tahu bahwa ribuan ulama ternama dan para wali selalu menggunakan dalil ini dalam menyerang orang-orang kuffar? Tak seorangpun Kristen maupun Yahudi yang dapat memberikan bukti bahwa ada seseorang yang mendakwakan dirinya dengan kepalsuan menerima perintah dari Tuhan kemudian dapat hidup sampai 23 tahun lamanya.
     Selanjutnya apa ada kemampuannya Tuan Hafiz hendak menghancurkan dalil ini? Rupanya oleh karena itulah sebagian orang-orang bodoh dan para Maulvi yang tidak mengerti akan masalah ini terus memikirkan bagaimana caranya membinasakanku supaya di saat ini aku tidak mendapatkan kesempurnaan. Sebagaimana orang-orang Yahudi berpikir buruk ingin menjatuhkan derajat Nabi Isa a.s., na’udzubillâh, kemudian mereka menyalib beliau, supaya dengan dalil  itu mereka dapat membuktikan bahwa Nabi Isa bin Maryam bukan orang yang  datang dari Tuhan dan bukan pula dari antara orang-orang suci yang selalu dimuliakan di sisi Allah.
     Akan tetapi Allah berjanji kepada Hadhrat Al-Masih bahwa, “Aku akan menyelamatkan engkau dari kematian di atas salib, dan  Aku akan memuliakan engkau di sisi-Ku sebagaimana Ibrahim dan nabi-nabi yang lainnya telah  Aku muliakan”, maka demikian pulalah Allah telah berjanji kepadaku berkenaan dengan rencana buruk orang-orang. Allah berjanji akan memberikan umur kepadaku 80 tahun, atau 2 atau 3 tahun kurang atau lebih dari itu, agar orang-orang tidak bisa membuktikan tuduhan dustanya atas kekurangan umur, sebagaimana orang-orang Yahudi ingin membuktikan kehinaan Nabi Isa a.s. dengan salib.
     Dia juga berjanji kepadaku, “Aku akan menyelamatkan engkau dari penyakit kedengkian, supaya darinya tidak keluar suatu keburukan[2], sebagaimana orang buta”. Dan Tuhan   telah memberitahuku bahwa, “Sebagian mereka juga ada yang selalu berdoa buruk, tetapi Aku sendiri yang akan mengembalikan doa-doa mereka kepada mereka sendiri.”
      Pada hakikatnya mereka memikirkan  bahwa bagaimanapun mereka membawa diriku di bawah لَوۡ تَقَوَّلَ عَلَیۡنَا بَعۡضَ الۡاَقَاوِیۡلِ (sekiranya ia mengada-ada atas Kami sebagian perkataan), dan sedikit pun mereka tidak mengurangi rencana-rencana busuknya. Sebagian  para maulvi memberikan fatwa bahwa aku harus dibunuh, sebagian lainnya mengajukan saksi-saksi untuk ke pengadilan memperkuat fitnah pembunuhan, dan yang lainnya lagi memberitakan akan kematianku, sebagian orang tak henti-hentinya berdoa di dalam sujudnya untuk kematianku menggesekkan hidungnya ke lantai mesjid berulang-ulang. Sebagian lagi, seperti Maulvi Ghulam Dastegir Kasuri, di dalam bukunya, dan juga Maulvi Ismail Aligar, keduanya memberikan suatu keputusan yang tak tergugat lagi, bahwa,  “Jika  Masih Mau’ud   pendusta maka ia akan mati sebelum kami, dan pasti akan mati sebelum kami sebab jelas ia adalah pendusta.”

Dimangsa  Kutukan dan Kedustaan Sendiri Secara Hina
    
      Akan tetapi setelah terbit tulisan itu dan sudah meluas diketahui orang banyak, maka dalam waktu yang sangat singkat sekali ternyata dialah yang mati terlebih dulu. Dengan demikian kematiannya telah memberikan keputusan bahwa siapakah yang sebenarnya pendusta. Akan tetapi orang-orang itu tidak mengambil pelajaran dari peristiwa ini, apakah itu bukan merupakan satu mukjizat yang besar?
     Seorang jurnalis pembela agama menyiarkan berita kematianku, ternyata dia sendiri yang mati. Demikian pula Maulvi Ismail menerbitkan ramalan kematianku, ternyata dialah yang telah mati lebih dulu. Maulvi Ghulam Dastegir menerbitkan pula artikel ramalan bahwa kematianku akan terjadi lebih dulu daripadanya, tetapi kenyataannya dialah yang telah mati lebih dulu.
      Seorang pendeta bernama Hamidullah Peshwari meramalkan kematianku akan terjadi dalam 10 bulan lagi, diapun telah mati lebih dulu. Juga Lekh Ram memberitakan bahwa dalam waktu 3 tahun kematianku akan terjadi, ternyata dialah yang telah mati lebih dahulu. Dengan demikian jelaslah, bahwa Tuhan walau bagaimanapun Dia menyempurnakan Tanda-tanda-Nya dengan menampakkan semua kejadian itu.
     Adapun yang berkenaan dengan diriku, banyak sedikitnya apa yang telah dilakukan oleh orang-orang yang tinggi kedudukannya terhadap diriku, semua itu telah nyata, sedangkan sebagian orang-orang lain itu hanya ikut-ikutan saja. Kehancuran apakah yang mereka saksikan pada diriku?
      Rencana yang menyakiti hati yang model manakah yang belum sampai pada puncaknya? Apakah di dalam doa-doa busuk tersebut mengalami kemunduran, atau fatwa pembunuhan tidak sempurna, atau barangkali ejekan yang menyakiti hati belum sampai pada kenyataan? Kemudian Tangan manakah yang menyelamatkan diriku? Jika aku pendusta maka Tuhan sendiri yang akan menghancurkanku.
   Jadi, biarkanlah manusia yang membuatnya, sebab Tuhan selalu menghapuskannya.[3]  Inilah tanda-tanda pendusta yang Quran Syarif sendiri memberikan kesaksiannya, langit pun mendukungnya serta akal juga menerimanya. Mereka yang meramalkan kematian orang lain tetapi justru mereka sendiri yang mati.”
        Jadi, berkenaan dengan   wahyu-wahyu Ilahi yang diterima Masih Mau’ud a.s.   -- dalam kapasitasnya  sebagai Rasul Akhir Zaman  (QS.61:10) --  Allah Swt. menghindarkan atau mengecualikan  beliau a.s. dari ketentuan firman-Nya  berikut ini bagi para pendakwa palsu:
فَلَاۤ  اُقۡسِمُ بِمَا  تُبۡصِرُوۡنَ ﴿ۙ﴾  وَ مَا  لَا تُبۡصِرُوۡنَ ﴿ۙ﴾  اِنَّہٗ  لَقَوۡلُ  رَسُوۡلٍ  کَرِیۡمٍ ﴿ۚۙ﴾ وَّ مَا ہُوَ بِقَوۡلِ شَاعِرٍ ؕ قَلِیۡلًا  مَّا تُؤۡمِنُوۡنَ﴿ۙ﴾  وَ لَا بِقَوۡلِ کَاہِنٍ ؕ قَلِیۡلًا مَّا تَذَکَّرُوۡنَ ﴿ؕ﴾ تَنۡزِیۡلٌ مِّنۡ رَّبِّ الۡعٰلَمِیۡنَ ﴿﴾ وَ لَوۡ تَقَوَّلَ عَلَیۡنَا بَعۡضَ الۡاَقَاوِیۡلِ ﴿ۙ﴾ لَاَخَذۡنَا مِنۡہُ  بِالۡیَمِیۡنِ ﴿ۙ﴾ ثُمَّ  لَقَطَعۡنَا مِنۡہُ  الۡوَتِیۡنَ ﴿۫ۖ﴾ فَمَا مِنۡکُمۡ  مِّنۡ اَحَدٍ عَنۡہُ حٰجِزِیۡنَ ﴿﴾     
Maka Aku bersumpah dengan apa yang kamu lihat, dan apa yang tidak kamu lihat. Sesungguhnya Al-Quran itu benar-benar firman yang disampaikan seorang Rasul mulia,          dan bukanlah Al-Quran itu perkataan seorang penyair, sedikit sekali apa yang kamu percayai. Dan bukanlah ini perkataan ahlinujum, sedikit sekali kamu mengambil nasihatAl-Quran  adalah wahyu yang diturunkan dari  Rabb (Tuhan) seluruh alam. وَ لَوۡ تَقَوَّلَ عَلَیۡنَا بَعۡضَ الۡاَقَاوِیۡلِ  -- Dan  seandainya ia mengada-adakan sebagian perkataan  atas nama Kami, لَاَخَذۡنَا مِنۡہُ  بِالۡیَمِیۡنِ  --   niscaya Kami akan menangkap dia dengan tangan kanan, ثُمَّ  لَقَطَعۡنَا مِنۡہُ  الۡوَتِیۡنَ  -- kemudian niscaya Kami memotong urat nadinya,  فَمَا مِنۡکُمۡ  مِّنۡ اَحَدٍ عَنۡہُ حٰجِزِیۡنَ --  dan tidak ada seorang pun di antara kamu dapat mencegah itu darinya (Al-Hāqqah   [69]:39-48). Lihat pula QS.6:22 & 94; QS.7:38; QS.10:18;  QS.11:19; QS.40:29).
     
(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
                                                                              ***
Pajajaran Anyar,  12  Mei     2017




[1] Tuan Fundle di dalam bukunya Mizanul-Haq (Timbangan Kebenaran) hanya sekedar memberikan jawaban   berikut: “Semua pendengar adalah saksi atas keberadaan penyembah patung yang berjuta-juta jumlahnya”. Jawaban seperti itu tak ada gunanya, sebab para pemuja patung di dalam ajarannya tidak mendakwakan  wahyunya datang dari  Allah bahwa, “Tuhan telah memerintahkan kami, sebarkanlah ajaran memuja patung.” Mereka semua  adalah tersesat, bukannya menipu Tuhan. Jawaban ini tidak ada kaitannya dengan masalah yang sedang dibahas, melainkan jauh dari rel pokok permasalahan, sebab pembahasan adalah berkisar di dalam dakwa nubuatan dan pendustaan atas nama Tuhan, bukannya soal kesesatan.
[2] Ilham Tuhan mengenai itu ialah:  “Tanzilal-rahmânu ‘alaa tsalatsal ‘ayna wa ‘alal  akharîn –    telah turun rahmat Tuhan pada tiga panca indera engkau, yang satu pada mata dan dua lainnya pada dua bagian tubuh yang lain”. (Pen). 
[3] Lihatlah Maulvi Abu Said Muhammad Hussain Batalwi, usaha apa yang telah dilakukan kaki-tangannya untuk melenyapkan aku, dan itu hanyalah pekerjaan yang sia-sia belaka melawan Tuhan. Orang yang telah menyatakan bahwa, “Akulah yang mengangkatnya maka aku pulalah yang menjatuhkannya.”  Tetapi ia pun tahu apa balasan perbuatan yang sia-sia itu. Sungguh disesalkan bahwa dia telah mengucapkan hal-hal yang berkenaan dengan waktu, lalu dalam satu ucapan bohongnya dan mengumandangkan berita  bohong berkenaan masa datang. Siapakah yang telah mengangkat derajatku? Ini adalah suatu ihsanat (kebaikan) Tuhan atas diriku,  tak ada kebaikan seseorang selain itu. Pertama, Dia telah melahirkan aku dalam suatu keturunan yang baik dan menyelamatkan diriku dari setiap keaiban. Kemudian, Dia Sendiri telah berdiri tengah-tengah Jemaatku. Sangat disesalkan, di manakah letak pikiran mereka yang mengucapkan kata-kata yang bertentangan dengan kenyataan, kata-kata yang palsu? Sebenarnya begini,  orang yang bernasib sial itu telah berulang kali menyerangku dari segala penjuru tetapi tak pernah berhasil. Dia menghalang-halangi orang yang hendak bai’at, tetapi kenyataannya beribu-ribu orang telah baiat di tanganku. Dia berusaha menjatuhkan martabatku dengan mengorbankan  dirinya sebagai saksi bagi pendeta-pendeta dalam pengadilan atas tuduhan dusta [berencana melakukan pembunuhan].  Tetapi di saat itu juga dia telah merasakan akibat dari niatnya itu, yaitu menyebarkan berita-berita kotor berkenaan dengan diriku, dan  jawabannya Tuhan Sendirilah yang telah  memberikannya lebih dulu, bukan kehendakku. (Pen).


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Persamaan "Sunnatullaah" Mengeai "Kebinasaan Para Pendusta" Atas Nama "Allah Swt." Dalam "Al-Quran" Dengan "Sunnatullaah" Dalam "Kitab-kitab Ilhami"Dalam "Bible"

Bismillaahirrahmaanirrahiim “ARBA’IN” ARBA’IN LI-ITMÂMIL HUJJAH ‘ALAL MUKHALLIFÎN (Empat Puluh Risalah, Menyempurnakan Argu...