Bismillaahirrahmaanirrahiim
“ARBA’IN”
ARBA’IN LI-ITMÂMIL HUJJAH ‘ALAL MUKHALLIFÎN
(Empat Puluh Risalah, Menyempurnakan Argumen Bagi Para
Penentang)
Karya
Mirza Ghulam Ahmad
a.s.
(Al-Masih Al-Mau’ud a.s.
-- Al-Masih yang Dijanjikan a.s.)
Bagian 19
ARBA’ÎN KE II
TIDAK PERNAH ADA BAHASA NUBUATAN
(KABAR-GAIB) YANG BERMAKNA HARFIAH & TUJUAN
PENGUTUSAN RASUL ALLAH ANTARA LAIN UNTUK MEMBEDAKAN YANG BAIK (BENAR) DARI YANG BURUK (SALAH) DI KALANGAN UMAT BERAGAMA YANG BERSELISIH
Oleh
Ki Langlang Buana
Kusuma
D
|
alam akhir Bab sebelumnya telah dikemukakan wahyu-wahyu Ilahi yang diterima Masih
Mau’ud a.s. dalam topik
Orang yang Dijanjikan Allah Swt. Telah Datang. Beliau a.s. bersabda:
“Wahai
saudara-saudaraku yang kucintai! Ketahuilah
bahwa orang yang akan datang itu kini telah datang. Dan abad
yang pada permulaannya akan turun Al-Masih
telah berlalu 17 tahun, dan hal itu telah sempurna. Tetapi di
dalam abad yang tentang kedatangannya
telah kabarkan oleh para wali berdasarkan ucapan-ucapan anda sekalian bahwa satupun dari yang sekecil-kecilnya mujaddid
tidak
lahir (muncul) di dalamnya, kecuali satu
dajjal. Apakah dosa semacam itu tidak akan ditanyakan tanggungjawabnya
di hadapan Tuhan?
Walau bagaimanapun kerasnya hati, namun hendaknya
anda sekalian takut kepada
Tuhan. Janganlah tergesa-gesa mendustai orang semacam itu, yang
kelahirannya (kemunculannya) pada awal abad telah dibenarkan oleh peristiwa terjadinya gerhana bulan dan matahari
pada bulan Ramadhan.
Selain itu, kelemahan Islam
dan serangan musuh-musuh Islam yang gencar sekali telah menuntut perlunya kedatangannya. Juga para Sahabah yang telah lalu pun telah memberikan kepastian yang tak terbantahkan. Dengan terjadinya gerhana itu maka jelaslah bahwa dia (Al-Masih Mau’ud) akan lahir pada awal
abad ke 14, dan hal itu telah terjadi di Punjab.
Pada
akhirnya, satu saat maut (kematian) pun
akan datang dan semuanya akan ditinggalkan di sana. Ketahuilah, aku
datang dari Allah tetapi anda sekalian mendustakanku dan mengkafirkanku serta menyebutku dajjal. Lalu jawaban
apakah yang akan anda sekalian berikan di
hadapan Tuhan?
Menunggu Genapnya
Nubuatan Dalam Segala Segi & Cara
“Menghakimi“ Keshahihah Hadits-hadits
Apakah jawaban anda sekalian seperti jawaban yang diberikan oleh kaum
Yahudi ketika mereka menolak pendakwaan Rasulullah saw., yang
semuanya itu termaktub di dalam Kitab
mereka, yakni mereka menjawab bahwa semua
tanda yang telah ada di dalam Taurat tidak sempurna dan sebagiannya
masih tertinggal (belum genap)?
Maka kini
sudah waktunya Tuhan memberikan jawabannya, bahwa semua apa yang ada di tangan anda sekalian tidak benar, dan
apa-apa yang sedang anda sekalian kerjakan semuanya tidak benar. Dengar dan taatilah apa-apa yang disampaikan oleh orang yang diutus sebagai Hakim yang adil! Itulah jawaban dari Tuhan.
Sekarang
terserah pada anda sekalian, jika anda sekalian mau maka terimalah. Kehendak anda sekalian memang
berpegang pada contoh kaum Yahudi
dan Nasrani,
yakni “Kami tidak akan beriman kepada
Hadhrat Isa a.s. dan kepada Hadhrat
Muhammad saw. selama tanda-tandanya belum sempurna (genap).”
Oleh karena nasibnya yang sial
-- akibat panjangnya waktu dan perkembangan serta perubahan -- maka hal yang demikian tidaklah mungkin, karena itu
mereka mati dalam kekufuran. Oleh sebab itu janganlah anda sekalian
bernasib seperti itu, sebagaimana yang dialami kaum Yahudi dan Nasrani.
Jika yang anda sekalian miliki segala-galanya benar, maka apa perlunya
kedatangan mujaddid yang
Hakaman
‘adalan (hakim yang adil)? Setiap
golongan mengatakan, bahwa ”Apa yang kami miliki itulah yang benar”,
oleh sebab itu yang benar adalah yang keluar dari mulut Sang Hakam (hakim). Jika anda sekalian beriman, maka dengan hukum
Tuhan yang hakam (bijaksana)
telah tetapkan, untuk meninggalkan
sebagian hadits dan menakwilkannya
bukanlah suatu hal sulit.
Berikut ini adalah usul (pendapat)
dari para pemimpin anda sekalian, bahwa hadits anu shahih dan yang anu benar serta yang anu masyhur, lalu yang anu maudhu
(dibuat-buat). Semuanya itu bukanlah perintah Tuhan dan bukan
pula dari wahyu
untuk mengklarifikasikannya.
Kemudian mengapa pula suatu hadits yang sebenarnya bertentangan
dengan hadits hadits lain serta bertentangan pula dengan hukum Tuhan tidak ditolak? Apakah menjadi suatu keharusan bahwa setiap datang seorang utusan
(rasul) Tuhan maka wajib mentaati setiap fatwa umat di
waktu itu, dimana fatwa itu ditujukan kepada utusan tersebut?”
“Penghakiman” Perselisihan
Umat Beragama Selalui Melalui Pengutusan Rasul Allah Yang Dijanjikan
Sabda Masih Mau’ud a.s. tersebut sesuai dengan firman Allah Swt,
mengenai cara Allah Swt. “menghakimi” perselisihan
masalah agama di kalangan umat beragama, sejak Nabi Adam a.s.
sampai dengan zaman Nabi Besar Muhammad
saw., yaitu melalui pengutusan Rasul Allah yang kedatangannya dijanjikan di
kalangan Bani Adam (QS.7:35-37),
demikian juga di Akhir Zaman ini, firman-Nya:
مَا
کَانَ اللّٰہُ لِیَذَرَ الۡمُؤۡمِنِیۡنَ عَلٰی مَاۤ اَنۡتُمۡ عَلَیۡہِ حَتّٰی یَمِیۡزَ الۡخَبِیۡثَ مِنَ الطَّیِّبِ ؕ وَ مَا کَانَ
اللّٰہُ لِیُطۡلِعَکُمۡ عَلَی الۡغَیۡبِ وَ لٰکِنَّ اللّٰہَ یَجۡتَبِیۡ مِنۡ
رُّسُلِہٖ مَنۡ یَّشَآءُ ۪ فَاٰمِنُوۡا بِاللّٰہِ وَ رُسُلِہٖ ۚ وَ اِنۡ تُؤۡمِنُوۡا وَ تَتَّقُوۡا فَلَکُمۡ اَجۡرٌ
عَظِیۡمٌ﴿﴾
Allah sekali-kali tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman di dalam
keadaan kamu berada di dalamnya hingga Dia memisahkan yang buruk dari yang baik. Dan Allah sekali-kali tidak akan memperlihatkan yang gaib kepada kamu, tetapi Allah memilih di antara rasul-rasul-Nya siapa yang Dia
kehendaki, karena itu berimanlah
kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya,
dan jika kamu beriman dan bertakwa, maka bagi kamu ganjaran yang besar. (Âli ‘Imran [3]:180).
Firman-Nya lagi:
عٰلِمُ الۡغَیۡبِ فَلَا یُظۡہِرُ عَلٰی
غَیۡبِہٖۤ اَحَدًا ﴿ۙ﴾ اِلَّا مَنِ
ارۡتَضٰی مِنۡ رَّسُوۡلٍ فَاِنَّہٗ یَسۡلُکُ مِنۡۢ بَیۡنِ یَدَیۡہِ وَ مِنۡ خَلۡفِہٖ رَصَدًا﴿ۙ﴾ لِّیَعۡلَمَ اَنۡ
قَدۡ اَبۡلَغُوۡا رِسٰلٰتِ
رَبِّہِمۡ وَ اَحَاطَ بِمَا لَدَیۡہِمۡ وَ اَحۡصٰی کُلَّ شَیۡءٍ عَدَدًا ﴿٪﴾
Dia-lah Yang mengetahui yang gaib, maka Dia tidak men-zahirkan rahasia gaib-Nya kepada siapa pun, kecuali kepada
Rasul yang Dia ridhai, maka sesungguhnya
baris-an pengawal berjalan di
hadapannya dan di belakangnya,
supaya Dia mengetahui bahwa sungguh mereka telah menyam-paikan Amanat-amanat Rabb
(Tuhan) mereka, dan Dia meliputi semua yang ada pada mereka dan
Dia membuat perhitungan mengenai segala
sesuatu. (Al-Jin [72]:27-29).
Ungkapan, “izhhar ‘ala al-ghaib,” berarti diberi pengetahuan dengan sering
dan secara berlimpah-limpah mengenai rahasia gaib bertalian dengan dan
mengenai peristiwa dan kejadian yang sangat penting. Ayat 28
merupakan ukuran yang tiada
tara bandingannya guna membedakan
antara sifat dan jangkauan rahasia-rahasia gaib yang dibukakan kepada seorang rasul Allah dengan rahasia-rahasia
gaib yang dibukakan kepada orang-orang
mukmin bertakwai lainnya.
Perbedaan itu letaknya pada kenyataan bahwa, kalau rasul-rasul Allah dianugerahi izhhar ‘ala al-ghaib yakni penguasaan atas yang gaib, maka rahasia-rahasia yang diturunkan kepada orang-orang bertakwa dan orang-orang suci lainnya tidak menikmati
kehormatan serupa itu.
Tambahan pula wahyu Ilahi yang dianugerahkan kepada rasul-rasul Allah, karena ada dalam pemeliharaan-istimewa-Ilahi, keadaannya aman dari pemutar-balikkan
atau pemalsuan oleh jiwa-jiwa yang jahat, sedang rahasia-rahasia yang dibukakan kepada orang-orang bertakwa lainnya tidak
begitu terpelihara.
Perlu Menakwilkan
Bahasa Nubuatan & Makna Pengutusan Kedua Kali Seorang Rasul
Allah
Selanjutnya Masih Mau’ud a.s. menjelaskan berbahayanya jika menafsirkan
bahasa nubuatan secara harfiah:
“Kalau
memang inilah ukuran standarnya maka tiada suatu nubuwatan (kabar gaib)
tentang Hadhrat Al-Masih akan
terbukti, dan tidak pula nubuwatan
tentang Hadhrat Muhammad saw. akan nyata. Misalnya, bagi Al-Masih
terdapat tanda-tanda di dalam kitab
nabi-nabi yang ada pada
tangan orang-orang Yahudi, bahwa selama
Nabi Elia belum datang kedua
kalinya maka Al-Masih tidak akan datang. Dalam tanda kedua adalah bahwa Al-Masih akan datang sebagai seorang raja,
dan akan membebaskan kaum Yahudi dari
cengkraman bangsa lain.
Tetapi
bagaimana buktinya? Apakah Al-Masih datang dalam wujud seorang raja? Atau sebelum kedatangan Al-Masih
terlebih dulu Nabi Elia telah turun kedua kalinya dari langit? Bahkan kedua
kabar tersebut tidak tepat, dan tidak ada tanda yang benar seperti itu
untuk Al-Masih. Pada akhirnya sesuai dengan takwil tersebut Hadhrat Al-Masih menunaikan tugas,
walaupun hingga sekarang orang-orang
Yahudi tetap tidak menerimanya.
Bahkan membuatnya tertawaan
dan ejekan, dan – na’udzubillāh -- mereka menganggapnya pembohong. Dan
mereka berkata bahwa, “Di dalam kitab nabi-nabi jelas dikatakan bahwa Nabi
Elia sendirilah yang akan datang kedua kalinya. Tidak dikatakan bahwa seseorang
yang menyerupainya yang akan datang”.
Dilihat
dari segi ibarat (perumpamaan) nampaknya Yahudi memang benar,
karena Al-Masih yang akan
datang itu yang tertera di dalam kitab-kitab
mereka akan zahir sebagai seorang
raja. Dan dalam makna-makna harfiah tersebut juga
Yahudi tampaknya benar, tetapi di dalam kenyataannya meragukan.”
Berikut ini
kesaksian Bible mengenai penafsiran Yesus berkenaan makna nubuatan
kedatangan Nbai Elia a.s. kedua kali:
11:7 Setelah murid-murid
Yohanes pergi, mulailah Yesus berbicara kepada orang banyak itu tentang Yohanes: "Untuk apakah
kamu pergi ke padang gurun? Melihat buluh yang digoyangkan angin
kian ke mari? 11:8 Atau untuk
apakah kamu pergi? Melihat orang yang berpakaian halus? Orang yang berpakaian
halus itu tempatnya di istana raja. 11:9 Jadi untuk
apakah kamu pergi? Melihat nabi? Benar, dan Aku berkata kepadamu, bahkan lebih dari
pada nabi. 11:10 Karena
tentang dia ada tertulis: Lihatlah, Aku
menyuruh utusan-Ku mendahului Engkau, ia akan mempersiapkan jalan-Mu di
hadapan-Mu. 11:11 Aku berkata
kepadamu: Sesungguhnya di antara mereka
yang dilahirkan oleh perempuan tidak pernah tampil seorang yang lebih besar 2 dari pada Yohanes Pembaptis, namun yang
terkecil dalam Kerajaan Sorga lebih besar dari padanya. 11:12 Sejak tampilnya Yohanes Pembaptis hingga sekarang,
Kerajaan Sorga diserong dan orang yang menyerongnya mencoba menguasainya. 11:13 Sebab semua nabi dan kitab Taurat bernubuat
hingga tampilnya Yohanes 11:14 dan -- jika kamu mau menerimanya -- ialah Elia yang akan datang itu. 11:15 Siapa
bertelinga, hendaklah ia mendengar! 11:16 Dengan apakah akan Kuumpamakan angkatan ini?
Mereka itu seumpama anak-anak yang duduk
di pasar dan berseru kepada
teman-temannya: 11:17 Kami meniup seruling bagimu, tetapi kamu tidak menari,
kami menyanyikan kidung duka, tetapi kamu tidak berkabung. 11:18 Karena Yohanes datang, ia tidak makan, d dan tidak minum, e dan mereka berkata: Ia kerasukan setan. 11:19 Kemudian Anak Manusia datang, Ia makan dan minum,
dan mereka berkata: Lihatlah, Ia seorang
pelahap dan peminum 4 , sahabat pemungut cukai dan orang
berdosa. Tetapi
hikmat Allah dibenarkan oleh
perbuatannya." (Matius 11:7-19).
Jadi,
menurut Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. yang dimaksud dengan kedatangan kedua kali Nabi Elia a.s.
sebelum beliau maksudnya adalah nabi yang seperti Nabi Elia a.s. yaitu
Yahya Pembaptis atau Nabi Yahya a.s. putra Nabi Zakaria a.s..
Demikian juga Al-Quran pun menyatakan
bahwa yang dimaksud dengan kedatangan
kedua kali Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. oleh Nabi Besar Muhammad saw. adalah
kedatangan nabi Allah di kalangan umat Islam yang seperti Nabi Isa Ibnu Maryam a.s., yaitu misal Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.,
sebagaimana firman-Nya kepada Nabi Besar Muhammad saw.:
وَ لَمَّا
ضُرِبَ ابۡنُ مَرۡیَمَ مَثَلًا اِذَا قَوۡمُکَ مِنۡہُ یَصِدُّوۡنَ ﴿﴾
Dan apabila
Ibnu Maryam dikemukakan
sebagai misal tiba-tiba kaum engkau meneriakkan penentangan terhadapnya, (Az-Zukhruf [43]:58).
Setiap Rasul
Allah Sebagai Hakam (Hakim)
Jadi, pendakwaan Mirza Ghulam Ahmad a.s. sebagai Imam Mahdi a.s. dan juga
sebagai Masih Mau’ud a.s. (Al-Masih yang Dijanjikan) -- berkenaan makna pengutusan
kedua kali seorang rasul Allah -- didukung oleh kesaksian Bible
dan Al-Quran. Selanjutnya Masih Mau’ud a.s. bersabda:
“Jadi apa
lagi yang masih ada (tersisa) bahwa Hadhrat
Al-Masih adalah nabi yang benar? Sebab hakikat yang sebenarnya
adalah bahwa mengenai kabar suka bisa termasuk secara kiasan
dan samaran, dimana perubahan dan pertukarannya bisa juga terjadi, karena itu setiap nabi atau pembawa kabar suka
yang datang sebagai Hakam (hakim), dia menggenapi
sebagian ucapan-ucapan umat dan membatalkan sebagian lainnya. Dan
apa-apa yang dipastikan oleh mereka
itu sebagian ada benarnya dan sebagian lagi ada salahnya, karena di dalamnya ada yang bercampur-aduk
dan ada pula yang salah serta terbalik mengartikannya.
Oleh karena
itu barangsiapa
berkeras kepala terhadap diriku
dengan berpendirian bahwa, “Kami tidak akan beriman kepadanya selama tanda-tanda yang diberikan oleh Syiah dan Sunni belum sempurna (genap) semuanya”, maka orang itu benar-benar aniaya.
Orang-orang itu jika hidup di zaman
Rasulullah saw., mereka
sekali-kali tidak akan beriman kepada beliau saw..
Demikian
pula seandainya mereka hidup di zaman Nabi Isa a.s. mereka pun tidak akan menerimanya. Untuk itu bagi pencari jalan kebenaran,
inilah satu sarana yang bersih dan aman, bahwa untuk mendukung bahwa seseorang itu benar dalam pendakwaannya, jika tanda-tandanya telah nyata dalam tanda-tanda langit maka dia
takut untuk mendustakannya, sebab pernyataan-pernyataan tertulis dari
hadits-hadits yang dipegang oleh
setiap mazhab untuk menguatkan dalil-dalilnya
merupakan satu khazanah baginya.
Pada
dasarnya semua itu tidak lebih dari syakwasangka yang buruk, bahwa Masih
Mau’ud akan turun dari langit,
dan hanya akan merupakan keragu-raguan belaka yang tidak mempunyai dasar, sebab yang demikian itu mendustakan Quran Syarif dan hadits mi’raj, karena Rasulullah saw. pun naik ke langit tetapi tidak
ada yang melihat beliau benar-benar naik ke langit biru.”
Akibat Buruk
Masa Fathrah (Masa Jeda) Pengutusan Rasul Allah
Penjelasan yang dikemukakan Masih Mau’ud a.s. mengenai terjadinya penyimpangan makna nubuatan-nubuatan
dan penyimpangan makna ayat-ayat
Kitab-kitab suci di kalangan berbagai umat beragama tersebut sesuai dengan firman Allah Swt.
berikut ini:
اَلَمۡ یَاۡنِ لِلَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡۤا اَنۡ
تَخۡشَعَ قُلُوۡبُہُمۡ لِذِکۡرِ
اللّٰہِ وَ مَا نَزَلَ مِنَ الۡحَقِّ ۙ وَ
لَا یَکُوۡنُوۡا کَالَّذِیۡنَ اُوۡتُوا الۡکِتٰبَ مِنۡ قَبۡلُ فَطَالَ
عَلَیۡہِمُ الۡاَمَدُ فَقَسَتۡ
قُلُوۡبُہُمۡ ؕ وَ کَثِیۡرٌ مِّنۡہُمۡ
فٰسِقُوۡنَ ﴿﴾ اِعۡلَمُوۡۤا اَنَّ اللّٰہَ یُحۡیِ الۡاَرۡضَ بَعۡدَ
مَوۡتِہَا ؕ قَدۡ بَیَّنَّا لَکُمُ الۡاٰیٰتِ لَعَلَّکُمۡ تَعۡقِلُوۡنَ ﴿﴾
Apakah
belum sampai waktu bagi orang-orang yang
beriman, bahwa hati mereka tunduk
untuk mengingat Allah dan mengingat
kebenaran yang telah turun kepada
mereka, وَ لَا
یَکُوۡنُوۡا کَالَّذِیۡنَ اُوۡتُوا الۡکِتٰبَ مِنۡ قَبۡلُ فَطَالَ عَلَیۡہِمُ الۡاَمَدُ فَقَسَتۡ قُلُوۡبُہُمۡ -- dan mereka tidak menjadi seperti
orang-orang yang diberi kitab sebelumnya, maka zaman
kesejahteraan menjadi panjang atas mereka lalu hati
mereka menjadi keras, وَ
کَثِیۡرٌ مِّنۡہُمۡ فٰسِقُوۡنَ -- dan kebanyakan
dari mereka menjadi durhaka? اِعۡلَمُوۡۤا اَنَّ اللّٰہَ
یُحۡیِ الۡاَرۡضَ بَعۡدَ مَوۡتِہَا -- Ketahuilah, bahwasanya Allah menghidupkan bumi sesudah matinya.
Sungguh Kami telah menjelaskan
Tanda-tanda kepada kamu supaya kamu
mengerti. (Al-Hadīd [57]:17-18).
Berbagai Tuduhan
Buruk & Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. Telah Wafat
Selanjutnya Masih Mau’ud a.s. bersabda mengenai semakin degilnya hati para penentang beliau dengan melontarkan berbagai tuduhan keji dan fitnah:
“Walhasil, wahai para
pemimpin kaum yang mengatakan diriku dajjal, kafir dan menganggapku
pendusta, renungkan dan perhatikanlah apa yang anda
sekalian miliki, sehingga demikian
beraninya berbuat dusta.
Apakah tidak benar bahwa Hadhrat
Al-Masih a.s. telah wafat menurut ayat-ayat
suci Quran Syarif dengan bukti-bukti
yang jelas? Sebagaimana firman-Nya yang tegas bahwa beliau a.s. telah
wafat: فَلَمَّا
تَوَفَّیۡتَنِیۡ -- “maka tatkala Engkau telah
mewafatkanku” (Al-Māidah [5]:118) adalah merupakan saksi.
Kamu semua tahu bahwa tawafa selain mencabut nyawa tidak ada arti lain[1].
Kemudian
ayat yang kedua: وَ مَا مُحَمَّدٌ اِلَّا رَسُوۡلٌ ۚ قَدۡ خَلَتۡ مِنۡ قَبۡلِہِ
الرُّسُلُ -- “Muhammad
itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah wafat sebelumnya
rasul-rasul” (Âli
‘Imran [3]:145). Ayat
inilah yang ketika Rasulullah saw. wafat dibacakan oleh Hadhrat Abu Bakar Shiddiq
r.a. dalam pemecahan suatu masalah bahwa semua
nabi yang lalu telah wafat,
dan semua sahabat sepakat membenarkannya.
Demikian
pula di dalam mikraj, Hadhrat Rasulullah saw. melihat Nabi Isa
a.s. berada dalam kumpulan nabi-nabi yang telah wafat. Kemudian beliau saw.
bersabda pula bahwa umur Nabi Isa a.s.
hanya 120 tahun. Dan beliau saw. bersabda lagi bahwa, “Seandainya Musa a.s. dan Isa a.s.
masih hidup pasti keduanya akan mengikuti aku.” Di dalam Quran
Syarif Rasulullah saw. disebut Khâtamul Anbiyya.
Berbagai Tanda Dukungan
dari Langit dan Bumi & Perlu Membuat Pernyataan tertulis Bersedia
Menerima Kebenaran
Kini,
katakanlah! Keragu-raguan apa lagi
yang masih tertinggal mengenai kewafatan Nabi Isa a.s. setelah
mengetahui penjelasan-penjelasan ayat tersebut? Masalah pendakwaanku, itupun bukan tanpa bukti. Di dalam kitab Bukhari dan Muslim jelas
tertulis bahwa Masih Mau’ud akan lahir dari
antara umat ini (umat Islam) juga. Dan Tuhan telah menjadikan gerhana
bulan dan matahari pada bulan Ramadhan untukku. Demikian pula
di bumi ini banyak tanda-tanda
yang terjadi, dan sesuai dengan Sunnatullah
semua dalil-dalil itu telah sempurna.
Aku bersumpah demi Dzat yang nyawaku berada di Tangan-Nya, jika anda
sekalian ingin menyaksikan tanda-tanda Tuhan yang lainnya
setelah membersihkan hati anda sekalian, maka itulah Dia Tuhan Yang Maha Kuasa, yang tanpa bimbingan-Nya anda sekalian bisa menjadi pengikut
yang salah.
Dia itu Maha berkuasa untuk memperlihatkan tanda-tanda-Nya dengan kehendak[2] dan kewenangan-Nya sendiri tanpa harus mengikuti suatu usulan (saran)
dari anda sekalian. Dan aku yakin, jika anda sekalian dengan hati yang bersih
meminta kepadaku dan berjanji kepada
Tuhan bahwa “Seandainya ada kemampuan yang melebihi
kemampuan manusia dapat zahir, kami
berjanji akan melepaskan semua kedengkian,
dan dengan keridhaan Tuhan
semata kami akan masuk ke dalam
silsilah Jemaat ini”, pastilah Tuhan
akan memperlihatkan tanda.
Tetapi tiada
kekuatan padaku menentukan waktu 2 atau 3 hari untuk dapat memperlihatkan suatu tanda, atau seenaknya
aku mengikuti kehendak anda sekalian, sebab ini semua ada pada kekuasaan Tuhan. Jika Dia menghendaki tanggalnya maka Dia akan menentukannya.
Jika ada yang mencari kebenaran dengan niat
bersih maka hal ini tidak
akan mendapatkan kesulitan, sebab jika
Tuhan hendak memperlihatkan suatu tanda
baru pada zaman ini, tidak
mungkin Dia menentukan barang 50 atau 60 tahun, bahkan dalam waktu yang tidak lama, seperti orang pada waktu sidang pengadilan atau dalam urusan bisnis menentukan waktu baginya.
Penyelesaian perkara semacam ini bisa dengan cara pernyataan tertulis, jika segala
macam kotoran dibersihkan dari hati
anda sekalian, dan betul-betul
menghendaki keputusan dari
Tuhan. Dan di dalam cara-cara
semacam ini perlu sekurang-kurangnya ada
40 orang maulvi kenamaan, seperti Maulvi Muhammad Hussain
Batalwi, Maulwi Muhammad Nazir Hussain Akhlewi, Maulwi Abdul Jabbar Gaznawi,
Maulwi Rasyid Ahmad Ganggohi serta Maulwi
Meher Ali Syah Golrawi, mereka
membuat suatu pernyataan tertulis lalu muat di dalam suatu suratkabar
Islam yang terkenal bahwa, “Kami
akan meninggalkan perlawanan dan akan masuk baiat dengan ketakwaan kepada Allah
Yang Maha Gagah, apabila suatu tanda yang luar biasa dapat zahir
sebenar-benarnya”.
(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik
Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 7 Mei 2017
[1] Sebagaimana di
dalam kamus arti dari tawafa jika Tuhan sebagai pelakunya dan manusia
sebagai obyeknya maka tidak ada artinya yang lain selain mematikan.
Demikian pula di dalam Quran Syarif dari awal sampai akhir lafaz tawafa
itu hanya digunakan untuk mewafatkan dan mencabut nyawa. Selain
arti itu di seluruh isi Quran Syarif tidak mempunyai arti lain lagi.
[2] Kini telah
zahir satu tanda bagi penduduk Mekkah yang tak dapat dipungkiri lagi,
demikian pula bagi penduduk Madinah. Yaitu
1300 yang lalu untuk bepergian dari Makkah ke Madinah banyak
digunakan unta-unta sebagai kendaraan. Setiap tahun ratusan ribu
unta-unta dari Mekkah ke Madinah dan sebaliknya datang dan pergi. Dan mengenai
unta-unta tersebut secara tak disengaja terdapat kabar gaib di dalam Quran
Syarif dan hadits, bahwa di suatu waktu unta-unta ini bakal ditinggalkan
orang (tak digunakan lagi sebagai kendaraan) dan tak seekorpun akan mengendarainya.
Dan demikianlah berikut ini Allah berfirman: وَ
اِذَا الۡعِشَارُ عُطِّلَت -- (dan apabila
unta-unta yang bunting ditinggalkan - Qs.81:5),
dan bunyi haditsnya: yatrakul- qalama falā yasa’ ‘alayha (unta akan
ditinggalkan maka tidak akan berlari atasnya). Keduanya adalah saksi. Betapa
besarnya kabar suka ini yang merupakan tanda bagi Masih pada masanya dan tanda
bagi kedatangan Masih Mau’ud, hal ini telah sempurna dengan munculnya
kereta api, mobil dll.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar