Bismillaahirrahmaanirrahiim
“ARBA’IN”
ARBA’IN LI-ITMÂMIL HUJJAH ‘ALAL MUKHALLIFÎN
(Empat Puluh Risalah, Menyempurnakan Argumen Bagi Para
Penentang)
Karya
Mirza Ghulam Ahmad
a.s.
(Al-Masih Al-Mau’ud a.s.
-- Al-Masih yang Dijanjikan a.s.)
Bagian 26
ARBA’ÎN KE III
KOMUNIKASI ILHAMI ALLAH SWT. DENGAN MASIH MAU’UD A.S. YANG DIMUAT DALAM BERBAGAI KARYA TULISNYA & FATWA
PENGKAFIRAN TERHADAP MASIH MAU’UD A.S. DAN PARA PENGIKUTNYA OLEH “FIR’AUN” DAN “HAMAN” DI AKHIR ZAMAN
Oleh
Ki Langlang Buana
Kusuma
D
|
alam akhir Bab sebelumnya telah dikemukakan topik Bukti Kebenaran
Wahyu Ilahi Dalam buku Barâhin-e-
Ahmadiyyah sehubungan dengan timbulnya “karat dalam hati” yang mengakibatkan “kebutaan mata ruhani” para penentang
rasul Allah, dalam
surah lain Allah Swt. berfirman:
وَیۡلٌ یَّوۡمَئِذٍ لِّلۡمُکَذِّبِیۡنَ
﴿ۙ﴾ الَّذِیۡنَ یُکَذِّبُوۡنَ بِیَوۡمِ الدِّیۡنِ ﴿ؕ﴾ وَ مَا
یُکَذِّبُ بِہٖۤ اِلَّا کُلُّ مُعۡتَدٍ
اَثِیۡمٍ ﴿ۙ﴾ اِذَا
تُتۡلٰی عَلَیۡہِ اٰیٰتُنَا قَالَ اَسَاطِیۡرُ الۡاَوَّلِیۡنَ ﴿ؕ﴾ کَلَّا بَلۡ ٜ
رَانَ عَلٰی قُلُوۡبِہِمۡ مَّا کَانُوۡا یَکۡسِبُوۡنَ ﴿﴾ کَلَّاۤ اِنَّہُمۡ عَنۡ رَّبِّہِمۡ یَوۡمَئِذٍ لَّمَحۡجُوۡبُوۡنَ
﴿ؕ﴾ ثُمَّ اِنَّہُمۡ لَصَالُوا الۡجَحِیۡمِ ﴿ؕ﴾ ثُمَّ یُقَالُ
ہٰذَا الَّذِیۡ کُنۡتُمۡ بِہٖ تُکَذِّبُوۡنَ ﴿ؕ﴾
Celakalah pada hari itu bagi orang-orang
yang mendustakan, yaitu orang-orang yang mendustakan
Hari Pembalasan. Dan sekali-kali
tidak ada yang mendusta-kannya kecuali setiap
pelanggar batas lagi sangat berdosa. اِذَا تُتۡلٰی عَلَیۡہِ اٰیٰتُنَا
قَالَ اَسَاطِیۡرُ الۡاَوَّلِیۡنَ -- Apabila Tanda-tanda Kami dibacakan kepadanya ia berkata: “Ini-lah dongeng orang-orang dahulu!” کَلَّا بَلۡ ٜ رَانَ عَلٰی قُلُوۡبِہِمۡ مَّا
کَانُوۡا یَکۡسِبُوۡنَ -- Sekali-kali tidak, bahkan apa
yang mereka usahakan telah menjadi karat pada hati mereka. کَلَّاۤ اِنَّہُمۡ عَنۡ
رَّبِّہِمۡ یَوۡمَئِذٍ لَّمَحۡجُوۡبُوۡنَ -- Sekali-kali tidak, bahkan sesungguhnya
pada hari itu mereka benar-benar terhalang dari melihat Rabb (Tuhan) mereka. ثُمَّ اِنَّہُمۡ لَصَالُوا الۡجَحِیۡمِ -- Kemudian sesungguhnya mereka
pasti masuk ke dalam Jahannam. ثُمَّ یُقَالُ ہٰذَا الَّذِیۡ کُنۡتُمۡ بِہٖ
تُکَذِّبُوۡنَ -- Kemudian dikatakan: “Inilah apa yang senantiasa kamu dustakan.” (Al-Muthaffifīn [83]:11-18).
Makna ayat: کَلَّا بَلۡ ٜ رَانَ عَلٰی قُلُوۡبِہِمۡ
مَّا کَانُوۡا یَکۡسِبُوۡنَ -- “Sekali-kali tidak, bahkan apa yang mereka usahakan telah menjadi karat
pada hati mereka.” Nikmat
melihat wajah Allah dianugerahkan
kepada orang beriman melalui dua tingkat: Tingkat pertama ialah tingkat keimanan, ketika memperoleh keyakinan teguh kepada sifat-sifat
Allah. Tingkat kedua atau tingkat
lebih tinggi berupa anugerah kenyataan
mengenai Dzat Ilahi.
Orang-orang berdosa disebabkan dosa-dosa mereka – terutama akibat pendustaan dan penentangan
mereka kepada Rasul Allah yang datang untuk mengajarkan makrifat Ilahi yang hakiki (QS.2:31-35; QS.3:180; QS.72:27-29)
-- maka mereka akan tetap luput dari makrifat Dzat Ilahi pada Hari
Pembalasan mereka tidak akan melihat
Wajah Allah (QS.20:125-129).
Perkataan Kufur yang Dilandasi Kedengkian
Kembali kepada pokok pembahasan, selanjutnya Masih Mau’ud a.s. bersabda
mengenai kedegilan hati Maulvi
Abdullah Gaznawi yang mengingkari
kesaksiannya sendiri berkenaan kebenaran
pendakwaan beliau sebagai Masih
Mau’ud a.s.:
“Tetapi kami tidak mengharapkan bahwa Tuan akan membukakan matanya, dan
inilah yang tinggal harapan, yakni selama beliau hidup dalam keadaan seperti itu. Dan ingatlah, penyebab utama terbitnya selebaran
ini ialah karena pada hari-hari ini beliau yang
pertama-tama gencar sekali mengatakan bahwa, “Dalil Al-Quran yang berbunyi:
Jika
nabi ini dengan kepalsuan mendakwakan diri menerima wahyu maka Aku akan
binasakan dia”. Katanya ini tidak
ada apa-apanya bahwa lebih banyak
lagi pendusta semacam itu terdapat di dunia ini yang mereka itu mendakwakan diri menerima nubuatan
(kenabian) atau kerasulan atau ma’mur minallāh dengan kepalsuan serta berdusta kepada Tuhan, tetapi masih dapat hidup hingga 23 tahun lamanya.
Itulah perkataan Tuan Hafiz dimana tak
seorang mukmin pun bisa tahan
mendengarnya. Demikianlah mereka
yang di dalam hatinya ada laknat Tuhan.
Apakah kalam Tuhan itu dusta?
[Dia berfirman]
“Dan siapakah
yang lebih zalim daripada yang mendustakan Kitab Allah kecuali mengatakan perkataan Allah yang hak
(benar), dan niscaya kutukan Allah atas para pendusta.”
Ini
adalah kudrat Tuhan, Dia telah memperlihatkan kalimat-kalimat itu dan juga
tanda-tanda yang ditujukan bagiku. Hari-hari aku menerima wahyu sama dengan hari-hari
Sayyidina Muhammad saw. menerima wahyu.
Semenjak dijadikan-Nya dunia tak seorang pun nadzīr (seeorang pemberi
ingat) dapat dijumpai -- yang seperti Sayyidina Muhammad saw. -- hidup selama
23 tahun dalam pendakwaan palsu. Ini adalah kemuliaan Nabi kita saw. yang
telah diberikan Allah, di segala
zaman pun telah membenarkannya.
Hai orang-orang
yang beriman! Jika kamu menjumpai orang semacam itu yang mengaku ma’mur minallāh (orang yang
diperintah Allah) dan kamu mendapat
bukti kebenarannya – bahwa pengakuannya
telah berlalu selama 23 tahun dan selama
itu dia tidak henti-hentinya mendakwakan dirinya menerima wahyu dari Tuhan,
serta pengakuannya itu selalu terbukti benar dalam tulisan-tulisan yang telah
beredar, maka ketahuilah bahwa dia itu sesungguhnya datang dari Tuhan.
Sebab tidak mungkin seorang pendusta yang
Allah sendiri mengetahuinya bisa
mendapatkan jangka waktu 23 tahun seperti Rasulullah saw. di dalam pendakwaannya.
Tidak salah, untuk hal ini memerlukan pembuktian, bahwa orang itu selama 23 tahun tak
henti-hentinya mendakwakan diri sejak
awal hingga akhir. Orang yang demikian
itu di dalam umat ini adalah aku,
yang telah diberi tempo selama 23 tahun seperti
yang dialami Rasulullah saw. selama 23
tahun, silsilah (rangkaian) wahyu
terus berlangsung.
Untuk
membuktikannya adalah: Pertama, aku
telah menulis mukalimatillâhi (percakapan dengan Allah) di dalam buku Barâhin-e-
Ahmadiyyah yang telah 21
tahun beredar di masyarakat, dan 7-8 tahun yang lalu akupun telah menyebarkannya secara lisan, bukti ini Barâhin-e- Ahmadiyyah sendirilah
yang telah memberikannya.
Kemudian
beberapa mukalimatillâhi (percakapan dengan Allah) lainnya akan
kutulis di dalam buku-buku lainnya secara bertahap. Karena itu hanya sebagai contoh saja mukalimatillâhi kutulis
di dalam Barâhin-e- Ahmadiyyah
secara singkat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat di dalam Barâhin-e-
Ahmadiyyah.
Percakapan Masih
Mau’ud a.s. Dengan Allah Swt.
Mukalimatillâhi
yang terjadi antara aku dengan Tuhan yang termaktub di dalam Barâhin-e-Ahmadiyyah
sebagai berikut:
Terjemahannya:
“Hai
Ahmad-Ku, kabar suka bagi engkau. Engkau adalah maksud-Ku dan engkau selalu
bersama-Ku. Aku telah menanam benih pohon engkau dengan Tangan-Ku Sendiri.
Rahasia engkau rahasia-Ku. Engkau mempunyai kedudukan baik di hadhirat-Ku. Aku memilih
engkau untuk-Ku Sendiri. Engkau bagi-Ku adalah seperti Tauhid-Ku (Ke-Esa-anKu) dan
Tafrid-Ku (Ketunggalan-ku). Kini sudah saatnya engkau mendapat pertolongan dan
dikenal di kalangan manusia.
Hai
Ahmad, rahmat – yakni kebenaran dan kebijaksanaan – mengalir dari kedua bibir
engkau. Engkau diberkati ya Ahmad, dan berkat yang dilimpahkan Allah kepada
engkau adalah hak engkau. Yang Maha Pemurah mengejar engkau Al-Quran – yaitu
memberitahu arti Al-Quran yang manusia telah lupa -- supaya engkau memperingatkan kaum yang
nenek-moyang mereka tidak diberi peringatan dan supaya jalan orang yang berdosa
dihadapkan dengan argumentasi (hujjah) yang lengkap dari Tuhan.
Katakanlah kepada mereka: “Aku mengatakan hal
ini bukan atas kehendakku sendiri melainkan berdasarkan pada wahyu Tuhan, dan
aku adalah orang mukmin yang pertama di abad ini.” Katakanlah kepada mereka:
“Jika kamu mencintai Allah ikutilah aku
maka Allah pun akan mencintai kamu.”[2] Mereka
berecana dan Allah pun berencana dan Allah adalah Perencana terbaik.
Allah tidak akan meninggalkan engkau
sebelum Dia membedakan yang murni dari dari yang buruk. Rahmat-Ku meliputi
engkau di dunia dan di Hari Kemudian. Hari ini engkau berada pada kedudukan
kemuliaan di sisi Kami. Engkau berada di antara mereka yang ditolong. Engkau di
sisi-Ku berada pada kedudukan yang tidak diketahui manusia. Kami mengutus
engkau untuk memperlihatkan rahmat bagi segenap alam.
Hai Ahmad, masuklah ke dalam surga bersama zawj
(istri/pasangan) engkau.” -- zawj berarti mereka yang bergabung denganku, apakah
istri atau temanku, akan memperoleh keselamatan dan akan mengalami kehidupan
Samawi serta akan memperoleh surgawi
– Kedudukan ini adalah karena Rahmat
Allah sehingga menjadi Tanda bagi manusia. Aku hendak mengadakan Khalifah di
bumi maka Aku menjadikan Adam.
Adam ini akan menegakkan syariat dan
menghidupkan agama. Inilah utusan (rasul) Allah dalam pakaian nabi-nabi, dengan
mempunyai kedudukan baik di dunia dan di
akhirat dan termasuk di antara mereka yang dekat dengan Allah. Aku
adalah satu khazanah tersembunyi dan Aku
ingin supaya dikenal. Kami menjadikan hamba ini dari Kami sebagai Tanda bagi
manusia dan rahmat dari Kami dan ini sudah ditakdirkan (diputuskan) sejak awal.
Hai Isa Aku akan mewafatkan engkau dengan
kewafatan secara alami, yaitu parta musuh engkau tidak akan berhasil membunuh
engkau, dan akan mengangkat engkau kepada-Ku, dan akan ditegakkan argumentasi
jelas serta perwujudan Tanda bahwa engkau dekat dengan-Ku, dan akan membersihkan
engkau dari tuduhan kaum penentang,
serta akan menempatkan orang di antara kaum Muslim yang mengikuti engkau di
atas penentang engkau sampai hari Kiamat. Golongan yang mengikuti engkau adalah
dari kumpulan awal dan akhir.
Mereka berupaya menakuti engkau dengan
kejahatan mereka tetapi Allah Sendiri akan menjaga engkau dari kejahatan
penentang, bahkan jika manusia tidak menjaga engkau, dan Tuhan engkau Maha
Kuat. Allah memuji engkau dari ‘Arasy-Nya
-- yaitu berlawanan dengan sikap para penentang Allah memuji engkau.
Kami memuji engkau dan menurunkan berkat atas engkau. Kami akan cukup bagi
engkau terhadap mereka yang memperolokkan engkau.
Mereka berkata: “Ini hanya suatu
kebohongan yang dibuat-buat, kami tidak mendengar sebelumnya dari nenek-moyang
kami.” Orang jahil ini tidak menyadari bahwa tidak sulit bagi Allah memberi
kedudukan kepada manusia. Kami telah memuliakan beberapa manusia di atas yang
lainnya. Kedudukan ini diberikan dengan karunia Allah sehingga bisa menjadi Tanda bagi manusia.
Tetapi manusia menolak Tanda Tuhan dengan tidak adil dan kesombongan walaupun
hati mereka menerimanya.
Katakanlah kepada mereka: “Padaku ada
kesaksian khusus dari Allah, apakah kamu
akan percaya atau tidak?” Katakanlah lagi kepada mereka: “Padaku ada kesaksian
khusus dari Allah, apakah kamu akan
tunduk atau tidak?” Ketika mereka melihat Tanda mereka berkata: “Ini hanya
suatu perbuatan biasa, itu biasa terjadi sejak dulu. [Dan jika mereka melihat
Tanda, mereka berpaling serta mengatakan: “Ini hanya sihir lama].”
Nubuatan syaq-ul-Qamar (Bulan
Terbelah Dua) Tentang Imam Mahdi a.s.
Jelaslah,
bahwa ayat dari ilham kalimat
terakhir yang artinya ialah ketika
orang-orang kafir menyaksikan syaqul qamar (bulan terbelah dua)
maka mereka memberikan alasan ini, yakni itu hanya soal biasa, tak ada
apa-apanya. Itu hanyalah sejenis gerhana
bulan belaka yang selalu terjadi, bukan suatu tanda kebenaran.
Di dalam
kabar gaib itu Tuhan mengisyaratrkan
gerhana bulan dan gerhana matahari. Beberapa tahun
setelah kabar gaib itu aku datang
sebagai Mahdi Ma’hud (Mahdi yang
Ditunggu-tunggu) yang tertulis di
dalam hadits Daruqutni dan Al-Quran.
Para pengingkar setelah menyaksikan kedua
gerhana tersebut akan berkata bahwa, “Ini
hanya masalah biasa, sedikit pun tidak mengandung suatu tanda!”
Ingatlah
akan ayat: Jumi’asy-syamsu wal-qamar
– (digabungkan matahari dan bulan – QS.75:10) ditujukan kepada kedua gerhana tersebut, dan juga di dalam hadits yang diriwayatkan
oleh Imam Baqir berbunyi: Inna limahdiyyinā āyatain
(sesungguhnya bagi Mahdi kami ada dua tanda), dimaksudkan pula kepada kedua gerhana tersebut.
Dan
satu hal yang sungguh menakjubkan
sekali, adalah 15 tahun sebelum
terjadinya kedua gerhana tersebut, kabar
gaib itu telah kutulis di dalam Barâhin-e-
Ahmadiyyah, dan juga telah
diberitahukan bahwa pada saat kedua
gerhana itu terjadi orang-orang zalim (aniaya) tidak akan menerimanya, dan
bahkan akan berkata, “Ini sudah biasa
terjadi, bukan soal baru!” Padahal semenjak
kejadian dunia ini belum pernah terjadi peristiwa seperti itu sebelumnya,
yaitu pada saat seseorang mendakwakan
dirinya Mahdi, di saat itu terjadi gerhana matahari dan bulan dalam bulan
Ramadhan.
Kalimat ini dua kali dikatakan:
Qul,
‘indiy syahādatan minallāhi fahal antum mu-minūn. Wa qul ‘indiy syahādatan minallāahi fahal antum
mu-minūn
(Dan katakanlah:“Padaku ada kesaksian dari Allah maka
apakah kalian mau beriman?” Dan katakanlah: “Padaku ada kesaksian dari Allah maka apakah
kalian mau beriman?”).
Di sana
yang dimaksudkan kesaksian, pertama
gerhana matahari, dan yang kedua
adalah gerhana bulan. Kemudian Tuhan
berfirman:
“Allah telah menetapkan sejak awal: “Aku dan Rasul-Ku
pasti akan menang – yakni tidak peduli bagaimana pun bentuk perlawanan, orang
yang diangkat Tuhan tidak akan
dikalahkan. Allah Maha Kuasa atas keputusan-Nya tetapi kebanyakan
manusia tidak mengetahui. Dia Yang telah mengutus rasul-Nya dengan petunjuk dan
agama yang benar supaya Dia memenangkannya atas semua semua. Tidak ada
perubahan pada perkataan Allah.
Mereka yang beriman dan tidak memalsukan iman
mereka dengan kezaliman adalah mereka yang akan diberi keselamatan dari bencana
dan mereka adalah yang mendapat petunjuk. Janganlah berdoa kepada-Ku mengenai
mereka yang bertekad berbuat jahat, mereka akan ditenggelamkan. Mereka
memperlakukan engkau dengan olok-olok: “Apakah orang ini yang dibangkitkan
Allah?” Mereka memandang engkau tetapi tidak melihat engkau.
Fir’aun dan Haman Akhir Zaman Serta Fatwa Pengkafiran yang Dibuatnya
Ingatlah
ketika seorang yang mengkafirkan engkau merencanakan melawan engkau dan meminta
kepada temannya, Haman, supaya menyulut api pengejaran sambil berkata: “Lakukanlah
pengumuman kemurtadan oleh engkau karena manusia telah memberi perhatian untuk
engkau dan engkau bisa menghasut mereka dengan pengumuman engkau itu. Karenanya
engkau adalah pelopor yang mensahkan pesetujuan sehingga para ulama menjadi
senang mengikuti stempel engkau dengan stempel mereka. Jadi aku dapat mememukan
apakah Tuhan bersama orang itu ataukah tidak, karena aku menganggapkan sebagai
pendusta.” [Kemudian ia memberi pengesahan stempelnya]. [3]
Celakalah
Abu Lahab dan kedua tangannya (yakni seseorang yang menyatakan pengumuman dan
yang lainnya adalah yang mengesahkan atau yang menuliskan pengumuman] tidak
pantas baginya untuk campur-tangan
melainkan dengan takut. Kesakitan apa pun yang menimpa engkau semua
berasal dari Allah. Akan terdapat cobaan besar setelah Haman mengesahkan
pengumuman kemurtadan, maka bersabarlah bagaimana kesabaran para Nabi yang
memiliki kesabaran tinggi.
Cobaan
ini dari Allah agar Dia mencintai engkau dengan cinta yang besar. Ini adalah
cinta abadi yang tidak akan bisa diputus. Ganjaran engkau adalah pada Allah.
Tuhan engkau akan ridha kepada engkau dan akan menyempurnakan nama engkau.
Banyak hal yang mungkin engkau suka sesuatu padahal itu tidak baik bagi engkau;
dan banyak hal yang engkau tidak suka
padahal itu baik bagi engkau. Allah Mengetahui dan engkau tidak
mengetahui.”
Perlakuan
Buruk Seperti Terhadap
Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.
Pesan ini berkenaan dengan Hadhrat Nabi Isa a.s. yakni kepada
beliau a.s. pun dahulu para ulama kotor
memberikan fatwa kafir. Dan
di dalam ilham tersebut dimaksudkan
bahwa pengkafiran ini pasti akan terjadi supaya ada persamaan dengan Hadhrat Isa.
Dan Allah menamakannya Fir’aun kepada si
penulis fatwa itu,
sedangkan kepada orang yang pertama kali
memberi fatwa disebut Haman. Maka tidaklah heran hal ini mengisyaratkan
bahwa Haman akan mati di atas kekafirannya, tetapi Fir’aun akan mati di saat Tuhan menghendaki-Nya. Ia (Fir’aun
berkata): قَالَ اٰمَنۡتُ اَنَّہٗ لَاۤ
اِلٰہَ اِلَّا الَّذِیۡۤ اٰمَنَتۡ بِہٖ
بَنُوۡۤا اِسۡرَآءِیۡلَ -- "Saya percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang
dipercayai oleh Bani Israil” (Yunus:91)".
Kemudian Tuhan berfirman:
“Cobaan ini
akan datang dari Tuhan, setelah itu
barulah mereka akan mencintai engkau dan kecintaan itu tak pernah padam.
Dan ganjaran baginya ada pada Tuhan. Tuhanpun
ridha atas engkau dan Dia akan menyempurnakan nama engkau. Banyak hal
yang kamu inginkan, tetapi sebenarnya
tidak baik bagi kamu, dan banyak pula hal-hal yang tidak kamu inginkan tetapi
sebenarnya baik bagi kamu. . Tuhan sangat mengetahui sedangkan kamu tidak tahu.”
Hal ini
mengisyaratkan bahwa pengkafiran pasti akan terjadi dan banyak membawa hikmah. Akan tetapi
mereka menyesal disebabkan perbuatan merekalah hikmah dan keputusan Ilahi
menjadi sempurna. Seandainya mereka tidak
lahir maka lebih baik, menurut
mereka.
Sekedar
untuk contoh dari Barāahin-e-Ahmadiyyah
ilham ini kami tulis. Sebenarnya aku semenjak 21 tahun yang lalu setelah Barāahin-e-Ahmadiyyah terbit telah menulis 40 buah buku dan telah pula
kusebarkan kurang-lebih 60 ribu
selebaran mengenai kebenaran dakwaku,
dan semuanya itu berupa pamflet
kecil-kecil. Hal ini secara rutin menjadi kebiasaanku menyebarkan ilham-ilhamku yang baru kuterima.
Dalam hal ini setiap orang yang berakal mengerti,
bahwa ini adalah suatu masa yang panjang
sejak mulainya pendakwaan ma’mur minallah (orang yang
diperintah Allah) hinggi kini sibuk
siang malam bertabligh. Dan Tuhan
bukan hanya sampai di situ saja, bahkan hingga kini membiarkan aku hidup, bahkan untuk
menerbitkan karya tulis ini sekalipun Dia memberikan kesehatan kepadaku,
dan diberikannya pula harta serta diluangkan pula waktu kepadaku. Dan ilham-ilham yang diturunkan-Nya
kepadaku bukannya sekedar percakapan
biasa-biasa saja tetapi penuh dengan kabar-kabar gaib, dan di
dalamnya banyak mengandung jawaban rencana busuk para musuh.
(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik
Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 22 Mei 2017
[1] Sekedar
seperlunya kami tulis ilham-ilham ini
secara singkat dari Barāhin-e- Ahmadiyyah.
Oleh karena sudah beberapa kali terbit maka susunan kalimatnya secara tertib
tidaklah sebagaimana khasnya, setiap urutan susunannya sesuai dengan paham (makna)
ilham.
[2] Tempat ini bagi
Jemaat kami adalah tempat berpikir, sebab Tuhan Yang Maha Kuasa di dalamnya
berfirman, bahwa kecintaan Tuhan berhubungan erat dengan perintah itu, yakni
jadilah kamu pengikut yang sempurna, tak sebesar dzarrahpun terbetik permusuhan
di dalam diri kamu. Dan di tempat yang berkenaan dengan diriku, dalam Kalam Ilahi kata rasul dan nabi
digunakan, hal ini menerangkan bahwa ini adalah nabi dan rasul Allah.
Penggunaan ini adalah secara mijaz (bayangan) dan isti’arah
(kiasan). Sebab orang yang menerima wahyu
dari Tuhan dan dengan keyakinan bahwa Tuhan
bercakap-cakap dengannya seperti terjadi pada nabi-nabi lainnya maka
mengunakan kata nabi kepadanya tidak menyalahi aturan. Bahkan ini adalah
satu isti’arah (kiasan) yang benar.
Oleh karena itulah di dalam Shahih
Bukhari dan Shahih Muslim serta Injil
dan Daniel dan juga kitab-kitab suci
nabi-nabi yang lainnya pun, jika menyebut-nyebut diriku maka di sana digunakan
kata nabi. Dan dalam sebagian kitab
nabi-nabi berkenaan dengan diriku secara isti’arah (kiasan) digunakan kata malaikat. Di dalam kitab
Daniel aku disebut Mikail, dan menurut bahasa Ibrani kata Mikail
secara harfiah adalah Tuhan. Hal ini sesuai dengan ilham yang terdapat
di dalam Barâhin Ahmadiyyah:
Anta minny bimanzilati tauhidiy wa tafriidiy fakhaana
anta’aana wa ta’rafa bayna- naas
Yakni, “Demikian dekatnya engkau
dengan Aku sebagaimana Aku menginginkan,
bagaikan Tauhid dengan Tafrid. Karena itu sebagaimana Aku ingin memsyhurkan
Tauhid-Ku demikian pula terhadap engkau di dunia ini. Barangsiapa pergi ke
suatu tempat membawa nama-Ku maka nama engkaupun ikut serta. (Pen).
[3] Dari Kalam
Ilahi ini diketahui bahwa yang
mengkafirkan dan membukakan pendustaan adalah bangsa (kaum) yang telah mati
ruhaninya. Oleh sebab itu tidak pantas seorang pengikutku bermakmum di belakangnya,
Bisakah orang yang hidup shalat di belakang yang telah mati? Oleh karena itu
ingatlah, sebagaimana Tuhan telah memberitahuku, bahwa haram bagi kamu, seka.i
haram mendirikan shalat di bekalang mereka yang menkafirkan atau mendustakan
atau menolak kedatanganku, bahkan yang menjadi imam hendaknya dari antara kamu
sendiri. Itulah salah satu maksud dari
hadits Bukhari imaamukum minkum (imam kamu di antara kamu). Yakni
ketika Masih Mau’ud datang maka kamu terpaksa meninggalkan golongan lain
walaupun mereka mengaku Muslim dan Imam kamu adalah dari antara kamu sendiri.
Maka demikianlah hendaknya kamu melakukannya. Adakah kamu menghendaki hukuman
Tuhan di atasa kepala kamu dan semua amal ibadah kamu menjadi sia-sia? Kamu
tidak tahu, bahwa barangsiapa yang dengan tulus ikhlas menerima aku dan dengan
tulus ikhlas pula mentaatiku dan membenarkanku dalam setiap masalah dan
menghendakiu diriku memberi setiap keputusan terhadap sesuatu perselisihan.
Akan tetapi barangsiapa tidak dengan tulus ikhlas menerimaku dan menginginkan
kehendak sendiri maka ketahuilah dia bukan dari golonganku, sebab dia tidak
mengindahkan sabda-sabdaku yang kuterima dari Tuhan, karena itu tiada kemuliaan
baginya di langit. (Pen)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar