Senin, 22 Mei 2017

"Komunikasi Ilhami" Allah Swt. Dengan "Masih Mau'ud a.s. yang Dimuat Dalam Berbagai "Karya Tulisnya" & "Fatwa Pengkafiran" Terhadap Masih Mau'ud a.s. dan Para Pengikutnya Oleh "Fir'aun dan Haman" di Akhir Zaman


Bismillaahirrahmaanirrahiim

“ARBA’IN”

ARBA’IN LI-ITMÂMIL HUJJAH ‘ALAL MUKHALLIFÎN
(Empat Puluh Risalah, Menyempurnakan Argumen Bagi Para Penentang)

  Karya

  Mirza Ghulam Ahmad a.s.
(Al-Masih Al-Mau’ud a.s.   -- Al-Masih yang Dijanjikan a.s.)


Bagian 26

ARBA’ÎN KE III

KOMUNIKASI  ILHAMI ALLAH SWT. DENGAN   MASIH MAU’UD A.S.  YANG DIMUAT DALAM BERBAGAI KARYA TULISNYA  & FATWA PENGKAFIRAN TERHADAP MASIH MAU’UD A.S. DAN PARA PENGIKUTNYA OLEH “FIR’AUN” DAN “HAMAN” DI AKHIR ZAMAN

Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

D
alam akhir  Bab sebelumnya   telah dikemukakan topik   Bukti Kebenaran Wahyu Ilahi Dalam buku Barâhin-e- Ahmadiyyah sehubungan dengan timbulnya “karat dalam hati” yang mengakibatkan “kebutaan mata ruhani” para penentang rasul Allah,    dalam surah lain Allah Swt. berfirman:
وَیۡلٌ یَّوۡمَئِذٍ لِّلۡمُکَذِّبِیۡنَ ﴿ۙ﴾ الَّذِیۡنَ یُکَذِّبُوۡنَ بِیَوۡمِ الدِّیۡنِ ﴿ؕ﴾ وَ مَا یُکَذِّبُ بِہٖۤ  اِلَّا کُلُّ مُعۡتَدٍ اَثِیۡمٍ ﴿ۙ﴾ اِذَا  تُتۡلٰی عَلَیۡہِ  اٰیٰتُنَا  قَالَ اَسَاطِیۡرُ الۡاَوَّلِیۡنَ ﴿ؕ﴾ کَلَّا بَلۡ ٜ رَانَ عَلٰی قُلُوۡبِہِمۡ مَّا کَانُوۡا یَکۡسِبُوۡنَ ﴿﴾ کَلَّاۤ  اِنَّہُمۡ عَنۡ رَّبِّہِمۡ یَوۡمَئِذٍ لَّمَحۡجُوۡبُوۡنَ ﴿ؕ﴾ ثُمَّ  اِنَّہُمۡ  لَصَالُوا الۡجَحِیۡمِ ﴿ؕ﴾ ثُمَّ یُقَالُ ہٰذَا الَّذِیۡ کُنۡتُمۡ بِہٖ تُکَذِّبُوۡنَ ﴿ؕ﴾
Celakalah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan,   yaitu orang-orang yang mendustakan Hari Pembalasan.   Dan sekali-kali tidak ada yang mendusta-kannya kecuali setiap pelanggar batas lagi sangat berdosa.  اِذَا  تُتۡلٰی عَلَیۡہِ  اٰیٰتُنَا  قَالَ اَسَاطِیۡرُ الۡاَوَّلِیۡنَ  --  Apabila Tanda-tanda Kami dibacakan kepadanya  ia berkata: “Ini-lah dongeng orang-orang dahulu!” کَلَّا بَلۡ ٜ رَانَ عَلٰی قُلُوۡبِہِمۡ مَّا کَانُوۡا یَکۡسِبُوۡنَ  -- Sekali-kali tidak, bahkan  apa yang mereka usahakan telah menjadi karat pada hati mereka.  کَلَّاۤ  اِنَّہُمۡ عَنۡ رَّبِّہِمۡ یَوۡمَئِذٍ لَّمَحۡجُوۡبُوۡنَ --      Sekali-kali tidak, bahkan sesungguhnya pada hari itu mereka benar-benar terhalang dari melihat  Rabb (Tuhan) mereka.  ثُمَّ  اِنَّہُمۡ  لَصَالُوا الۡجَحِیۡمِ --     Kemudian sesungguhnya  mereka pasti masuk ke dalam Jahannam.  ثُمَّ یُقَالُ ہٰذَا الَّذِیۡ کُنۡتُمۡ بِہٖ تُکَذِّبُوۡنَ   -- Kemudian  dikatakan: “Inilah apa yang senantiasa kamu  dustakan.”  (Al-Muthaffifīn [83]:11-18).
     Makna ayat:  کَلَّا بَلۡ ٜ رَانَ عَلٰی قُلُوۡبِہِمۡ مَّا کَانُوۡا یَکۡسِبُوۡنَ  -- “Sekali-kali tidak, bahkan  apa yang mereka usahakan telah menjadi karat pada hati mereka.”     Nikmat melihat wajah Allah dianugerahkan kepada orang beriman  melalui dua tingkat:  Tingkat pertama ialah tingkat keimanan, ketika memperoleh keyakinan teguh kepada sifat-sifat Allah.  Tingkat kedua atau tingkat lebih tinggi berupa anugerah kenyataan mengenai Dzat Ilahi.
  Orang-orang berdosa disebabkan dosa-dosa mereka – terutama akibat pendustaan dan penentangan mereka  kepada Rasul Allah yang datang untuk mengajarkan makrifat Ilahi yang hakiki (QS.2:31-35; QS.3:180; QS.72:27-29) --  maka mereka akan tetap luput dari makrifat Dzat Ilahi pada Hari Pembalasan mereka tidak akan melihat Wajah Allah (QS.20:125-129).

Perkataan Kufur  yang Dilandasi Kedengkian

     Kembali kepada pokok pembahasan,  selanjutnya Masih Mau’ud a.s. bersabda   mengenai kedegilan   hati   Maulvi Abdullah Gaznawi yang mengingkari kesaksiannya sendiri berkenaan kebenaran pendakwaan beliau sebagai Masih Mau’ud a.s.:   
    “Tetapi kami tidak mengharapkan bahwa Tuan akan membukakan matanya, dan inilah yang  tinggal harapan, yakni selama beliau hidup dalam keadaan seperti itu. Dan ingatlah, penyebab utama terbitnya selebaran ini ialah    karena pada hari-hari ini beliau yang pertama-tama gencar sekali mengatakan bahwa, “Dalil  Al-Quran yang berbunyi: Jika  nabi ini dengan kepalsuan mendakwakan diri menerima wahyu maka Aku akan binasakan dia”. Katanya ini tidak ada apa-apanya  bahwa lebih banyak lagi pendusta semacam itu terdapat di dunia ini yang mereka itu mendakwakan diri menerima nubuatan (kenabian) atau kerasulan atau ma’mur minallāh dengan kepalsuan serta berdusta kepada Tuhan, tetapi masih  dapat hidup hingga 23 tahun lamanya.
       Itulah perkataan Tuan Hafiz dimana tak seorang mukmin pun bisa tahan mendengarnya. Demikianlah mereka yang di dalam hatinya ada laknat Tuhan. Apakah kalam Tuhan  itu dusta? [Dia berfirman]
“Dan siapakah yang lebih zalim daripada yang mendustakan Kitab Allah  kecuali mengatakan perkataan Allah yang hak (benar),   dan niscaya kutukan Allah atas  para pendusta.”
       Ini adalah kudrat Tuhan, Dia telah  memperlihatkan kalimat-kalimat itu dan juga tanda-tanda yang ditujukan bagiku. Hari-hari aku menerima wahyu sama dengan hari-hari Sayyidina Muhammad saw. menerima wahyu. Semenjak dijadikan-Nya dunia  tak seorang pun  nadzīr (seeorang pemberi ingat)  dapat dijumpai -- yang seperti Sayyidina Muhammad saw. -- hidup selama 23 tahun  dalam pendakwaan palsu. Ini adalah kemuliaan Nabi kita saw. yang telah diberikan Allah, di segala zaman pun telah membenarkannya.
      Hai orang-orang yang beriman! Jika kamu menjumpai  orang semacam itu yang mengaku ma’mur minallāh (orang yang diperintah Allah) dan kamu mendapat bukti kebenarannya – bahwa pengakuannya telah berlalu selama 23 tahun dan selama itu dia tidak henti-hentinya mendakwakan dirinya menerima wahyu dari Tuhan, serta  pengakuannya itu selalu terbukti benar dalam tulisan-tulisan yang telah beredar, maka ketahuilah bahwa dia itu sesungguhnya datang dari Tuhan. Sebab tidak mungkin seorang pendusta yang Allah sendiri mengetahuinya bisa mendapatkan jangka waktu 23 tahun seperti Rasulullah saw. di dalam pendakwaannya.
     Tidak salah, untuk hal ini memerlukan pembuktian, bahwa orang itu selama 23 tahun tak henti-hentinya  mendakwakan diri sejak awal hingga akhir. Orang yang demikian itu di dalam umat ini adalah aku, yang telah diberi tempo selama 23 tahun seperti yang dialami Rasulullah saw. selama 23 tahun, silsilah (rangkaian) wahyu terus berlangsung.
        Untuk membuktikannya adalah: Pertama, aku telah menulis mukalimatillâhi (percakapan dengan Allah) di dalam buku Barâhin-e- Ahmadiyyah yang telah 21 tahun beredar di masyarakat, dan 7-8 tahun yang lalu akupun telah menyebarkannya secara lisan, bukti ini  Barâhin-e- Ahmadiyyah sendirilah yang telah  memberikannya.
    Kemudian beberapa mukalimatillâhi (percakapan dengan Allah)  lainnya akan kutulis di dalam buku-buku lainnya secara bertahap. Karena itu hanya sebagai contoh saja mukalimatillâhi kutulis di dalam  Barâhin-e- Ahmadiyyah secara singkat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat di dalam Barâhin-e- Ahmadiyyah.

Percakapan Masih Mau’ud a.s. Dengan Allah Swt.

     Mukalimatillâhi yang terjadi antara aku dengan Tuhan yang termaktub di dalam Barâhin-e-Ahmadiyyah sebagai berikut:
(Mukalimatillāh dalam bahasa Arab) [1]
Terjemahannya:
Hai Ahmad-Ku, kabar suka bagi engkau. Engkau adalah maksud-Ku dan engkau selalu bersama-Ku. Aku telah menanam benih pohon engkau dengan Tangan-Ku Sendiri. Rahasia engkau rahasia-Ku. Engkau mempunyai kedudukan baik di hadhirat-Ku.   Aku memilih engkau untuk-Ku Sendiri. Engkau bagi-Ku adalah seperti Tauhid-Ku (Ke-Esa-anKu) dan Tafrid-Ku (Ketunggalan-ku). Kini sudah saatnya engkau mendapat pertolongan dan dikenal di kalangan manusia.
        Hai Ahmad, rahmat – yakni kebenaran dan kebijaksanaan – mengalir dari kedua bibir engkau. Engkau diberkati ya Ahmad, dan berkat yang dilimpahkan Allah kepada engkau adalah hak engkau. Yang Maha Pemurah mengejar engkau Al-Quran – yaitu memberitahu arti Al-Quran yang manusia telah lupa --  supaya engkau memperingatkan kaum yang nenek-moyang mereka tidak diberi peringatan dan supaya jalan orang yang berdosa dihadapkan dengan argumentasi (hujjah) yang lengkap dari Tuhan.
    Katakanlah kepada mereka: “Aku mengatakan hal ini bukan atas kehendakku sendiri melainkan berdasarkan pada wahyu Tuhan, dan aku adalah orang mukmin yang pertama di abad ini.” Katakanlah kepada mereka: “Jika kamu mencintai Allah   ikutilah aku maka Allah pun  akan mencintai kamu.”[2] Mereka berecana dan Allah pun berencana dan Allah adalah Perencana terbaik.
      Allah tidak akan meninggalkan engkau sebelum Dia membedakan yang murni dari dari yang buruk. Rahmat-Ku meliputi engkau di dunia dan di Hari Kemudian. Hari ini engkau berada pada kedudukan kemuliaan di sisi Kami. Engkau berada di antara mereka yang ditolong. Engkau di sisi-Ku berada pada kedudukan yang tidak diketahui manusia. Kami mengutus engkau untuk memperlihatkan rahmat bagi segenap alam.
        Hai Ahmad,  masuklah ke dalam surga bersama zawj (istri/pasangan) engkau.”  -- zawj   berarti mereka yang bergabung denganku, apakah istri atau temanku, akan memperoleh keselamatan dan akan mengalami kehidupan Samawi serta akan  memperoleh surgawi –  Kedudukan ini adalah karena Rahmat Allah sehingga menjadi Tanda bagi manusia. Aku hendak mengadakan Khalifah di bumi maka Aku menjadikan Adam.
       Adam ini akan menegakkan syariat dan menghidupkan agama. Inilah utusan (rasul) Allah dalam pakaian nabi-nabi, dengan mempunyai kedudukan  baik di dunia dan di akhirat dan termasuk di antara mereka yang dekat dengan Allah.   Aku adalah satu khazanah tersembunyi  dan Aku ingin supaya dikenal. Kami menjadikan hamba ini dari Kami sebagai Tanda bagi manusia dan rahmat dari Kami dan ini sudah ditakdirkan (diputuskan) sejak awal.
     Hai Isa Aku akan mewafatkan engkau dengan kewafatan secara alami, yaitu parta musuh engkau tidak akan berhasil membunuh engkau, dan akan mengangkat engkau kepada-Ku, dan akan ditegakkan argumentasi jelas serta perwujudan Tanda bahwa engkau dekat dengan-Ku, dan akan membersihkan engkau dari tuduhan  kaum penentang, serta akan menempatkan orang di antara kaum Muslim yang mengikuti engkau di atas penentang engkau sampai hari Kiamat. Golongan yang mengikuti engkau adalah dari kumpulan awal dan akhir.
     Mereka berupaya menakuti engkau dengan kejahatan mereka tetapi Allah Sendiri akan menjaga engkau dari kejahatan penentang, bahkan jika manusia tidak menjaga engkau, dan Tuhan engkau Maha Kuat. Allah memuji engkau dari ‘Arasy-Nya  -- yaitu berlawanan dengan sikap para penentang Allah memuji engkau. Kami memuji engkau dan menurunkan berkat atas engkau. Kami akan cukup bagi engkau terhadap mereka yang memperolokkan engkau.
      Mereka berkata: “Ini hanya suatu kebohongan yang dibuat-buat, kami tidak mendengar sebelumnya dari nenek-moyang kami.” Orang jahil ini tidak menyadari bahwa tidak sulit bagi Allah memberi kedudukan kepada manusia. Kami telah memuliakan beberapa manusia di atas yang lainnya. Kedudukan ini diberikan dengan karunia Allah  sehingga bisa menjadi Tanda bagi manusia. Tetapi manusia menolak Tanda Tuhan dengan tidak adil dan kesombongan walaupun hati mereka menerimanya.
     Katakanlah kepada mereka: “Padaku ada kesaksian khusus dari  Allah, apakah kamu akan percaya atau tidak?” Katakanlah lagi kepada mereka: “Padaku ada kesaksian khusus  dari Allah, apakah kamu akan tunduk atau tidak?” Ketika mereka melihat Tanda mereka berkata: “Ini hanya suatu perbuatan biasa, itu biasa terjadi sejak dulu. [Dan jika mereka melihat Tanda, mereka berpaling serta mengatakan: “Ini hanya sihir lama].”

Nubuatan  syaq-ul-Qamar (Bulan Terbelah Dua) Tentang   Imam Mahdi a.s.  

      Jelaslah, bahwa  ayat dari ilham kalimat terakhir  yang artinya ialah ketika orang-orang kafir menyaksikan syaqul qamar (bulan terbelah dua) maka mereka memberikan alasan ini, yakni itu hanya soal biasa, tak ada apa-apanya. Itu hanyalah sejenis gerhana bulan belaka yang selalu terjadi, bukan suatu tanda kebenaran.
        Di dalam kabar gaib itu Tuhan mengisyaratrkan gerhana bulan dan gerhana matahari. Beberapa tahun setelah kabar gaib itu aku datang sebagai Mahdi Ma’hud (Mahdi yang Ditunggu-tunggu) yang tertulis di dalam hadits  Daruqutni dan  Al-Quran. Para pengingkar setelah menyaksikan kedua gerhana tersebut akan berkata bahwa, “Ini hanya masalah biasa, sedikit pun tidak mengandung suatu tanda!”
         Ingatlah akan ayat:   Jumi’asy-syamsu wal-qamar – (digabungkan matahari dan bulan – QS.75:10)  ditujukan kepada kedua gerhana tersebut, dan juga di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Baqir berbunyi: Inna limahdiyyinā   āyatain (sesungguhnya bagi Mahdi kami ada dua tanda), dimaksudkan pula kepada kedua gerhana tersebut.
         Dan satu hal yang sungguh menakjubkan sekali, adalah 15 tahun sebelum terjadinya kedua gerhana tersebut, kabar gaib  itu telah kutulis di dalam Barâhin-e- Ahmadiyyah, dan juga telah diberitahukan bahwa pada saat kedua gerhana itu terjadi orang-orang zalim (aniaya) tidak akan menerimanya, dan bahkan akan berkata, “Ini sudah biasa terjadi, bukan soal baru!” Padahal semenjak kejadian dunia ini belum pernah terjadi peristiwa seperti itu sebelumnya, yaitu pada saat seseorang mendakwakan dirinya Mahdi, di saat itu terjadi gerhana matahari dan bulan dalam bulan Ramadhan.
Kalimat ini dua kali dikatakan:
Qul, ‘indiy syahādatan minallāhi fahal antum mu-minūn. Wa  qul ‘indiy syahādatan minallāahi fahal antum mu-minūn
(Dan katakanlah:“Padaku ada kesaksian dari Allah maka apakah kalian mau beriman?” Dan katakanlah:  “Padaku ada kesaksian dari Allah maka apakah kalian mau beriman?”).
        Di sana yang dimaksudkan kesaksian, pertama gerhana matahari, dan yang kedua adalah gerhana bulan. Kemudian Tuhan berfirman:
“Allah telah menetapkan sejak awal: “Aku dan Rasul-Ku pasti akan menang – yakni tidak peduli bagaimana pun bentuk perlawanan, orang yang diangkat Tuhan tidak akan  dikalahkan. Allah Maha Kuasa atas keputusan-Nya tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. Dia Yang telah mengutus rasul-Nya dengan petunjuk dan agama yang benar supaya Dia memenangkannya atas semua semua. Tidak ada perubahan pada perkataan Allah.
        Mereka yang beriman dan tidak memalsukan iman mereka dengan kezaliman adalah mereka yang akan diberi keselamatan dari bencana dan mereka adalah yang mendapat petunjuk. Janganlah berdoa kepada-Ku mengenai mereka yang bertekad berbuat jahat, mereka akan ditenggelamkan. Mereka memperlakukan engkau dengan olok-olok: “Apakah orang ini yang dibangkitkan Allah?” Mereka memandang engkau tetapi tidak melihat engkau.

Fir’aun dan Haman Akhir Zaman Serta Fatwa Pengkafiran yang Dibuatnya

    Ingatlah ketika seorang yang mengkafirkan engkau merencanakan melawan engkau dan meminta kepada temannya, Haman, supaya menyulut api pengejaran sambil berkata: “Lakukanlah pengumuman kemurtadan oleh engkau karena manusia telah memberi perhatian untuk engkau dan engkau bisa menghasut mereka dengan pengumuman engkau itu. Karenanya engkau adalah pelopor yang mensahkan pesetujuan sehingga para ulama menjadi senang mengikuti stempel engkau dengan stempel mereka. Jadi aku dapat mememukan apakah Tuhan bersama orang itu ataukah tidak, karena aku menganggapkan sebagai pendusta.” [Kemudian ia memberi pengesahan stempelnya]. [3]
       Celakalah Abu Lahab dan kedua tangannya (yakni seseorang yang menyatakan pengumuman dan yang lainnya adalah yang mengesahkan atau yang menuliskan pengumuman] tidak pantas baginya untuk campur-tangan  melainkan dengan takut. Kesakitan apa pun yang menimpa engkau semua berasal dari Allah. Akan terdapat cobaan besar setelah Haman mengesahkan pengumuman kemurtadan, maka bersabarlah bagaimana kesabaran para Nabi yang memiliki kesabaran tinggi.
       Cobaan ini dari Allah agar Dia mencintai engkau dengan cinta yang besar. Ini adalah cinta abadi yang tidak akan bisa diputus. Ganjaran engkau adalah pada Allah. Tuhan engkau akan ridha kepada engkau dan akan menyempurnakan nama engkau. Banyak hal yang mungkin engkau suka sesuatu padahal itu tidak baik bagi engkau; dan banyak hal yang engkau tidak suka  padahal itu baik bagi engkau. Allah Mengetahui dan engkau tidak mengetahui.”

Perlakuan Buruk Seperti Terhadap  Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.

         Pesan ini berkenaan dengan Hadhrat Nabi Isa a.s. yakni kepada beliau a.s. pun dahulu para ulama kotor memberikan fatwa kafir. Dan di dalam ilham tersebut dimaksudkan bahwa pengkafiran ini pasti akan  terjadi supaya ada persamaan dengan Hadhrat Isa. Dan Allah menamakannya Fir’aun kepada si penulis fatwa itu, sedangkan kepada orang yang pertama kali memberi fatwa disebut Haman.  Maka tidaklah heran hal ini mengisyaratkan bahwa Haman akan mati di atas kekafirannya, tetapi Fir’aun akan mati di saat Tuhan menghendaki-Nya. Ia (Fir’aun berkata):  قَالَ اٰمَنۡتُ اَنَّہٗ  لَاۤ اِلٰہَ  اِلَّا الَّذِیۡۤ اٰمَنَتۡ بِہٖ بَنُوۡۤا اِسۡرَآءِیۡلَ   -- "Saya percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil”  (Yunus:91)".
Kemudian Tuhan berfirman:
“Cobaan ini akan datang dari Tuhan, setelah itu  barulah mereka akan mencintai engkau dan kecintaan itu tak pernah padam. Dan ganjaran baginya ada pada Tuhan. Tuhanpun  ridha atas engkau dan Dia akan menyempurnakan nama engkau. Banyak hal yang kamu  inginkan, tetapi sebenarnya tidak baik bagi kamu, dan banyak pula hal-hal yang tidak kamu inginkan tetapi sebenarnya baik bagi kamu. . Tuhan sangat mengetahui sedangkan kamu tidak tahu.”
        Hal ini mengisyaratkan bahwa pengkafiran pasti akan terjadi dan banyak membawa hikmah. Akan tetapi mereka menyesal disebabkan perbuatan merekalah hikmah dan keputusan Ilahi menjadi sempurna. Seandainya mereka tidak lahir maka lebih baik, menurut mereka.
         Sekedar untuk contoh dari Barāahin-e-Ahmadiyyah ilham ini kami tulis. Sebenarnya aku semenjak 21 tahun yang lalu setelah Barāahin-e-Ahmadiyyah terbit telah menulis 40 buah buku dan telah pula kusebarkan kurang-lebih 60 ribu selebaran mengenai kebenaran dakwaku, dan semuanya itu berupa pamflet kecil-kecil. Hal ini secara rutin menjadi kebiasaanku menyebarkan ilham-ilhamku yang baru kuterima.
          Dalam  hal ini setiap orang yang berakal mengerti, bahwa ini adalah suatu masa yang panjang sejak mulainya pendakwaan ma’mur minallah (orang yang diperintah Allah) hinggi kini sibuk siang malam bertabligh. Dan Tuhan bukan  hanya sampai di situ saja, bahkan hingga kini membiarkan aku hidup,  bahkan untuk menerbitkan karya tulis ini sekalipun Dia memberikan kesehatan kepadaku, dan diberikannya pula harta serta diluangkan pula waktu kepadaku. Dan ilham-ilham yang diturunkan-Nya kepadaku  bukannya sekedar percakapan biasa-biasa saja tetapi penuh dengan kabar-kabar gaib, dan  di dalamnya banyak mengandung jawaban rencana busuk para musuh.

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
                                                                              ***
Pajajaran Anyar,  22 Mei   2017





[1] Sekedar seperlunya kami tulis ilham-ilham ini secara singkat dari Barāhin-e- Ahmadiyyah. Oleh karena sudah beberapa kali terbit maka susunan kalimatnya secara tertib tidaklah sebagaimana khasnya, setiap urutan susunannya sesuai dengan paham (makna) ilham.
[2] Tempat ini bagi Jemaat kami adalah tempat berpikir, sebab Tuhan Yang Maha Kuasa di dalamnya berfirman, bahwa kecintaan Tuhan berhubungan erat dengan perintah itu, yakni jadilah kamu pengikut yang sempurna, tak sebesar dzarrahpun terbetik permusuhan di dalam diri kamu. Dan di tempat yang berkenaan dengan diriku, dalam Kalam Ilahi kata rasul dan nabi digunakan, hal ini menerangkan bahwa ini adalah nabi dan rasul Allah. Penggunaan ini adalah secara mijaz (bayangan) dan isti’arah (kiasan). Sebab orang yang menerima wahyu dari Tuhan dan dengan keyakinan bahwa Tuhan bercakap-cakap dengannya seperti terjadi pada nabi-nabi lainnya maka mengunakan kata nabi kepadanya tidak menyalahi aturan. Bahkan ini adalah satu isti’arah (kiasan) yang benar. Oleh karena itulah di dalam Shahih Bukhari dan Shahih Muslim serta  Injil dan Daniel dan juga kitab-kitab suci nabi-nabi yang lainnya pun, jika menyebut-nyebut diriku maka di sana digunakan kata nabi. Dan dalam sebagian kitab nabi-nabi berkenaan dengan diriku secara isti’arah (kiasan) digunakan kata malaikat. Di dalam kitab Daniel aku disebut Mikail, dan menurut bahasa Ibrani kata Mikail secara harfiah adalah Tuhan. Hal ini sesuai dengan ilham yang terdapat di dalam Barâhin Ahmadiyyah:
Anta minny bimanzilati tauhidiy wa tafriidiy fakhaana anta’aana wa ta’rafa bayna- naas
Yakni, “Demikian dekatnya engkau dengan Aku  sebagaimana Aku menginginkan, bagaikan Tauhid dengan Tafrid. Karena itu sebagaimana Aku ingin memsyhurkan Tauhid-Ku demikian pula terhadap engkau di dunia ini. Barangsiapa pergi ke suatu tempat membawa nama-Ku maka nama engkaupun ikut serta. (Pen).
[3] Dari Kalam Ilahi ini diketahui bahwa  yang mengkafirkan dan membukakan pendustaan adalah bangsa (kaum) yang telah mati ruhaninya. Oleh sebab itu tidak pantas seorang pengikutku bermakmum di belakangnya, Bisakah orang yang hidup shalat di belakang yang telah mati? Oleh karena itu ingatlah, sebagaimana Tuhan telah memberitahuku, bahwa haram bagi kamu, seka.i haram mendirikan shalat di bekalang mereka yang menkafirkan atau mendustakan atau menolak kedatanganku, bahkan yang menjadi imam hendaknya dari antara kamu sendiri. Itulah  salah satu maksud dari hadits Bukhari imaamukum minkum (imam kamu di antara kamu). Yakni ketika Masih Mau’ud datang maka kamu terpaksa meninggalkan golongan lain walaupun mereka mengaku Muslim dan Imam kamu adalah dari antara kamu sendiri. Maka demikianlah hendaknya kamu melakukannya. Adakah kamu menghendaki hukuman Tuhan di atasa kepala kamu dan semua amal ibadah kamu menjadi sia-sia? Kamu tidak tahu, bahwa barangsiapa yang dengan tulus ikhlas menerima aku dan dengan tulus ikhlas pula mentaatiku dan membenarkanku dalam setiap masalah dan menghendakiu diriku memberi setiap keputusan terhadap sesuatu perselisihan. Akan tetapi barangsiapa tidak dengan tulus ikhlas menerimaku dan menginginkan kehendak sendiri maka ketahuilah dia bukan dari golonganku, sebab dia tidak mengindahkan sabda-sabdaku yang kuterima dari Tuhan, karena itu tiada kemuliaan baginya di langit. (Pen)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Persamaan "Sunnatullaah" Mengeai "Kebinasaan Para Pendusta" Atas Nama "Allah Swt." Dalam "Al-Quran" Dengan "Sunnatullaah" Dalam "Kitab-kitab Ilhami"Dalam "Bible"

Bismillaahirrahmaanirrahiim “ARBA’IN” ARBA’IN LI-ITMÂMIL HUJJAH ‘ALAL MUKHALLIFÎN (Empat Puluh Risalah, Menyempurnakan Argu...