Minggu, 09 April 2017

Persamaan "Kebaikan" dan "Keburukan" Bani Israil Dengan Bani Isma'il Bagaikan Persamaan "Sepasang Sepatu" & "Ketidak-bersyukuran" Kepada Nikmat Allah Swt. Mengundang "Azab Ilahi"


Bismillaahirrahmaanirrahiim

“ARBA’IN”

ARBA’IN LI-ITMÂMIL HUJJAH ‘ALAL MUKHALLIFÎN
(Empat Puluh Risalah, Menyempurnakan Argumen Bagi Para Penentang)

Karya

  Mirza Ghulam Ahmad a.s.
(Al-Masih Al-Mau’ud a.s.   -- Al-Masih yang Dijanjikan a.s.)

Bagian 3

PERSAMAAN KEBAIKAN DAN KEBURUKAN BANI ISRAIL DENGAN BANI ISMA’IL BAGAIKAN PERSAMAAN SEPASANG SEPATU & KETIDAK-BERSYUKURAN KEPADA NIKMAT ALLAH SWT. MENGUNDANG AZAB ILAHI

Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

D
alam  bagian akhir Bab sebelumnya telah dikemukakan   topik  Kedahsyatan  Cengkraman  Azab Ilahi  yang Berulang, sehubungan dengan   firman Allah Swt. dalam surah Al-Burūj, selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai  akibat buruk  yang pasti akan dialami oleh para pembuat “parit api” yang sangat zalim tersebut:
اِنَّ  الَّذِیۡنَ فَتَنُوا الۡمُؤۡمِنِیۡنَ وَ الۡمُؤۡمِنٰتِ ثُمَّ  لَمۡ یَتُوۡبُوۡا فَلَہُمۡ عَذَابُ جَہَنَّمَ وَ لَہُمۡ عَذَابُ الۡحَرِیۡقِ ﴿ؕ﴾  اِنَّ الَّذِیۡنَ  ٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ لَہُمۡ جَنّٰتٌ تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِہَا الۡاَنۡہٰرُ ۬ؕؑ ذٰلِکَ الۡفَوۡزُ الۡکَبِیۡرُ ﴿ؕ﴾ اِنَّ بَطۡشَ رَبِّکَ لَشَدِیۡدٌ ﴿ؕ﴾  اِنَّہٗ  ہُوَ  یُبۡدِئُ وَ یُعِیۡدُ ﴿ۚ﴾   وَ ہُوَ الۡغَفُوۡرُ الۡوَدُوۡدُ ﴿ۙ﴾  ذُو الۡعَرۡشِ الۡمَجِیۡدُ ﴿ۙ﴾  فَعَّالٌ لِّمَا یُرِیۡدُ ﴿ؕ﴾ ہَلۡ  اَتٰىکَ حَدِیۡثُ الۡجُنُوۡدِ ﴿ۙ﴾  فِرۡعَوۡنَ وَ ثَمُوۡدَ ﴿ؕ﴾  بَلِ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا فِیۡ تَکۡذِیۡبٍ ﴿ۙ﴾  وَّ اللّٰہُ  مِنۡ  وَّرَآئِہِمۡ  مُّحِیۡطٌ ﴿ۚ﴾  بَلۡ ہُوَ  قُرۡاٰنٌ  مَّجِیۡدٌ ﴿ۙ﴾  فِیۡ  لَوۡحٍ مَّحۡفُوۡظٍ ﴿٪﴾
Sesungguhnya orang-orang yang menyiksa orang-orang beriman  laki-laki dan  perempuan  kemudian mereka tidak bertaubatفَلَہُمۡ عَذَابُ جَہَنَّمَ وَ لَہُمۡ عَذَابُ الۡحَرِیۡقِ --  maka bagi mereka azab Jahannam dan bagi mereka azab yang membakar  اِنَّ الَّذِیۡنَ  ٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ لَہُمۡ جَنّٰتٌ تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِہَا الۡاَنۡہٰرُ ۬ؕؑ ذٰلِکَ الۡفَوۡزُ الۡکَبِیۡرُ  --    Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh bagi mereka ada kebun-kebun yang di bawahnya mengalir sungai-sungai, yang demikian itu merupakan keberhasilan besar. اِنَّ بَطۡشَ رَبِّکَ لَشَدِیۡدٌ  --     Sesungguhnya  cengkraman Rabb (Tuhan) engkau sangat keras. اِنَّہٗ  ہُوَ  یُبۡدِئُ وَ یُعِیۡدُ -- Sesungguhnya  Dia-lah  Yang memulai penciptaan dan mengulanginya.     Dan Dia Maha Pengampun, Maha Pencinta.   Pemilik ‘Arasy, Yang Maha Mulia, فَعَّالٌ لِّمَا یُرِیۡدُ  --  Yang melakukan apa yang Dia kehendaki.  ہَلۡ  اَتٰىکَ حَدِیۡثُ الۡجُنُوۡدِ  --  Apakah telah datang kepada engkau cerita lasykar-lasykar? فِرۡعَوۡنَ وَ ثَمُوۡدَ  -- Yaitu lasykar Fir’aun dan Tsamud.  بَلِ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا فِیۡ تَکۡذِیۡبٍ --  Bahkan orang-orang  kafir selalu mendustakan, وَّ اللّٰہُ  مِنۡ  وَّرَآئِہِمۡ  مُّحِیۡطٌ  --   padahal Allah mengepung mereka   dari belakang mereka. بَلۡ ہُوَ  قُرۡاٰنٌ  مَّجِیۡدٌ ﴿  --   Bahkan yang didustakan ia adalah Al-Quran yang sangat mulia,   فِیۡ  لَوۡحٍ مَّحۡفُوۡظٍ -- yang tersimpan  dalam  papan yang terjaga.   (Al-Burūj [85]:11-23).
   Makna ayat   "Sesungguhnya  cengkraman Rabb (Tuhan) engkau sangat keras  اِنَّہٗ  ہُوَ  یُبۡدِئُ وَ یُعِیۡدُ   -- Sesungguhnya  Dia-lah  Yang memulai penciptaan dan mengulanginya.  Allah Swt.  pasti menghukum orang-orang yang berlaku zalim terhadap orang-orang yang beriman kepada para  rasul Allah di dunia dan juga di akhirat.

Makna Lain Mendustakan Al-Quran

    Makna ayat:   "Bahkan yang didustakan ia adalah Al-Quran yang sangat mulia,   فِیۡ  لَوۡحٍ مَّحۡفُوۡظٍ -- yang tersimpan  dalam  papan yang terjaga     mengandung suatu nubuatan yang bernadakan tantangan, bahwa Al-Quran dijaga terhadap segala macam campur tangan dan upaya pemutarbalikkan oleh manusia (QS.15:10), demikian juga berbagai Sunnatullah nubuatan yang terdapat di dalamnya pasti akan terjadi, baik berkenaan dengan  para rasul Allah  serta orang-orang yang beriman maupun  para penentangnya    yang zalim.
    Namun sayang di Akhir Zaman ini tidak sedikit dari para pemuka agama Islam yang menganggap kisah -kisah kaum-kaum purbakala  -- yang  dibinasakan Allah Swt. karena menentang para rasul Allah   -- dalam Al-Quran sebagai “dongeng” belaka (QS.6:6:26; QS.8:32; QS.16:25),  padahal  di dalamnya bukan saja penuh dengan petunjuk tetapi juga berupa nubuatan yang akan terulang kembali, firman-Nya:
اِذَا  تُتۡلٰی عَلَیۡہِ  اٰیٰتُنَا  قَالَ اَسَاطِیۡرُ الۡاَوَّلِیۡنَ ﴿ؕ﴾  کَلَّا بَلۡ ٜ رَانَ عَلٰی قُلُوۡبِہِمۡ مَّا کَانُوۡا یَکۡسِبُوۡنَ ﴿﴾   کَلَّاۤ  اِنَّہُمۡ عَنۡ رَّبِّہِمۡ یَوۡمَئِذٍ لَّمَحۡجُوۡبُوۡنَ ﴿ؕ﴾   ثُمَّ  اِنَّہُمۡ  لَصَالُوا الۡجَحِیۡمِ ﴿ؕ﴾  ثُمَّ یُقَالُ ہٰذَا الَّذِیۡ کُنۡتُمۡ بِہٖ تُکَذِّبُوۡنَ ﴿ؕ﴾
Apabila Tanda-tanda Kami dibacakan kepadanya  ia berkata: اَسَاطِیۡرُ الۡاَوَّلِیۡنَ  -- “Inilah dongeng orang-orang dahulu!”   کَلَّا بَلۡ ٜ رَانَ عَلٰی قُلُوۡبِہِمۡ مَّا کَانُوۡا یَکۡسِبُوۡنَ  --  Sekali-kali tidak, bahkan  apa yang mereka usahakan telah menjadi karat pada hati merekaکَلَّاۤ  اِنَّہُمۡ عَنۡ رَّبِّہِمۡ یَوۡمَئِذٍ لَّمَحۡجُوۡبُوۡنَ   --   Sekali-kali tidak, bahkan sesungguhnya pada hari itu mereka benar-benar terhalang dari   Rabb (Tuhan) merekaثُمَّ  اِنَّہُمۡ  لَصَالُوا الۡجَحِیۡمِ  --    Kemudian sesungguhnya  mereka pasti masuk ke dalam Jahannam ثُمَّ یُقَالُ ہٰذَا الَّذِیۡ کُنۡتُمۡ بِہٖ تُکَذِّبُوۡنَ --    Kemudian  dikatakan: “Inilah apa yang senantiasa kamu  dustakan.”  (Al-Muthaffifīn [
  Makna ayat: کَلَّاۤ  اِنَّہُمۡ عَنۡ رَّبِّہِمۡ یَوۡمَئِذٍ لَّمَحۡجُوۡبُوۡنَ   --  “Sekali-kali tidak, bahkan sesungguhnya pada hari itu mereka benar-benar terhalang dari   Rabb (Tuhan) mereka”    bahwa nikmat melihat “Wajah” Allah Swt. dianugerahkan kepada orang beriman  melalui dua tingkat:
  Tingkat pertama ialah tingkat keimanan, ketika memperoleh keyakinan teguh kepada Sifat-sifat sempurna Allah Swt..
   Tingkat kedua atau tingkat lebih tinggi berupa anugerah kenyataan mengenai Dzat Ilahi.
  Orang-orang berdosa disebabkan dosa-dosa mereka akan tetap luput dari makrifat Dzat Ilahi pada Hari Pembalasan mereka tidak akan melihat Wajah Allah Swt., bahkan luput dari memahami hikmah-hikmah halus Al-Quran, yang  dianugerahkan Allah Swt. kepada orang-orang yang disucikan-Nya (QS.56:76-81), terutama kepada  Rasul Allah yang dijanjikan (QS.3:180; QS.72:27-29). Sebab para rasul Allah adalah bukti yang paling nyata mengenai keberadaan dan kekuasaan Allah Swt., Tuhan Yang Maha Gaib.

Ancaman Pemurtadan Melalui   Kekerasan

     Sehubungan dengan kenyataan tersebut berikut  ini ancaman zalim yang dilakukan para pemuka kaum  Nabi Syu’aib a.s. terhadap  orang-orang yang beriman kepada beliau, firman-Nya:
قَالَ الۡمَلَاُ الَّذِیۡنَ اسۡتَکۡبَرُوۡا مِنۡ قَوۡمِہٖ لَنُخۡرِجَنَّکَ یٰشُعَیۡبُ وَ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا مَعَکَ مِنۡ قَرۡیَتِنَاۤ  اَوۡ  لَتَعُوۡدُنَّ فِیۡ مِلَّتِنَا ؕ قَالَ اَوَ لَوۡ  کُنَّا کٰرِہِیۡنَ ﴿۟﴾ قَدِ افۡتَرَیۡنَا عَلَی اللّٰہِ  کَذِبًا اِنۡ عُدۡنَا فِیۡ مِلَّتِکُمۡ  بَعۡدَ  اِذۡ  نَجّٰنَا اللّٰہُ مِنۡہَا ؕ وَ مَا یَکُوۡنُ  لَنَاۤ  اَنۡ نَّعُوۡدَ  فِیۡہَاۤ  اِلَّاۤ  اَنۡ یَّشَآءَ اللّٰہُ رَبُّنَا ؕ وَسِعَ رَبُّنَا کُلَّ شَیۡءٍ عِلۡمًا ؕ عَلَی اللّٰہِ تَوَکَّلۡنَا ؕ رَبَّنَا افۡتَحۡ بَیۡنَنَا وَ بَیۡنَ قَوۡمِنَا بِالۡحَقِّ وَ اَنۡتَ خَیۡرُ  الۡفٰتِحِیۡنَ ﴿﴾  وَ قَالَ الۡمَلَاُ الَّذِیۡنَ  کَفَرُوۡا مِنۡ قَوۡمِہٖ لَئِنِ اتَّبَعۡتُمۡ شُعَیۡبًا اِنَّکُمۡ  اِذًا لَّخٰسِرُوۡنَ ﴿﴾  فَاَخَذَتۡہُمُ الرَّجۡفَۃُ فَاَصۡبَحُوۡا فِیۡ دَارِہِمۡ جٰثِمِیۡنَ ﴿ۚۖۛ﴾  الَّذِیۡنَ کَذَّبُوۡا شُعَیۡبًا کَاَنۡ  لَّمۡ  یَغۡنَوۡا فِیۡہَا ۚۛ اَلَّذِیۡنَ  کَذَّبُوۡا شُعَیۡبًا  کَانُوۡا ہُمُ الۡخٰسِرِیۡنَ ﴿﴾  فَتَوَلّٰی عَنۡہُمۡ وَ قَالَ یٰقَوۡمِ لَقَدۡ اَبۡلَغۡتُکُمۡ رِسٰلٰتِ رَبِّیۡ وَ نَصَحۡتُ لَکُمۡ ۚ فَکَیۡفَ  اٰسٰی عَلٰی قَوۡمٍ کٰفِرِیۡنَ ﴿٪﴾
Pemuka-pemuka kaumnya yang sombong berkata: “Hai Syu’aib, niscaya  kami akan mengusir engkau, dan juga orang-orang yang telah beriman beserta engkau dari kota kami, atau kamu harus kembali ke dalam agama kami.” Ia berkata: “Apakah walaupun kami benar-benar tidak menyukainya?  Jika demikian, sungguh   kami telah mengada-adakan kedustaan terhadap  Allah, seandainya  kami kembali ke dalam agama kamu, setelah Allah menyelamatkan kami darinya. Dan sekali-kali tidak  layak bagi kami kembali ke dalamnya kecuali jika Allah Tuhan kami menghendaki. Ilmu  Tuhan kami meliputi segala sesuatu, kepada Allah-lah kami bertawakal. Ya Rabb (Tuhan) kami,  berilah keputusan di antara kami dan kaum kami dengan haq dan Engkau adalah sebaik-baik Pemberi Keputusan.”   Dan pemuka-pemuka yang kafir  dari kaumnya berkata: “Jika kamu mengikuti Syu’aib,  jika demikian pasti kamu akan menjadi orang-orang yang  rugi.”   Lalu  mereka ditimpa   gempa bumi, maka mereka bergelimpangan binasa  di dalam rumah-rumahnya.   Orang-orang yang mendustakan Syu’aib,  mereka seperti tidak pernah tinggal di dalamnya. Orang-orang yang mendustakan Syu’aib mereka itu benar-benar orang-orang yang  rugi.   Lalu ia berpaling dari  mereka seraya berkata: ”Hai kaumku, sungguh aku benar-benar telah menyampaikan  kepadamu risalah-risalah  Rabb-ku (Tuhan-ku), dan aku telah  memberikan nasihat kepada kamu, karena itu bagai-mana mungkin aku harus bersedih hati terhadap orang-orang kafir.” (Al-A’rāf [7]:89-94).
  Kata-kata  “Ia berkata: “Apakah walaupun kami benar-benar tidak menyukainya?   Jika demikian, sungguh   kami telah mengada-adakan kedustaan terhadap  Allah, seandainya  kami kembali ke dalam agama kamu, setelah Allah menyelamatkan kami darinya.  Ayat   itu menunjukkan bahwa di sepanjang masa orang-orang yang baik dan cendekia telah berkeyakinan bahwa kekerasan dan paksaan tidak seyogianya digunakan dalam hal-hal yang berhubungan dengan kata-hati manusia (QS.2:257; QS.9:6; QS.18:30).

Persamaan Kebaikan dan keburukan Bani Isma’il  dengan Bani Israil  Bagaikan “Persamaan Sepasang Sepatu

  Makna ayat:    “Lalu ia berpaling dari  mereka seraya berkata:  ”Hai kaumku, sungguh aku benar-benar telah menyampaikan  kepada kamu risalah-risalah  Rabb-ku (Tuhan-ku), dan aku telah  memberikan nasihat kepada kamu, karena itu bagaimana mungkin aku harus bersedih hati terhadap orang-orang kafir.” Kata-kata itu penuh dengan kesedihan yang sangat. Nabi  Syu’aib a.s.   --    seperti halnya tiap nabi Allah  yang benar, terutama Nabi Besar Muhammad saw. (QS.9:128; QS.21:108)  --  merasa sedih dan cemas mengenai kaum beliau yang  ditimpa azab Ilahi akibat mendustakan dan menentang beliau.
  Demikian pula  dengan Rasul Allah yang dibangkitkan Allah Swt di Akhir Zaman ini   -- “burung” Nabi Ibrahim a.s. ke-4 (QS.2:261)  -- yakni Masih Mau’ud a.s, padahal beliau diutus Allah Swt. dalam rangka menggenapi  terwujudnya nubuatan  kejayaan Islam kedua kali di Akhir Zaman ini, firman-Nya:
  ہُوَ الَّذِیۡ  بَعَثَ فِی  الۡاُمِّیّٖنَ  رَسُوۡلًا مِّنۡہُمۡ  یَتۡلُوۡا عَلَیۡہِمۡ  اٰیٰتِہٖ  وَ  یُزَکِّیۡہِمۡ وَ  یُعَلِّمُہُمُ  الۡکِتٰبَ وَ  الۡحِکۡمَۃَ ٭ وَ  اِنۡ کَانُوۡا مِنۡ  قَبۡلُ  لَفِیۡ ضَلٰلٍ  مُّبِیۡنٍ ۙ﴿﴾  وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ  لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ  الۡعَزِیۡزُ  الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾
Dia-lah Yang telah membangkitkan di kalangan bangsa yang buta huruf seorang  rasul dari antara mereka, yang membacakan kepada mere-ka Tanda-tanda-Nyamensucikan mereka, dan mengajarkan kepada me-reka Kitab dan Hikmah  walaupun sebelumnya mereka berada dalam ke-sesatan yang nyata, وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ  لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ  الۡعَزِیۡزُ  الۡحَکِیۡمُ  --  dan juga akan membangkitkannya pada kaum lain dari antara me-reka, yang belum bertemu dengan mereka.  Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana. (Al-Jumu’ah [62]:3-4).
      Sesuai Sunnatullāh, perlakuan zalim yang dilakukan para pemuka Yahudi terhadap Nabi Isa  Ibnu Maryam a.s. dan para pengikut beliau (QS.3:53-55; QS.4:158-159) kembali terulang  di Akhir Zaman ini terhadap  misal Nabi  Isa Ibnu Maryam a.s. (QS.43:58) dan para pengikut beliau, sehingga  dengan demikian lengkaplah persamaan antara Bani Israil dengan Bani Isma’il bagaikan persamaaan sepasang sepatu, padahal Allah Swt. telah memerintahkan umat Islam untuk beriman dan membantu perjuangan suci beliau di Akhir Zaman ini, firman-Nya:
یٰۤاَیُّہَا  الَّذِیۡنَ  اٰمَنُوۡا کُوۡنُوۡۤا  اَنۡصَارَ اللّٰہِ کَمَا قَالَ عِیۡسَی ابۡنُ  مَرۡیَمَ لِلۡحَوَارِیّٖنَ مَنۡ  اَنۡصَارِیۡۤ  اِلَی اللّٰہِ ؕ قَالَ الۡحَوَارِیُّوۡنَ نَحۡنُ  اَنۡصَارُ اللّٰہِ  فَاٰمَنَتۡ طَّآئِفَۃٌ  مِّنۡۢ  بَنِیۡۤ  اِسۡرَآءِیۡلَ وَ کَفَرَتۡ طَّآئِفَۃٌ ۚ فَاَیَّدۡنَا  الَّذِیۡنَ  اٰمَنُوۡا عَلٰی عَدُوِّہِمۡ  فَاَصۡبَحُوۡا ظٰہِرِیۡنَ ﴿٪﴾
Hai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penolong-penolong Allah sebagaimana Isa Ibnu Maryam berkata kepada  pengikut-pengikutnya, مَنۡ  اَنۡصَارِیۡۤ  اِلَی اللّٰہِ --“Siapakah penolong-penolongku di jalan Allah?” قَالَ الۡحَوَارِیُّوۡنَ نَحۡنُ  اَنۡصَارُ اللّٰہِ    -- Pengikut-pengikut yang setia itu berkata: “Kamilah penolong-penolong Allah.” قَالَ الۡحَوَارِیُّوۡنَ نَحۡنُ  اَنۡصَارُ اللّٰہِ      -- Maka segolongan dari Bani Israil beriman sedangkan segolongan lagi kafir, فَاَیَّدۡنَا  الَّذِیۡنَ  اٰمَنُوۡا عَلٰی عَدُوِّہِمۡ  فَاَصۡبَحُوۡا ظٰہِرِیۡنَ  -- kemudian Kami membantu orang-orang yang beriman terhadap musuh-musuh mereka lalu mereka menjadi  orang-orang yang menang  (Ash-Shaff [61]:15).
   Dari ketiga golongan agama di antara kaum Yahudi, yang terhadap mereka Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. menyampaikan tablighnya (QS.61:7) – kaum Parisi, kaum Saduki, dan kaum Essenes – Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. termasuk  kaum Essenes sebelum beliau diutus sebagai rasul Allah. Kaum Essenes adalah kaum yang sangat bertakwa, hidup jauh dari kesibukan dan keramaian dunia, dan melewatkan waktu mereka dalam berzikir dan berdoa, dan berbakti kepada sesama manusia. Dari  kaum Essenes inilah berasal bagian besar dari para pengikut (hawari) beliau di masa permulaan (“The Dead Sea Community,” oleh Kurt Schubert, dan “The Crucifixion by an Eye-Witness”). Mereka disebut “Para Penolong” oleh Eusephus.

Menentang Rasul Allah Mengundang Turunnya Berbagai Azab Ilahi

   Kata-kata penutup Surah As-Shaff  ini sungguh sarat dengan nubuatan. Sepanjang zaman para pengikut Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. telah menikmati kekuatan dan kekuasaan atas musuh abadi mereka – kaum Yahudi. Mereka telah menegakkan dan memerintah kerajaan-kerajaan luas dan perkasa, sebaliknya,  kaum Yahudi tetap merupakan kaum yang cerai-berai  di berbagai pelosok dunia sehingga mendapat julukan “the Wandering Jew” (“Yahudi Pengembara”).
   Ada pun kembalinya  orang-orang Yahudi ke Palestina dan  -- dengan bantuan negara-negara Kristen dari barat, terutama Kerajaan Inggris melalui “Balfour Declaration” -- mendirikan “negara Israel” selain sebagai penggenapan nubuatan dalam Al-Quran (QS.17:105), juga merupakan bagian dari puncak “penghinaan” dari Allah Swt. yang diterima umat Islam di Timur Tengah  melalui merajalelanya kembali  Ya’juj (Gog) dan Ma’juj (Magog) setelah mengalami masa pemenjaraan selama 1000 tahun (Wahyu 20:7-10; QS,17:5-9; QS.21:95), sebagai akibat pendustaan dan penentangan terhadap Rasul Akhir Zaman yakni Al-Masih Mau’ud a.s. atau misal Nabi isa Ibnu Maryam a.s. (QS.43:58)  atau “burung” keempat Nabi Ibrahim a.s. (QS.2:261) yang pada hakikatnya merupakan pengutusan kedua kali Nabi Besar Muhammad saw. secara ruhani di Akhir Zaman ini, firman-Nya:  
  ہُوَ الَّذِیۡ  بَعَثَ فِی  الۡاُمِّیّٖنَ  رَسُوۡلًا مِّنۡہُمۡ  یَتۡلُوۡا عَلَیۡہِمۡ  اٰیٰتِہٖ  وَ  یُزَکِّیۡہِمۡ وَ  یُعَلِّمُہُمُ  الۡکِتٰبَ وَ  الۡحِکۡمَۃَ ٭ وَ  اِنۡ کَانُوۡا مِنۡ  قَبۡلُ  لَفِیۡ ضَلٰلٍ  مُّبِیۡنٍ ۙ﴿﴾  وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ  لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ  الۡعَزِیۡزُ  الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾  ذٰلِکَ فَضۡلُ اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ یَّشَآءُ ؕ وَ اللّٰہُ  ذُو الۡفَضۡلِ الۡعَظِیۡمِ ﴿﴾
Dia-lah Yang telah membangkitkan di kalangan bangsa yang buta huruf  seorang  rasul dari antara mereka, yang membacakan kepada mereka Tanda-tanda-Nyamensucikan mereka, dan mengajarkan kepada me-reka Kitab dan Hikmah وَ  اِنۡ کَانُوۡا مِنۡ  قَبۡلُ  لَفِیۡ ضَلٰلٍ  مُّبِیۡنٍ  --   walaupun sebelumnya mereka berada dalam kesesatan yang nyata,  وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ  لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ  الۡعَزِیۡزُ  الۡحَکِیۡمُ --  Dan juga akan membangkitkan-nya pada kaum lain dari antara mereka, yang belum bertemu dengan mereka.  Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana. ذٰلِکَ فَضۡلُ اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ یَّشَآءُ ؕ وَ اللّٰہُ  ذُو الۡفَضۡلِ الۡعَظِیۡمِ --  Itulah karunia Allah, Dia menganugerahkannya kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah mempunyai karunia yang besar. (Al-Jumu’ah [62]:3-5).
        Jadi, menurut ayat-ayat tersebut  dibangkitkan-Nya Masih Mau’ud a.s. atau misal Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (QS.43:58)  -- yakni Mirza Ghulam Ahmad a.s.   -- di kalangan umat Islam  di Akhir Zaman ini benar-benar merupakan karunia Allah Swt. yang sangat besar:  ذٰلِکَ فَضۡلُ اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ یَّشَآءُ ؕ وَ اللّٰہُ  ذُو الۡفَضۡلِ الۡعَظِیۡمِ --  Itulah karunia Allah, Dia menganugerahkannya kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.”

Ketidak-bersyukuran kepada Allah Swt.  Mengundang Azab Ilahi  & Lemahnya Sarang Laba-laba

      Dengan demikian jelaslah bahwa orang-orang yang beriman kepada Masih Mau’ud a.s.  adalah orang-orang yang bersyukur kepada Allah Swt., sedangkan mereka yang mendustakan serta menentang  beliau a.s. merupakan orang-orang yang tidak bersyukur  kepada Allah Swt., dan masing-masing akan menerima akibat baik dan akibat buruk  dari sikap mereka itu, sebagaimana yang dikemukakan Nabi Musa a.s kepada kaum beliau dalam firman-Nya:
وَ اِذۡ  تَاَذَّنَ  رَبُّکُمۡ  لَئِنۡ شَکَرۡتُمۡ لَاَزِیۡدَنَّکُمۡ  وَ لَئِنۡ کَفَرۡتُمۡ  اِنَّ عَذَابِیۡ لَشَدِیۡدٌ ﴿﴾
Dan ingatlah ketika Rabb (Tuhan) kamu mengumumkan:  Jika kamu benar-benar bersyukur  niscaya  akan Ku-limpahkan lebih banyak karunia kepadamu,  وَ لَئِنۡ کَفَرۡتُمۡ  اِنَّ عَذَابِیۡ لَشَدِیۡدٌ -- tetapi jika kamu benar-benar tidak bersyukur  sesungguhnya azab-Ku sungguh sangat  keras.” (Ibrahim [14]:8).
 Firman-Nya lagi:
مَا یَفۡعَلُ اللّٰہُ بِعَذَابِکُمۡ  اِنۡ شَکَرۡتُمۡ وَ اٰمَنۡتُمۡ ؕ وَ کَانَ اللّٰہُ شَاکِرًا عَلِیۡمًا ﴿﴾
Mengapa Allah akan mengazab kamu jika kamu bersyukur dan beriman? Dan  Allah  benar-benar Maha Menghargai,  Maha Mengetahui. (An-Nisa [4]:148).
       Sunnatullāh membuktikan bahwa bagaimana pun hebatnya kekuasaan duniawi para penentang rasul Allah di berbagai zaman kenabian  tetapi     semua yang mereka bangga-banggakan – termasuk  segala sesuatu mereka “persekutukan” dengan Allah Swt. – terbukti  sangat lemah bagaikan “lemahnya sarang laba-laba”, firman-Nya:
فَکُلًّا  اَخَذۡنَا بِذَنۡۢبِہٖ ۚ فَمِنۡہُمۡ مَّنۡ اَرۡسَلۡنَا عَلَیۡہِ حَاصِبًا ۚ وَ  مِنۡہُمۡ مَّنۡ اَخَذَتۡہُ  الصَّیۡحَۃُ ۚ وَ مِنۡہُمۡ مَّنۡ خَسَفۡنَا بِہِ الۡاَرۡضَ ۚ وَ مِنۡہُمۡ مَّنۡ  اَغۡرَقۡنَا ۚ وَ مَا کَانَ اللّٰہُ  لِیَظۡلِمَہُمۡ  وَ لٰکِنۡ  کَانُوۡۤا  اَنۡفُسَہُمۡ  یَظۡلِمُوۡنَ ﴿﴾ مَثَلُ الَّذِیۡنَ اتَّخَذُوۡا مِنۡ دُوۡنِ اللّٰہِ اَوۡلِیَآءَ کَمَثَلِ الۡعَنۡکَبُوۡتِ ۖۚ اِتَّخَذَتۡ بَیۡتًا ؕ وَ اِنَّ  اَوۡہَنَ الۡبُیُوۡتِ لَبَیۡتُ الۡعَنۡکَبُوۡتِ ۘ  لَوۡ  کَانُوۡا  یَعۡلَمُوۡنَ ﴿﴾ اِنَّ اللّٰہَ یَعۡلَمُ مَا یَدۡعُوۡنَ مِنۡ دُوۡنِہٖ مِنۡ شَیۡءٍ ؕ وَ  ہُوَ  الۡعَزِیۡزُ  الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾ وَ تِلۡکَ الۡاَمۡثَالُ نَضۡرِبُہَا لِلنَّاسِ ۚ وَ مَا یَعۡقِلُہَاۤ  اِلَّا  الۡعٰلِمُوۡنَ ﴿﴾
Maka setiap orang dari mereka Kami tangkap karena dosanya,  di antara mereka ada yang Kami kirim kepadanya badai pasir, di antara mereka ada yang disambar oleh petir,  di antara mereka ada  yang Kami be-namkan  di bumi, di antara mereka ada yang Kami tenggelamkan,  dan Allah sekali-kali tidak berbuat zalim terhadap mereka, tetapi mereka  men-zalimi  diri mereka sendiri.  مَثَلُ الَّذِیۡنَ اتَّخَذُوۡا مِنۡ دُوۡنِ اللّٰہِ اَوۡلِیَآءَ کَمَثَلِ الۡعَنۡکَبُوۡتِ  --  Perumpamaan orang-orang yang mengambil  penolong-penolong selain Allah adalah seperti perumpamaan laba-laba yang membuat rumah,  وَ اِنَّ  اَوۡہَنَ الۡبُیُوۡتِ لَبَیۡتُ الۡعَنۡکَبُوۡتِ -- dan sesungguhnya selemah-lemah rumah pasti rumah laba-laba, seandai-nya mereka itu mengetahui.  Sesungguhnya Allah mengetahui  sesuatu apa pun yang mereka seru selain-Nya, dan Dia Maha Perkasa, Maha Bijaksana. وَ تِلۡکَ الۡاَمۡثَالُ نَضۡرِبُہَا لِلنَّاسِ ۚ وَ مَا یَعۡقِلُہَاۤ  اِلَّا  الۡعٰلِمُوۡنَ  --  Dan  itulah perumpamaan-perumpamaan yang Kami kemukakan bagi manusia, dan sekali-kali  tidak  ada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu. (Al-Ankabūt [29]:41-44). 
      Al-Quran telah mempergunakan berbagai kata dan ungkapan untuk hukuman yang ditimpakan lawan-lawan (penentang) para nabi Allah  pada zamannya masing-masing. Azab Ilahi  yang melanda kaum ‘Ād digambarkan sebagai badai pasir (QS.41:17; QS.54:20; dan QS.69:7); yang menimpa kaum Tsamud sebagai gempa bumi (QS.7:79); ledakan (QS.11:68; QS.54:32), halilintar (QS.41:18), dan ledakan dahsyat (QS.69:6); azab Ilahi yang menghancurkan umat Nabi Luth a.s.   sebagai batu-batu tanah (QS.11:83; QS.15:75); badai batu (QS.54:35); dan azab Ilahi  yang menimpa Midian, kaum Nabi Syu’aib a.s.  sebagai gempa bumi (QS.7:92; QS.29:38); ledakan (QS.11:95); dan azab pada hari siksaan yang mendatang (QS.26:190). Terakhir dari semua itu ialah azab Ilahi yang menimpa Fir’aun dan lasykarnya serta pembesar-pembesarnya yang gagah-perkasa, Haman dan Qarun (Qorah), dan membinasakan mereka sampai hancur-luluh, telah digambarkan dengan ungkapan, “Kami  tenggelamkan pengikut-pengikut Fir’aun” (QS.2:51; QS.7:137; dan QS.17:104), dan “Kami menyebabkan bumi menelannya” (QS.28:82).
    Dalam ayat selanjutnya   masalah ke-Esa-an Tuhan yang menjadi pembahasan terutama Surah ini disudahi dalam ayat ini dengan sebuah tamsil (perumpamaan) yang indah sekali, dan menjelaskan kepada kaum musyrik ketololan, kesia-siaan, dan kepalsuan kepercayaan-kepercayaan dan kebiasaan-kebiasaan syirik mereka. Mereka itu rapuh bagaikan sarang laba-laba dan tidak dapat bertahan terhadap kecaman akal sehat.
    Demikianlah penjelasan  pengantar   guna memahami berbagai  hujjah (dalil/argumentasi) yang dikemukakan Masih Mau’ud a.s. dalam   artikel  ARBA’IN  yang beliau jelaskan.

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
                                                                              ***

Pajajaran Anyar,  7 April 2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Persamaan "Sunnatullaah" Mengeai "Kebinasaan Para Pendusta" Atas Nama "Allah Swt." Dalam "Al-Quran" Dengan "Sunnatullaah" Dalam "Kitab-kitab Ilhami"Dalam "Bible"

Bismillaahirrahmaanirrahiim “ARBA’IN” ARBA’IN LI-ITMÂMIL HUJJAH ‘ALAL MUKHALLIFÎN (Empat Puluh Risalah, Menyempurnakan Argu...