Bismillaahirrahmaanirrahiim
“ARBA’IN”
ARBA’IN LI-ITMÂMIL HUJJAH ‘ALAL MUKHALLIFÎN
(Empat Puluh Risalah, Menyempurnakan Argumen Bagi Para
Penentang)
Karya
Mirza Ghulam Ahmad
a.s.
(Al-Masih Al-Mau’ud a.s.
-- Al-Masih yang Dijanjikan a.s.)
Bagian 12
ARBA’ÎN KE II
PENDAKWAAN KERASULAN
YANG BENAR DIDUKUNG KEKAYAAN MAKRIFAT
ILAHI DAN TANDA-TANDA ILAHI &
GERHANA
BULAN DAN MATAHARI DI BULAN RAMADHAN MERUPAKAN TANDA
DI LANGIT YANG TIDAK BISA DITIRU
Oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
D
|
alam akhir Bab sebelumnya telah dikemukakan topik Jiwa Perwira Keturunan Nabi Musa a.s. dan Nabi Harun
a.s. sehubungan firman Allah Swt.
mengenai pengangkatan Thalut
(Gideon) sebagai raja Bani Israil:
وَ قَالَ لَہُمۡ نَبِیُّہُمۡ اِنَّ
اٰیَۃَ مُلۡکِہٖۤ اَنۡ یَّاۡتِیَکُمُ التَّابُوۡتُ فِیۡہِ سَکِیۡنَۃٌ مِّنۡ
رَّبِّکُمۡ وَ بَقِیَّۃٌ مِّمَّا تَرَکَ
اٰلُ مُوۡسٰی وَ اٰلُ ہٰرُوۡنَ تَحۡمِلُہُ الۡمَلٰٓئِکَۃُ ؕ اِنَّ فِیۡ ذٰلِکَ
لَاٰیَۃً لَّکُمۡ اِنۡ کُنۡتُمۡ مُّؤۡمِنِیۡنَ ﴿﴾٪
Dan nabi mereka berkata kepada mereka:
“Sesungguhnya tanda kedaulatannya ialah
bahwa akan datang kepada kamu suatu
Tabut, yang di dalamnya
mengandung ketenteraman dari Rabb (Tuhan) kamu dan pusaka
peninggalan keluarga Musa dan keluarga Harun, yang dipikul oleh malaikat-malaikat,
sesungguhnya dalam hal ini benar-benar ada suatu Tanda bagi kamu, jika kamu sungguh orang-orang yang
beriman.” (Al-Baqarah [2]:249).
Penjelasan tentang Tabut
dalam ayat ini “yang di dalamnya
mengandung ketenteraman dari Tuhan kamu” tidak dapat dikenakan kepada bahtera (perahu), sebab jauh daripada
memberi ketenteraman dan kesejukan hati yang disebut oleh Bible tidak dapat melindungi kaum Bani Israil terhadap kekalahan, pula tidak melindunginya sendiri, sebab perahu itu dibawa lari oleh musuh.
Bahkan Saul yang membawa perahu itu dalam peperangan menderita kekalahan-kekalahan
yang parah sehingga bahkan musuhnya pun menaruh kasihan kepadanya dan
ia menemui ajalnya dengan
penuh kehinaan.
Perahu demikian tak mungkin merupakan sumber ketenangan bagi kaum
Bani Israil. Apa yang dianugerahkan Allah Swt. kepada mereka adalah hati
yang penuh dengan keberanian dan ketabahan, sehingga sesudah ketenangan tersebut turun kepada mereka,
mereka berhasil membalas serangan musuh dan menimpakan
kekalahan berat kepada mereka.
Karunia lain yang diberikan Allah Swt. kepada Bani Israil yang dipimpin Thalut (Gideon) disinggung dalam kata “pusaka.” Yakni Allah Swt. meresapi
hati mereka dengan sifat-sifat mulia
yang menjadi watak nenek-moyang
mereka, keturunan Nabi Musa a.s. dan Nabi Harun a.s.. Pusaka
yang ditinggalkan (diwariskan) oleh anak-cucu
Nabi Musa a.s. dan Nabi Harun a.s. tidak terdiri atas hal-hal kebendaan (materi), tetapi yang
dimaksudkan ialah akhlak-akhlak baik
yang dengan itu mereka mendapat karunia
menjadi pewaris leluhur-leluhur agung
mereka.
Banyak
Tetapi Seperti “Buih” (Busa)
& Berlimpahnya “Mas Hitam” di Timur Tengah Penyebab
Perpecahan Umat Islam
Sehubungan dengan
keadaan umat Islam yang secara kuantitas bertambah besar (banyak) tetapi secara kualitas
semakin jauh dari sebutan “umat
terbaik” (QS.2:144; QS.3:111)
sebagaimana nubuatan Nabi
Besar Muhammad Saw. sebelum ini:
Diriwayatkan
Tauban r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Setelah aku wafat, setelah lama
kutinggalkan, umat Islam akan lemah.
Di atas kelemahan itu orang kafir akan menyerbu
mereka bagai orang yang menyerbu makanan dalam piring dan mengajak orang
lain makan bersama”. Maka para sahabat
r.a. pun bertanya: “Apakah ketika
itu umat Islam telah lemah dan musuh
sangat kuat?” Sabda beliau saw.: “Bahkan
pada masa itu mereka lebih ramai
(banyak) tetapi tidak berguna, tidak berarti dan tidak menakutkan musuh. Mereka
ibarat buih di laut.” Sahabat
bertanya lagi: “Mengapa seramai itu
tetapi seperti buih di laut?” Jawab
Rasulullah saw., “Karena ada dua
penyakit, yaitu mereka ditimpa penyakit al-Wahn.” Sahabat bertanya lagi: “Apakah itu al-Wahn?” Rasulullah saw.
bersabda: “Cinta kepada dunia dan takut kepada kematian.” (Riwayat Abu Dawud no.4297; Ahmad
V/278. Abu Nu’aim dalam Al-Hilyah).
Berlimpah-ruahnya “mas hitam” di wilayah Timur Tengah di Akhir Zaman ini yang
terbukti tidak mampu mempersatukan hati umat Islam di Timur tengah -- bahkan
semakin memperparah perpercahan
di kalangan mereka -- membuktikan
benarnya nubuatan Nabi Besar Muhammad saw. tersebut, sebab kecintaan kepada duniawi
menyadi penyebab terjadinya kemiskinan
yang parah dalam hal akhlak dan ruhani umumnya umat
Islam di sana serta semakin jauh
dari “Tauhid Ilahi” yang hakiki -- sebagaimana keadaan para pemuka Bani Israil yang menolak
pengangkatan Thalut sebagai raja mereka -- firman-Nya:
وَ قَالَ لَہُمۡ نَبِیُّہُمۡ اِنَّ اللّٰہَ قَدۡ بَعَثَ لَکُمۡ طَالُوۡتَ
مَلِکًا ؕ قَالُوۡۤا اَنّٰی یَکُوۡنُ لَہُ
الۡمُلۡکُ عَلَیۡنَا وَ نَحۡنُ اَحَقُّ بِالۡمُلۡکِ مِنۡہُ وَ لَمۡ یُؤۡتَ سَعَۃً
مِّنَ الۡمَالِ ؕ قَالَ اِنَّ
اللّٰہَ اصۡطَفٰىہُ عَلَیۡکُمۡ وَ زَادَہٗ
بَسۡطَۃً فِی الۡعِلۡمِ وَ الۡجِسۡمِ ؕ وَ اللّٰہُ یُؤۡتِیۡ مُلۡکَہٗ مَنۡ
یَّشَآءُ ؕ وَ اللّٰہُ وَاسِعٌ عَلِیۡمٌ
﴿﴾ وَ قَالَ لَہُمۡ نَبِیُّہُمۡ اِنَّ
اٰیَۃَ مُلۡکِہٖۤ اَنۡ یَّاۡتِیَکُمُ التَّابُوۡتُ فِیۡہِ سَکِیۡنَۃٌ مِّنۡ
رَّبِّکُمۡ وَ بَقِیَّۃٌ مِّمَّا تَرَکَ
اٰلُ مُوۡسٰی وَ اٰلُ ہٰرُوۡنَ تَحۡمِلُہُ الۡمَلٰٓئِکَۃُ ؕ اِنَّ فِیۡ ذٰلِکَ
لَاٰیَۃً لَّکُمۡ اِنۡ کُنۡتُمۡ مُّؤۡمِنِیۡنَ ﴿﴾٪
Dan nabi
mereka berkata kepada mereka: “Sesungguhnya Allah telah mengangkat Thalut menjadi raja bagi kamu.” Mereka berkata: “Bagaimana ia bisa memiliki kedaulatan atas
kami, padahal kami lebih berhak
memiliki kedaulatan daripadanya,
karena ia tidak pernah diberi harta yang
berlimpah-ruah?” Ia berkata: “Sesungguhnya
Allah telah memilihnya sebagai raja atas kamu dan melebihkannya dengan keluasan ilmu dan kekuatan
badan.” Dan Allah
memberikan kedaulatan-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Maha Luas karunia-Nya, Maha Mengetahui. (Al-Baqarah [2]:248).
Pendakwaan
Sebagai Utusan (Rasul) Allah & Dukungan Kekayaan Ruhani dan Tanda-tanda Ilahi
Sehubungan dengan Sunnatullah tersebut selanjutnya Masih Mau’ud a.s. bersabda mengenai
penganugerahan kekayaan ruhani
berupa makrifat Ilahi dan rahasia-rahasia
mendalam Al-Quran yang dibukakan
Allah Swt. di Akhir Zaman ini kepada
beliau (QS.3:180; QS.72:27-29) --
sebagaimana Allah Swt. mengajarkan al-Asmā-Nya
(Sifat-sifat-Nya) kepada Adam (Khalifah
Allah) yang para malaikat pun tidak mengetahuinya QS.2:31-35 -- sebab yang dibutuhkan umat Islam di Akhir Zaman
ini bukanlah kelimpah-ruahan kekayaan
duniawi -- yang terbukti gagal-total
mempersatukan umat Islam di Timur
Tengah -- melainkan kekayaan akhlak
dan ruhani
terpuji yang diwariskan oleh Nabi
Besar Muhammad saw. serta berbagai Tanda-tanda
dukungan Ilahi, baik yang terjadi di langit mau pun di bumi, Masih
Mau’ud a.s. bersabda:
“Oleh karena itu sebagaimana sunnah-Nya
yang berlaku sejak dulu, pada zaman
kita inipun Dia kembali berbuat seperti dulu -- baik keadaan-Nya maupun Tanda-tanda-Nya -- semua terdapat
di dalamnya. Untuk memperbaharui keimanan, pada permulaan abad ke 14 Hijriyah Allah Ta’ala
telah mengutus aku ke dunia ini,
dan berkat dari pertolongan-Nya serta
karunia-Nya Tanda-tanda langit ada
padaku. Dan sesuai dengan niat dan pembaharuan-Nya Dia mengabulkan doa-doa dan membukakan
rahasia-rahasia gaib serta mengajarkan hakikat-hakikat dan ketinggian Quran Syarif serta memudahkan
semua kesulitan syariat padaku.”
Pendakwaan Masih Mau’ud a.s. seperti itu bukan merupakan pendakwaan yang tidak berisiko
bahaya, sebab seandainya pendakwaan
tersebut ternyata dusta maka para pendakwa dusta pasti akan berhadapan
dengan ancaman Allah Swt. yang mengerikan, sebagaimana firman-Nya
berikut ini kepada Nabi Besar Muhammad
saw., firman-Nya:
اِنَّہٗ لَقَوۡلُ
رَسُوۡلٍ کَرِیۡمٍ ﴿ۚۙ﴾ وَّ مَا ہُوَ بِقَوۡلِ شَاعِرٍ ؕ قَلِیۡلًا مَّا تُؤۡمِنُوۡنَ ﴿ۙ﴾ وَ
لَا بِقَوۡلِ کَاہِنٍ ؕ قَلِیۡلًا مَّا تَذَکَّرُوۡنَ ﴿ؕ﴾ تَنۡزِیۡلٌ
مِّنۡ رَّبِّ الۡعٰلَمِیۡنَ ﴿﴾ وَ
لَوۡ تَقَوَّلَ عَلَیۡنَا بَعۡضَ الۡاَقَاوِیۡلِ ﴿ۙ﴾ لَاَخَذۡنَا
مِنۡہُ بِالۡیَمِیۡنِ ﴿ۙ﴾ ثُمَّ لَقَطَعۡنَا
مِنۡہُ الۡوَتِیۡنَ ﴿۫ۖ﴾ فَمَا مِنۡکُمۡ مِّنۡ اَحَدٍ
عَنۡہُ حٰجِزِیۡنَ ﴿﴾
Sesungguhnya
Al-Quran itu benar-benar firman yang disampaikan seorang Rasul mulia, Dan bukanlah Al-Quran itu
perkataan seorang penyair, sedikit
sekali apa yang kamu percayai. Dan bukanlah ini perkataan ahli nujum, sedikit sekali kamu mengambil nasihat. Ini adalah wahyu yang diturunkan dari Rabb (Tuhan) seluruh alam. وَ لَوۡ تَقَوَّلَ عَلَیۡنَا بَعۡضَ
الۡاَقَاوِیۡلِ -- Dan seandainya ia mengada-adakan sebagaian perkataan atas nama Kami لَاَخَذۡنَا مِنۡہُ بِالۡیَمِیۡنِ -- niscaya Kami akan menangkap dia dengan tangan kanan, ثُمَّ
لَقَطَعۡنَا مِنۡہُ الۡوَتِیۡنَ -- kemudian niscaya Kami memotong urat nadinya, فَمَا مِنۡکُمۡ مِّنۡ اَحَدٍ عَنۡہُ حٰجِزِیۡنَ -- dan tidak ada seorang pun di antara kamu dapat
mencegah itu darinya. (Al-Hāqqah [69]:41-48).
Lihat pula QS.4>67; QS.6:22; 7:38; QS.10:16; QS.11:19.
Dalam ayat-ayat ini keterangan-keterangan telah diberikan
bahwa bila Nabi Besar Muhammad saw -- na’udzubillāhi min dzālika -- seorang pendusta,
maka tangan perkasa Allah Swt. pasti menangkap
dan memutuskan urat pada leher beliau
saw. dan pasti beliau saw. telah menemui kematian
pedih, serta seluruh pekerjaan
dan misi beliau saw. pasti telah hancur berantakan, sebab memang
demikianlah nasib seorang nabi palsu.
Dakwa dan keterangan yang tercantum dalam ayat-ayat ini, agaknya merupakan reproduksi yang tepat dari peryataan Bible dalam Ulangan 18:20:
"Tetapi seorang nabi yang terlalu berani untuk mengucapkan demi namaKu perkataan yang tidak Kuperintahkan untuk dikatakan olehnya, atau yang berkata demi nama allah lain, nabi itu harus mati."
"Tetapi seorang nabi yang terlalu berani untuk mengucapkan demi namaKu perkataan yang tidak Kuperintahkan untuk dikatakan olehnya, atau yang berkata demi nama allah lain, nabi itu harus mati."
Kegagalan Para Penentang Rasul Allah & Kematian
yang Mengerikan Para Pendakwa Palsu
Ancaman keras Allah
Swt. kepada Nabi Besar Muhammad saw.
tersebut berlaku bagi semua pendakwa yang mengaku sebagai rasul Allah, karena itu sejarah kenabian membuktilan bahwa para pendakwa palsu tidak pernah berhasil
dalam upaya yang dilakukannya dan
pasti mengalami akhir hidup yang hina.
Demikian juga sebaliknya orang-orang yang
mendustakan rasul Allah pun --
bagaimana pun banyaknya jumlah mereka
dan besarnya kekuasaan duniawi mereka – pada akhirnya mereka akan
mengalami kehancuran dan hina, sebagaimana
yang terjadi dengan kaum-kaum
purbakala yang mendustakan para rasul
Allah yang dibangkitkan di kalangan mereka (QS.29:41-45), firman-Nya:
فَمَنۡ اَظۡلَمُ مِمَّنِ افۡتَرٰی
عَلَی اللّٰہِ کَذِبًا اَوۡ کَذَّبَ
بِاٰیٰتِہٖ ؕ اُولٰٓئِکَ یَنَالُہُمۡ نَصِیۡبُہُمۡ مِّنَ الۡکِتٰبِ ؕ حَتّٰۤی اِذَا جَآءَتۡہُمۡ رُسُلُنَا یَتَوَفَّوۡنَہُمۡ ۙ قَالُوۡۤا
اَیۡنَ مَا کُنۡتُمۡ تَدۡعُوۡنَ مِنۡ
دُوۡنِ اللّٰہِ ؕ قَالُوۡا ضَلُّوۡا عَنَّا وَ شَہِدُوۡا عَلٰۤی اَنۡفُسِہِمۡ اَنَّہُمۡ
کَانُوۡا کٰفِرِیۡنَ ﴿﴾
Maka siapakah
yang lebih zalim daripada orang yang mengada-adakan kedustaan
terhadap Allah atau mendustakan Ayat-ayat-Nya? Mereka akan
memperoleh bagian mereka sebagaimana
telah ditetapkan, hingga
apabila datang kepada mereka utusan-utusan
Kami untuk mencabut nyawanya seraya berkata: ”Di manakah apa yang biasa kamu seru selain Allah?” Mereka berkata: “Mereka telah lenyap dari kami.” Dan mereka
memberi kesaksian
terhadap diri me-reka sendiri bahwa sesungguhnya mereka adalah
orang-orang kafir. (Al-A’rāf [7]:38).
Kata-kata
: اُولٰٓئِکَ یَنَالُہُمۡ نَصِیۡبُہُمۡ
مِّنَ الۡکِتٰبِ -- “Mereka
akan memperoleh bagian mereka sebagaimana telah ditetapkan,
“ itu
berarti bahwa mereka yang menolak Utusan-utusan Allah
akan melihat dengan mata kepala sendiri penyempurnaan
kabar-kabar gaib yang meramalkan kekalahan
dan kegagalan mereka. Mereka akan
merasakan hukuman yang dijanjikan
kepada mereka karena menentang
utusan-utusan Allah. Dia berfirman lagi:
وَ مَنۡ اَظۡلَمُ مِمَّنِ افۡتَرٰی
عَلَی اللّٰہِ کَذِبًا اَوۡ قَالَ
اُوۡحِیَ اِلَیَّ وَ لَمۡ
یُوۡحَ اِلَیۡہِ شَیۡءٌ وَّ مَنۡ قَالَ سَاُنۡزِلُ مِثۡلَ مَاۤ اَنۡزَلَ اللّٰہُ ؕ وَ لَوۡ تَرٰۤی اِذِ الظّٰلِمُوۡنَ فِیۡ غَمَرٰتِ الۡمَوۡتِ وَ
الۡمَلٰٓئِکَۃُ بَاسِطُوۡۤا اَیۡدِیۡہِمۡ
ۚ اَخۡرِجُوۡۤا اَنۡفُسَکُمۡ ؕ اَلۡیَوۡمَ تُجۡزَوۡنَ عَذَابَ الۡہُوۡنِ بِمَا
کُنۡتُمۡ تَقُوۡلُوۡنَ عَلَی اللّٰہِ غَیۡرَ الۡحَقِّ وَ کُنۡتُمۡ عَنۡ اٰیٰتِہٖ
تَسۡتَکۡبِرُوۡنَ ﴿﴾
Dan
siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang mengada-adakan kedustaan terhadap Allah
atau yang berkata: “Telah diwahyukan kepadaku”
padahal tidak pernah ada sesuatu
diwahyukan kepadanya, dan juga barangs
iapa yang berkata: “Segera aku akan
menurunkan seperti yang telah diturunkan Allah.” Dan seandainya engkau melihat ketika orang-orang yang zalim itu
berada dalam penderitaan sakaratul-maut, dan malaikat-malaikat merentangkan tangan
mereka sambil berkata: “Keluarkanlah
nyawa kamu! Hari
ini kamu dibalas dengan azab yang
menghinakan disebabkan apa yang
senantiasa kamu katakan terhadap Allah tidak benar
dan karena
kamu bersikap takabur terhadap
Tanda-tanda-Nya.” (Al-An’ām [6]:94).
Tanda Langit “Gerhana Bulan dan Matahari” di Bulan
Ramadhan
Siksaan kepada para pendakwa dusta
tidak boleh disamakan dengan sakratulmaut (penderitaan menjelang
maut) yang dialami di bawah hukum-alam biasa -- baik oleh orang-orang bertakwa maupun yang tidak-bertakwa -- melainkan adalah hukuman khas yang mencengkeram
para pengingkar nabi-nabi sejak saat kematian
mereka. Lebih lanjut Masih Mau’ud a.s.
bersabda:
“Demi Tuhan
Yang Gagah dan Bijaksana, Yang memusuhi kedustaan dan kepalsuan, aku bersumpah atas nama-nama-Nya, bahwa aku
datang dari-Nya pada waktu yang
tepat dan dengan seizin-Nya aku
bangkit. Dia selalu bersamaku pada
setiap langkah, Dia tidak akan menyia-nyiakan
aku dan tidak pula Dia akan
menghancurkan Jemaatku. Dia tidak
akan meninggalkan aku selama pekerjaan-Nya
belum selesai, yang Dia Sendiri menghendakinya.
Dia
telah mengutusku untuk kesempurnaan nur
(cahaya) pada awal abad 14, dan Dia
telah menampakkan gerhana bulan
dan matahari di bulan
Ramadhan untuk mendukung kebenaranku,
dan juga telah banyak sekali
menampakkan Tanda-tanda di muka bumi ini yang cukup bagi pencari kebenaran.
Demikianlah Dia telah menyempurnakan dalil-Nya.
Tidak
seorang pun sebenarnya dapat menuduhku, dan tidak dapat pula menghapuskan Tanda-tandaku, sebab mereka
tidak mampu membuktikan satu keaiban
pun dari diriku. Dan tidak dapat
pula membantah satu pun dari Tanda-tanda
langitku, yaitu bantahan yang
dahulu sebagian pernah dilontarkan kepada para nabi, dan juga sebagian yang tidak dibantah oleh para
penentang, yang pada hakikat
sebenarnya belum difahami oleh
orang-orang bodoh yang membenci.”
Jika timbul bantahan: Mengapa hingga saat ini
masih banyak orang yang mendustakan
Mirza Ghulam Ahmad a.s. sekali pun Allah Swt. telah mendukung kebenaran pendakwaannya dengan bagai
macam Tanda-tanda di langit
dan di bumi? Jawabannya adalah firman Allah Swt. berikut
ini:
وَ لَوۡ اَنَّنَا نَزَّلۡنَاۤ اِلَیۡہِمُ الۡمَلٰٓئِکَۃَ وَ کَلَّمَہُمُ الۡمَوۡتٰی
وَ حَشَرۡنَا عَلَیۡہِمۡ
کُلَّ شَیۡءٍ قُبُلًا مَّا کَانُوۡا لِیُؤۡمِنُوۡۤا اِلَّاۤ اَنۡ یَّشَآءَ اللّٰہُ وَ لٰکِنَّ
اَکۡثَرَہُمۡ یَجۡہَلُوۡنَ ﴿﴾ وَ کَذٰلِکَ جَعَلۡنَا لِکُلِّ نَبِیٍّ عَدُوًّا شَیٰطِیۡنَ الۡاِنۡسِ وَ الۡجِنِّ
یُوۡحِیۡ
بَعۡضُہُمۡ اِلٰی بَعۡضٍ زُخۡرُفَ الۡقَوۡلِ غُرُوۡرًا ؕ وَ لَوۡ شَآءَ رَبُّکَ مَا فَعَلُوۡہُ فَذَرۡہُمۡ
وَ مَا یَفۡتَرُوۡنَ ﴿﴾ وَ
لِتَصۡغٰۤی اِلَیۡہِ اَفۡـِٕدَۃُ الَّذِیۡنَ لَا یُؤۡمِنُوۡنَ بِالۡاٰخِرَۃِ وَ لِیَرۡضَوۡہُ وَ لِیَقۡتَرِفُوۡا
مَا ہُمۡ مُّقۡتَرِفُوۡنَ ﴿﴾
Dan
seandainya pun Kami benar-benar menurunkan malaikat-malaikat
kepada mereka, dan orang-orang
yang telah mati berbicara
dengan mereka, dan Kami mengumpulkan
segala sesuatu berhadap-hadapan di
depan mereka, mereka sekali-kali tidak
akan beriman, kecuali jika Allah
menghendaki, tetapi kebanyakan
mereka berlaku jahil. Dan dengan
cara demikian Kami telah menjadikan musuh bagi setiap nabi yaitu syaitan-syaitan di antara manusia dan jin, sebagian mereka membisikkan kepada sebagian lainnya kata-kata indah untuk mengelabui, dan jika Rabb (Tuhan) engkau menghendaki mereka tidak akan mengerjakannya, maka biarkanlah mereka dengan apa-apa yang mereka ada-adakan. Dan supaya hati orang-orang yang tidak beriman
kepada akhirat cenderung kepada bisikan
itu, mereka menyukainya dan supaya mereka mengusahakan apa yang sedang mereka
usahakan. (Al-An’ām [6]:112-114).
Makna ayat: “Dan
seandainya pun Kami benar-benar menurunkan malaikat-malaikat
kepada mereka,” salah satu tugas malaikat-malaikat adalah membisikkan kepada manusia pikiran-pikiran baik untuk mengajak
mereka kepada kebenaran (QS.41:32,
33). Kadangkala mereka melaksanakan tugas-tugas ini melalui mimpi-mimpi dan kasyaf-kasyaf.
Sedangkan makna ayat selanjutnya: “dan orang-orang
yang telah mati berbicara
dengan mereka.” Orang-orang bertakwa
yang sudah meninggal dunia nampak
kepada manusia dalam mimpi untuk membenarkan pendakwaan nabi-nabi. Ada
satu cara lain yaitu orang-orang yang sudah mati bercakap-cakap kepada manusia, yakni jika suatu umat
yang secara ruhani sudah mati mereka dihidupkan kembali untuk memperoleh kehidupan ruhani baru oleh ajaran nabi mereka, maka kelahiran-baru ruhani mereka itu
seakan-akan berbicara kepada orang-orang kafir dan memberikan persaksian terhadap kebenaran pendakwaan rasul Allah
yang diutus kepada mereka.
Ada pun
makna ayat: “dan
Kami mengumpul-kan segala sesuatu
berhadap-hadapan di depan
mereka,” kata-kata itu menunjuk kepada kesaksian
dari berbagai-bagai benda alam yang
memberi kesaksian terhadap kebenaran pendakwaan seorang nabi Allah dalam bentuk gempa, wabah, kelaparan, peperangan, dan azab-azab Ilahi lainnya. Dengan demikian alam sendiri nampaknya gusar
terhadap orang-orang yang ingkar
sehingga unsur-unsur alam itu sendiri
memerangi mereka.
Namun semua Tanda-tanda
dukungan Ilahi kepada rasul Allah
tersebut tetap tidak akan kelihatan
oleh orang-orang yang mata ruhaninya
telah dibutakan oleh ketakaburannya, firman-Nya: “mereka sekali-kali tidak akan beriman, kecuali jika
Allah menghendaki, tetapi kebanyakan
mereka berlaku jahil.”
Kata-kata manusia dan jin yang terdapat
pada banyak tempat dalam ayat-ayat Al-Quran bukan berarti ada dua jenis makhluk Allah yang berlainan melainkan dua golongan makhluk manusia,
ins (manusia) mengisyaratkan kepada orang-orang awam atau rakyat
jelata, sedangkan jin dikatakan kepada orang-orang besar (pemuka kaum) yang biasa hidup memisahkan diri dari rakyat jelata dan tidak berbaur dengan
mereka, boleh dikatakan tinggal
tersembunyi dari penglihatan umum, firman-Nya: وَ کَذٰلِکَ جَعَلۡنَا لِکُلِّ نَبِیٍّ عَدُوًّا شَیٰطِیۡنَ الۡاِنۡسِ وَ الۡجِنِّ
یُوۡحِیۡ بَعۡضُہُمۡ اِلٰی بَعۡضٍ زُخۡرُفَ الۡقَوۡلِ غُرُوۡرًا -- “Dan
dengan cara demikian Kami telah menjadikan musuh bagi setiap nabi yaitu
syaitan-syaitan di antara manusia
dan jin, sebagian mereka membisikkan kepada sebagian lainnya kata-kata indah untuk mengelabui. dan jika Rabb
(Tuhan) engkau menghendaki mereka tidak
akan mengerjakannya.”
Dengan demikian jelaslah bahwa sebutan syaitan dalam Al-Quran berkenaan dengan penentangan terhadap para rasul Allah (QS.2:15; QS.7:21-23;
QS.8:49) bukan tertuju kepada makhluk halus -- yang juga disebut syaitan yang wujudnya tidak kelihatan (QS.7:28) -- melain kepada orang-orang kafir dengan
dengan berbagai cara yang bathil menghalangi umat manusia untuk beriman kepada rasul Allah yang diutus kepada mereka (QS.22:53-54).
Makna ayat selanjutnya: “Dan
supaya hati orang-orang yang tidak
beriman kepada akhirat cenderung
kepada bisikan itu, mereka menyukainya dan supaya mereka mengusahakan apa yang sedang mereka
usahakan.”
Bahwa mereka terus bertahan dalam jalan kejahatan mereka. Kata-kata itu
berarti pula bahwa mereka mengalami
akibat-akibat buruk dari apa yang dikerjakan
mereka.
Jaminan Kesuksesan Perjuangan Suci Para Rasul Allah & “Duel
Makar” yang Senantiasa Dimenangkan Allah Swt.
Dalam firman-Nya berikut ini utusan (rasul) Allah Swt. yang hakiki
senantiasa mendapat jaminan pertolongan Allah Swt. dalam menghadapi para penentangnya yang takabbur dan zalim,
firman-Nya:
اِنَّ
الَّذِیۡنَ یُحَآدُّوۡنَ اللّٰہَ وَ رَسُوۡلَہٗۤ اُولٰٓئِکَ فِی الۡاَذَلِّیۡنَ ﴿﴾ کَتَبَ
اللّٰہُ لَاَغۡلِبَنَّ اَنَا وَ
رُسُلِیۡ ؕ اِنَّ اللّٰہَ قَوِیٌّ
عَزِیۡزٌ ﴿﴾
Sesungguhnya orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya
mereka itu termasuk orang-orang yang
sangat hina. کَتَبَ
اللّٰہُ لَاَغۡلِبَنَّ اَنَا وَ
رُسُلِیۡ -- Allah telah menetapkan: “Aku dan rasul-rasul-Ku pasti
akan menang.” اِنَّ اللّٰہَ
قَوِیٌّ عَزِیۡزٌ -- Sesungguhnya Allah Maha Kuat, Maha Perkasa.
(Al-Mujadalah
[58]:21-22)
Ada tersurat nyata
pada lembaran-lembaran sejarah bahwa kebenaran senantiasa menang terhadap kepalsuan, bagaimana pun
hebatnya makar buruk yang dirancang oleh para penentang Rasul Allah tersebut, firman-Nya:
وَ قَدۡ مَکَرُوۡا مَکۡرَہُمۡ وَ
عِنۡدَ اللّٰہِ مَکۡرُہُمۡ ؕ وَ اِنۡ کَانَ مَکۡرُہُمۡ لِتَزُوۡلَ مِنۡہُ الۡجِبَالُ ﴿﴾ فَلَا
تَحۡسَبَنَّ اللّٰہَ مُخۡلِفَ وَعۡدِہٖ
رُسُلَہٗ ؕ اِنَّ اللّٰہَ عَزِیۡزٌ
ذُو انۡتِقَامٍ ﴿ؕ﴾
Dan sungguh mereka telah melakukan makar mereka,
tetapi makar mereka ada di sisi Allah,
dan jika sekali pun makar
mereka dapat me-mindahkan gunung-gunung. Maka janganlah
engkau menyangka
bahwa Allah akan menyalahi janji-Nya kepada rasul-rasul-Nya, sesungguhnya Allah
Maha Perkasa, Yang memiliki
pembalasan. (Ibrahim [14]:47-48).
Makna ayat: وَ عِنۡدَ اللّٰہِ مَکۡرُہُمۡ -- “tetapi makar mereka ada di sisi
Allah” yaitu Allah Swt. sungguh-sungguh mengetahui makar
buruk mereka, dan Dia akan menggagalkannya,
berikut firman Allah Swt. mengenai “duel
makar” antara Allah Swt. dengan para penentang
Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. yang berusaha membunuh
beliau melalui penyaliban (QS.4:158-159) yang dimenangkan
Allah Swt.:
فَلَمَّاۤ اَحَسَّ عِیۡسٰی مِنۡہُمُ الۡکُفۡرَ قَالَ مَنۡ
اَنۡصَارِیۡۤ اِلَی اللّٰہِ ؕ قَالَ الۡحَوَارِیُّوۡنَ نَحۡنُ اَنۡصَارُ اللّٰہِ ۚ اٰمَنَّا بِاللّٰہِ ۚ وَ اشۡہَدۡ
بِاَنَّا مُسۡلِمُوۡنَ ﴿﴾ رَبَّنَاۤ
اٰمَنَّا بِمَاۤ اَنۡزَلۡتَ وَ اتَّبَعۡنَا الرَّسُوۡلَ فَاکۡتُبۡنَا مَعَ
الشّٰہِدِیۡنَ ﴿﴾ وَ
مَکَرُوۡا وَ مَکَرَ اللّٰہُ ؕ وَ اللّٰہُ خَیۡرُ الۡمٰکِرِیۡنَ ﴿٪﴾
Maka
tatkala Isa merasa ada kekafiran pada mereka yakni kaumnya ia berkata: ”Siapakah penolong-penolongku dalam urusan Allah?” Para hawari
berkata: “Kamilah para penolong urusan Allah. Kami beriman ke-pada Allah, dan saksikanlah bahwa sesungguhnya kami adalah
orang-orang yang berserah diri. Ya Rabb
(Tuhan) kami, kami beriman kepada apa
yang telah Engkau turunkan dan kami
mengikuti Rasul ini maka catatlah
kami bersama orang-orang yang menjadi
saksi.” وَ مَکَرُوۡا وَ مَکَرَ اللّٰہُ ؕ -- Dan mereka, yakni musuh Al-Masih, merancang makar buruk dan Allah
pun merancang makar tandingan
وَ اللّٰہُ خَیۡرُ الۡمٰکِرِیۡنَ -- dan Allah
sebaik-baik Perancang makar. (Âli ‘Imran [3]:53-55).
(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam
Farid
***
Pajajaran Anyar, 24 April
2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar