Rabu, 26 April 2017

Pendakwaan "Kerasulan" yang Benar Didukung Kekayaan "Makrifat Ilahi" dan "Tanda-tanda Ilahi" & "Gerhana Bulan dan Matahari" di Bulan Ramadhan Merupakan "Tanda di Langit" yang Tidak Bisa Ditiru

Bismillaahirrahmaanirrahiim

“ARBA’IN”

ARBA’IN LI-ITMÂMIL HUJJAH ‘ALAL MUKHALLIFÎN
(Empat Puluh Risalah, Menyempurnakan Argumen Bagi Para Penentang)

  Karya

  Mirza Ghulam Ahmad a.s.
(Al-Masih Al-Mau’ud a.s.   -- Al-Masih yang Dijanjikan a.s.)


Bagian 12

ARBA’ÎN KE II

PENDAKWAAN KERASULAN YANG BENAR DIDUKUNG KEKAYAAN MAKRIFAT ILAHI DAN TANDA-TANDA ILAHI    &  GERHANA BULAN DAN MATAHARI DI BULAN RAMADHAN  MERUPAKAN TANDA DI LANGIT YANG TIDAK BISA DITIRU

Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

D
alam akhir  Bab sebelumnya   telah dikemukakan topik     Jiwa Perwira Keturunan Nabi Musa a.s. dan Nabi Harun a.s.  sehubungan firman  Allah Swt.  mengenai pengangkatan Thalut (Gideon) sebagai raja Bani Israil:
وَ قَالَ لَہُمۡ نَبِیُّہُمۡ اِنَّ اٰیَۃَ مُلۡکِہٖۤ اَنۡ یَّاۡتِیَکُمُ التَّابُوۡتُ فِیۡہِ سَکِیۡنَۃٌ مِّنۡ رَّبِّکُمۡ وَ بَقِیَّۃٌ   مِّمَّا تَرَکَ اٰلُ مُوۡسٰی وَ اٰلُ ہٰرُوۡنَ تَحۡمِلُہُ الۡمَلٰٓئِکَۃُ ؕ اِنَّ فِیۡ ذٰلِکَ لَاٰیَۃً لَّکُمۡ  اِنۡ  کُنۡتُمۡ مُّؤۡمِنِیۡنَ ﴿﴾٪
Dan nabi mereka berkata kepada mereka: “Sesungguhnya tanda kedaulatannya ialah bahwa akan datang kepada kamu suatu Tabut, yang di dalamnya mengandung ketenteraman dari Rabb (Tuhan) kamu dan  pusaka  peninggalan keluarga Musa dan keluarga Harun, yang dipikul oleh malaikat-malaikat, sesungguhnya dalam hal ini benar-benar ada suatu Tanda bagi kamu, jika kamu sungguh orang-orang yang  beriman.” (Al-Baqarah [2]:249). 
     Penjelasan tentang Tabut dalam ayat ini “yang di dalamnya mengandung ketenteraman dari Tuhan kamu” tidak dapat dikenakan kepada bahtera (perahu), sebab jauh daripada memberi ketenteraman dan kesejukan hati yang disebut oleh Bible tidak dapat melindungi kaum Bani Israil terhadap kekalahan, pula tidak melindunginya sendiri, sebab perahu itu dibawa lari oleh musuh. Bahkan Saul yang membawa perahu itu dalam peperangan menderita kekalahan-kekalahan yang parah sehingga bahkan musuhnya pun menaruh kasihan kepadanya dan  ia menemui ajalnya dengan penuh kehinaan.
        Perahu demikian tak mungkin merupakan sumber ketenangan bagi kaum Bani Israil. Apa yang dianugerahkan Allah Swt.   kepada mereka adalah  hati yang penuh dengan keberanian dan ketabahan, sehingga sesudah ketenangan tersebut turun kepada mereka, mereka  berhasil membalas serangan musuh dan menimpakan kekalahan berat kepada mereka.
        Karunia lain yang diberikan Allah Swt.   kepada Bani Israil  yang dipimpin Thalut (Gideon) disinggung dalam kata “pusaka.” Yakni Allah Swt.  meresapi hati mereka dengan sifat-sifat mulia yang menjadi watak nenek-moyang mereka, keturunan Nabi Musa a.s.  dan Nabi Harun a.s..   Pusaka yang ditinggalkan (diwariskan) oleh anak-cucu Nabi Musa a.s. dan Nabi Harun a.s.  tidak terdiri atas hal-hal kebendaan (materi), tetapi yang dimaksudkan ialah akhlak-akhlak baik yang dengan itu mereka mendapat karunia menjadi pewaris leluhur-leluhur agung mereka.

Banyak Tetapi Seperti “Buih” (Busa) &  Berlimpahnya “Mas Hitam” di Timur Tengah Penyebab Perpecahan Umat Islam

        Sehubungan dengan keadaan umat Islam yang secara kuantitas bertambah besar (banyak) tetapi secara kualitas  semakin jauh dari sebutan “umat terbaik” (QS.2:144; QS.3:111)  sebagaimana nubuatan Nabi Besar Muhammad Saw. sebelum ini:
 Diriwayatkan Tauban r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Setelah aku wafat, setelah lama kutinggalkan, umat Islam akan lemah. Di atas kelemahan itu orang kafir akan  menyerbu  mereka bagai orang yang menyerbu makanan dalam piring dan mengajak orang lain makan bersama”. Maka para sahabat r.a. pun bertanya: “Apakah ketika itu  umat Islam telah lemah dan musuh sangat kuat?” Sabda beliau saw.: “Bahkan pada masa itu  mereka lebih ramai (banyak) tetapi tidak berguna, tidak berarti dan tidak menakutkan musuh. Mereka ibarat buih di laut.”  Sahabat bertanya lagi: “Mengapa seramai itu tetapi seperti buih di laut?” Jawab Rasulullah saw., “Karena ada dua penyakit, yaitu mereka ditimpa penyakit al-Wahn.” Sahabat bertanya lagi: “Apakah itu al-Wahn?” Rasulullah saw. bersabda: “Cinta  kepada dunia dan takut kepada kematian.” (Riwayat Abu Dawud no.4297; Ahmad V/278. Abu Nu’aim dalam Al-Hilyah).
    Berlimpah-ruahnya “mas hitam” di wilayah Timur Tengah di Akhir Zaman ini  yang terbukti tidak mampu  mempersatukan hati umat Islam  di Timur tengah  -- bahkan  semakin memperparah perpercahan di kalangan mereka --  membuktikan benarnya nubuatan Nabi Besar Muhammad saw. tersebut, sebab kecintaan kepada duniawi menyadi penyebab terjadinya kemiskinan yang parah dalam hal akhlak dan ruhani  umumnya umat Islam  di sana serta semakin jauh dari “Tauhid Ilahi” yang hakiki  --  sebagaimana keadaan para pemuka Bani Israil yang menolak pengangkatan Thalut sebagai raja mereka  --  firman-Nya: 
وَ قَالَ لَہُمۡ نَبِیُّہُمۡ  اِنَّ اللّٰہَ قَدۡ بَعَثَ لَکُمۡ طَالُوۡتَ مَلِکًا ؕ قَالُوۡۤا  اَنّٰی یَکُوۡنُ لَہُ الۡمُلۡکُ عَلَیۡنَا وَ نَحۡنُ اَحَقُّ بِالۡمُلۡکِ مِنۡہُ وَ لَمۡ یُؤۡتَ سَعَۃً مِّنَ الۡمَالِ ؕ قَالَ  اِنَّ اللّٰہَ  اصۡطَفٰىہُ عَلَیۡکُمۡ وَ زَادَہٗ بَسۡطَۃً فِی الۡعِلۡمِ وَ الۡجِسۡمِ ؕ وَ اللّٰہُ یُؤۡتِیۡ مُلۡکَہٗ مَنۡ یَّشَآءُ ؕ وَ اللّٰہُ  وَاسِعٌ عَلِیۡمٌ ﴿﴾   وَ قَالَ لَہُمۡ نَبِیُّہُمۡ اِنَّ اٰیَۃَ مُلۡکِہٖۤ اَنۡ یَّاۡتِیَکُمُ التَّابُوۡتُ فِیۡہِ سَکِیۡنَۃٌ مِّنۡ رَّبِّکُمۡ وَ بَقِیَّۃٌ   مِّمَّا تَرَکَ اٰلُ مُوۡسٰی وَ اٰلُ ہٰرُوۡنَ تَحۡمِلُہُ الۡمَلٰٓئِکَۃُ ؕ اِنَّ فِیۡ ذٰلِکَ لَاٰیَۃً لَّکُمۡ  اِنۡ  کُنۡتُمۡ مُّؤۡمِنِیۡنَ ﴿﴾٪
Dan  nabi mereka berkata kepada mereka: “Sesungguhnya Allah telah mengangkat Thalut menjadi raja bagi kamu.” Mereka berkata:  “Bagaimana ia bisa memiliki  kedaulatan atas kami, padahal kami lebih berhak memiliki kedaulatan  daripadanya, karena ia tidak pernah diberi harta yang berlimpah-ruah?” Ia berkata: “Sesungguhnya Allah telah memilihnya sebagai raja atas kamu dan melebihkannya dengan keluasan ilmu dan kekuatan badan.” Dan  Allah memberikan kedaulatan-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Maha Luas karunia-Nya, Maha Mengetahui. (Al-Baqarah [2]:248).

Pendakwaan Sebagai Utusan (Rasul) Allah  & Dukungan Kekayaan Ruhani dan  Tanda-tanda Ilahi

   Sehubungan dengan Sunnatullah tersebut selanjutnya Masih Mau’ud a.s. bersabda mengenai  penganugerahan kekayaan ruhani berupa  makrifat Ilahi dan rahasia-rahasia mendalam Al-Quran yang dibukakan Allah Swt. di Akhir Zaman ini kepada beliau (QS.3:180; QS.72:27-29)  -- sebagaimana Allah Swt. mengajarkan al-Asmā-Nya (Sifat-sifat-Nya) kepada Adam (Khalifah Allah) yang para malaikat pun tidak mengetahuinya QS.2:31-35 -- sebab  yang dibutuhkan umat Islam di Akhir Zaman ini bukanlah kelimpah-ruahan kekayaan duniawi -- yang terbukti gagal-total mempersatukan umat Islam di Timur Tengah -- melainkan kekayaan akhlak dan  ruhani terpuji yang diwariskan oleh Nabi Besar Muhammad saw. serta berbagai Tanda-tanda dukungan Ilahi,   baik yang terjadi di langit mau  pun di bumi,  Masih Mau’ud  a.s. bersabda:
       “Oleh karena itu sebagaimana sunnah-Nya yang berlaku sejak dulu, pada zaman kita inipun Dia kembali berbuat seperti dulu -- baik keadaan-Nya  maupun Tanda-tanda-Nya  -- semua terdapat di dalamnya. Untuk memperbaharui keimanan, pada permulaan abad ke 14 Hijriyah Allah Ta’ala telah mengutus aku ke dunia ini, dan berkat dari pertolongan-Nya serta karunia-Nya Tanda-tanda langit ada  padaku. Dan sesuai dengan niat dan pembaharuan-Nya Dia mengabulkan doa-doa dan membukakan rahasia-rahasia gaib  serta mengajarkan hakikat-hakikat dan ketinggian Quran Syarif serta  memudahkan semua kesulitan  syariat padaku.”
       Pendakwaan Masih Mau’ud a.s. seperti itu bukan merupakan pendakwaan yang tidak berisiko bahaya, sebab seandainya pendakwaan tersebut ternyata dusta maka para pendakwa dusta pasti akan berhadapan dengan ancaman Allah Swt. yang mengerikan, sebagaimana firman-Nya berikut ini kepada Nabi Besar Muhammad saw., firman-Nya:
اِنَّہٗ  لَقَوۡلُ  رَسُوۡلٍ  کَرِیۡمٍ ﴿ۚۙ﴾  وَّ مَا ہُوَ بِقَوۡلِ شَاعِرٍ ؕ قَلِیۡلًا  مَّا تُؤۡمِنُوۡنَ ﴿ۙ﴾  وَ لَا بِقَوۡلِ کَاہِنٍ ؕ قَلِیۡلًا مَّا تَذَکَّرُوۡنَ ﴿ؕ﴾ تَنۡزِیۡلٌ مِّنۡ رَّبِّ الۡعٰلَمِیۡنَ ﴿﴾  وَ لَوۡ تَقَوَّلَ عَلَیۡنَا بَعۡضَ الۡاَقَاوِیۡلِ ﴿ۙ﴾  لَاَخَذۡنَا مِنۡہُ  بِالۡیَمِیۡنِ ﴿ۙ﴾  ثُمَّ  لَقَطَعۡنَا مِنۡہُ  الۡوَتِیۡنَ ﴿۫ۖ﴾  فَمَا مِنۡکُمۡ  مِّنۡ اَحَدٍ عَنۡہُ حٰجِزِیۡنَ ﴿﴾
Sesungguhnya Al-Quran itu benar-benar firman yang disampaikan seorang Rasul mulia,  Dan bukanlah Al-Quran itu perkataan seorang penyair, sedikit sekali apa yang kamu percayai.  Dan bukanlah ini perkataan ahli nujum, sedikit sekali kamu mengambil nasihat.          Ini adalah wahyu yang diturunkan dari Rabb (Tuhan) seluruh alam. وَ لَوۡ تَقَوَّلَ عَلَیۡنَا بَعۡضَ الۡاَقَاوِیۡلِ  --   Dan seandainya ia mengada-adakan sebagaian perkataan  atas nama Kami    لَاَخَذۡنَا مِنۡہُ  بِالۡیَمِیۡنِ  -- niscaya Kami akan menangkap dia dengan tangan kanan, ثُمَّ  لَقَطَعۡنَا مِنۡہُ  الۡوَتِیۡنَ  -- kemudian niscaya Kami memotong urat nadinya, فَمَا مِنۡکُمۡ  مِّنۡ اَحَدٍ عَنۡہُ حٰجِزِیۡنَ --  dan tidak ada seorang pun di antara kamu dapat mencegah itu darinya.  (Al-Hāqqah [69]:41-48). Lihat pula QS.4>67; QS.6:22; 7:38; QS.10:16; QS.11:19.
    Dalam ayat-ayat ini     keterangan-keterangan telah diberikan bahwa bila Nabi Besar Muhammad saw   -- na’udzubillāhi min dzālika   -- seorang  pendusta, maka tangan perkasa Allah Swt.  pasti menangkap dan memutuskan urat pada leher beliau saw. dan pasti beliau saw. telah menemui kematian pedih, serta seluruh pekerjaan dan misi beliau saw. pasti telah hancur berantakan, sebab memang demikianlah nasib seorang nabi palsu. Dakwa dan keterangan yang tercantum dalam ayat-ayat ini, agaknya merupakan reproduksi yang tepat dari peryataan Bible dalam Ulangan 18:20:
"Tetapi seorang nabi yang terlalu berani untuk mengucapkan demi namaKu perkataan yang tidak Kuperintahkan untuk dikatakan olehnya, atau yang berkata demi nama allah lain, nabi itu harus mati." 

Kegagalan Para Penentang Rasul Allah & Kematian yang Mengerikan Para Pendakwa Palsu

       Ancaman keras  Allah Swt.  kepada Nabi Besar Muhammad saw. tersebut berlaku bagi semua pendakwa  yang mengaku sebagai rasul Allah,  karena itu sejarah kenabian membuktilan bahwa para pendakwa palsu tidak pernah  berhasil dalam upaya yang dilakukannya dan pasti mengalami akhir hidup yang hina.
      Demikian juga sebaliknya orang-orang yang mendustakan rasul Allah pun   -- bagaimana pun banyaknya jumlah mereka dan besarnya kekuasaan  duniawi mereka – pada akhirnya mereka akan mengalami kehancuran dan hina, sebagaimana  yang terjadi dengan kaum-kaum purbakala yang mendustakan  para rasul Allah yang dibangkitkan di kalangan mereka (QS.29:41-45), firman-Nya:
فَمَنۡ اَظۡلَمُ مِمَّنِ افۡتَرٰی عَلَی اللّٰہِ  کَذِبًا اَوۡ کَذَّبَ بِاٰیٰتِہٖ ؕ اُولٰٓئِکَ یَنَالُہُمۡ نَصِیۡبُہُمۡ مِّنَ الۡکِتٰبِ ؕ حَتّٰۤی  اِذَا جَآءَتۡہُمۡ  رُسُلُنَا یَتَوَفَّوۡنَہُمۡ ۙ قَالُوۡۤا اَیۡنَ مَا  کُنۡتُمۡ تَدۡعُوۡنَ مِنۡ دُوۡنِ اللّٰہِ ؕ قَالُوۡا ضَلُّوۡا عَنَّا وَ شَہِدُوۡا عَلٰۤی اَنۡفُسِہِمۡ  اَنَّہُمۡ  کَانُوۡا کٰفِرِیۡنَ ﴿﴾
Maka   siapakah yang lebih zalim daripada  orang yang mengada-adakan kedustaan terhadap  Allah atau mendustakan Ayat-ayat-Nya? Mereka  akan memperoleh bagian mereka sebagaimana telah ditetapkan,  hingga apabila datang kepada mereka utusan-utusan Kami untuk mencabut nyawanya seraya berkata:   ”Di manakah apa yang biasa kamu seru selain Allah?” Mereka berkata: “Mereka telah lenyap dari kami.” Dan mereka   memberi kesaksian terhadap diri me-reka sendiri bahwa sesungguhnya  mereka adalah  orang-orang kafir. (Al-A’rāf [7]:38). 
        Kata-kata : اُولٰٓئِکَ یَنَالُہُمۡ نَصِیۡبُہُمۡ مِّنَ الۡکِتٰبِ  -- “Mereka  akan memperoleh bagian mereka sebagaimana telah ditetapkan, “  itu berarti bahwa mereka yang menolak Utusan-utusan Allah akan melihat dengan mata kepala sendiri penyempurnaan kabar-kabar gaib yang meramalkan kekalahan dan kegagalan mereka. Mereka akan merasakan hukuman yang dijanjikan kepada mereka karena menentang utusan-utusan Allah. Dia berfirman  lagi:
وَ مَنۡ اَظۡلَمُ مِمَّنِ افۡتَرٰی عَلَی اللّٰہِ  کَذِبًا اَوۡ قَالَ اُوۡحِیَ  اِلَیَّ  وَ لَمۡ  یُوۡحَ  اِلَیۡہِ شَیۡءٌ وَّ  مَنۡ قَالَ سَاُنۡزِلُ مِثۡلَ مَاۤ  اَنۡزَلَ اللّٰہُ ؕ وَ لَوۡ تَرٰۤی  اِذِ الظّٰلِمُوۡنَ فِیۡ غَمَرٰتِ الۡمَوۡتِ وَ الۡمَلٰٓئِکَۃُ بَاسِطُوۡۤا  اَیۡدِیۡہِمۡ ۚ اَخۡرِجُوۡۤا اَنۡفُسَکُمۡ ؕ اَلۡیَوۡمَ تُجۡزَوۡنَ عَذَابَ الۡہُوۡنِ بِمَا کُنۡتُمۡ تَقُوۡلُوۡنَ عَلَی اللّٰہِ غَیۡرَ الۡحَقِّ وَ کُنۡتُمۡ عَنۡ اٰیٰتِہٖ تَسۡتَکۡبِرُوۡنَ  ﴿﴾
Dan  siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang mengada-adakan kedustaan terhadap Allah atau yang berkata: “Telah diwahyukan kepadaku” padahal tidak pernah ada sesuatu diwahyukan kepadanya,  dan juga barangs iapa yang berkata: “Segera aku akan menurunkan seperti yang telah diturunkan Allah.” Dan seandainya engkau melihat ketika orang-orang yang zalim itu  berada dalam penderitaan sakaratul-maut, dan malaikat-malaikat merentangkan tangan mereka sambil berkata: “Keluarkanlah nyawa kamu Hari ini kamu  dibalas dengan azab yang menghinakan disebabkan apa yang senantiasa kamu katakan terhadap Allah tidak benar dan karena kamu bersikap takabur terhadap Tanda-tanda-Nya.” (Al-An’ām [6]:94).

Tanda Langit “Gerhana Bulan dan Matahari” di Bulan Ramadhan

 Siksaan kepada para pendakwa dusta tidak boleh disamakan dengan sakratulmaut (penderitaan menjelang maut) yang dialami  di bawah hukum-alam biasa  -- baik oleh orang-orang bertakwa  maupun yang tidak-bertakwa  --  melainkan adalah hukuman khas yang mencengkeram para pengingkar nabi-nabi  sejak saat kematian mereka. Lebih lanjut Masih Mau’ud a.s. bersabda:
      “Demi Tuhan Yang Gagah dan Bijaksana, Yang memusuhi kedustaan dan kepalsuan, aku bersumpah atas nama-nama-Nya, bahwa aku datang dari-Nya  pada waktu yang tepat dan dengan seizin-Nya aku bangkit. Dia selalu bersamaku pada setiap langkah, Dia tidak akan menyia-nyiakan aku dan tidak pula Dia akan menghancurkan Jemaatku. Dia tidak akan meninggalkan aku selama pekerjaan-Nya belum selesai, yang Dia Sendiri menghendakinya.
       Dia telah mengutusku untuk kesempurnaan nur (cahaya) pada awal abad 14, dan Dia telah menampakkan gerhana bulan dan matahari di bulan Ramadhan untuk mendukung kebenaranku, dan juga telah banyak sekali menampakkan  Tanda-tanda di muka bumi ini yang cukup bagi pencari kebenaran. Demikianlah Dia telah menyempurnakan dalil-Nya.    
    Tidak seorang pun sebenarnya dapat menuduhku, dan tidak dapat pula menghapuskan Tanda-tandaku, sebab  mereka tidak mampu membuktikan satu keaiban pun dari diriku. Dan tidak dapat pula membantah satu pun dari Tanda-tanda langitku, yaitu bantahan yang dahulu sebagian pernah dilontarkan kepada para nabi, dan juga sebagian yang tidak dibantah oleh para penentang, yang pada hakikat sebenarnya belum difahami oleh orang-orang bodoh yang membenci.”
    Jika  timbul bantahan: Mengapa hingga saat ini masih banyak orang yang mendustakan Mirza Ghulam Ahmad a.s. sekali pun Allah Swt. telah mendukung kebenaran pendakwaannya dengan bagai macam Tanda-tanda  di langit dan di bumi?  Jawabannya adalah firman Allah Swt. berikut ini:
وَ لَوۡ اَنَّنَا نَزَّلۡنَاۤ  اِلَیۡہِمُ الۡمَلٰٓئِکَۃَ وَ کَلَّمَہُمُ الۡمَوۡتٰی وَ حَشَرۡنَا عَلَیۡہِمۡ کُلَّ شَیۡءٍ قُبُلًا مَّا کَانُوۡا لِیُؤۡمِنُوۡۤا اِلَّاۤ  اَنۡ یَّشَآءَ اللّٰہُ وَ لٰکِنَّ اَکۡثَرَہُمۡ یَجۡہَلُوۡنَ ﴿﴾ وَ کَذٰلِکَ جَعَلۡنَا لِکُلِّ نَبِیٍّ عَدُوًّا شَیٰطِیۡنَ الۡاِنۡسِ وَ  الۡجِنِّ  یُوۡحِیۡ بَعۡضُہُمۡ اِلٰی بَعۡضٍ زُخۡرُفَ الۡقَوۡلِ غُرُوۡرًا ؕ وَ لَوۡ شَآءَ رَبُّکَ مَا فَعَلُوۡہُ فَذَرۡہُمۡ وَ مَا یَفۡتَرُوۡنَ ﴿﴾   وَ لِتَصۡغٰۤی اِلَیۡہِ اَفۡـِٕدَۃُ الَّذِیۡنَ لَا یُؤۡمِنُوۡنَ بِالۡاٰخِرَۃِ وَ لِیَرۡضَوۡہُ وَ لِیَقۡتَرِفُوۡا  مَا  ہُمۡ  مُّقۡتَرِفُوۡنَ ﴿﴾
Dan seandainya pun  Kami benar-benar menurunkan malaikat-malaikat kepada mereka,  dan   orang-orang yang telah mati  berbicara dengan mereka, dan Kami mengumpulkan segala sesuatu berhadap-hadapan  di depan mereka, mereka sekali-kali tidak akan beriman, kecuali jika Allah menghendaki, tetapi kebanyakan mereka  berlaku jahil.   Dan  dengan cara demikian Kami telah menjadikan musuh bagi setiap nabi yaitu syaitan-syaitan di antara manusia dan jin,  sebagian mereka membisikkan kepada sebagian lainnya kata-kata indah untuk mengelabui, dan jika Rabb (Tuhan) engkau menghendaki mereka tidak akan mengerjakannya, maka biarkanlah mereka dengan apa-apa yang mereka ada-adakan.   Dan supaya hati orang-orang yang tidak beriman kepada akhirat cenderung kepada bisikan itu, mereka menyukainya dan supaya mereka mengusahakan apa yang sedang mereka usahakan. (Al-An’ām [6]:112-114).  
  Makna ayat:    “Dan seandainya pun  Kami benar-benar menurunkan malaikat-malaikat kepada mereka,”  salah satu tugas malaikat-malaikat  adalah membisikkan kepada manusia pikiran-pikiran baik untuk mengajak mereka kepada kebenaran (QS.41:32, 33). Kadangkala mereka melaksanakan tugas-tugas ini melalui mimpi-mimpi dan kasyaf-kasyaf.
 Sedangkan makna ayat selanjutnya:   “dan   orang-orang yang telah mati  berbicara dengan mereka.” Orang-orang bertakwa yang sudah meninggal dunia nampak kepada manusia dalam mimpi untuk membenarkan pendakwaan nabi-nabi. Ada satu cara lain yaitu orang-orang yang sudah mati bercakap-cakap kepada manusia, yakni  jika suatu umat yang secara ruhani sudah mati mereka dihidupkan kembali untuk memperoleh kehidupan ruhani baru oleh ajaran nabi mereka, maka kelahiran-baru ruhani mereka itu seakan-akan berbicara kepada orang-orang kafir dan memberikan persaksian terhadap kebenaran pendakwaan  rasul Allah  yang diutus kepada mereka.
 Ada pun makna ayat:    “dan Kami mengumpul-kan segala sesuatu berhadap-hadapan  di depan mereka,” kata-kata itu menunjuk kepada kesaksian dari berbagai-bagai benda alam yang memberi kesaksian terhadap kebenaran pendakwaan seorang nabi Allah dalam bentuk gempa, wabah, kelaparan, peperangan, dan azab-azab Ilahi lainnya. Dengan demikian alam sendiri nampaknya gusar terhadap orang-orang yang ingkar sehingga unsur-unsur alam itu sendiri memerangi mereka.
Namun semua Tanda-tanda dukungan Ilahi kepada rasul Allah tersebut tetap tidak akan kelihatan oleh orang-orang yang mata ruhaninya telah dibutakan oleh ketakaburannya,  firman-Nya:   “mereka sekali-kali tidak akan beriman, kecuali jika Allah menghendaki, tetapi kebanyakan mereka  berlaku jahil.”
    Kata-kata manusia dan jin yang terdapat pada banyak tempat dalam ayat-ayat Al-Quran bukan berarti ada dua jenis makhluk Allah yang berlainan melainkan dua golongan makhluk manusia, ins (manusia)  mengisyaratkan kepada orang-orang awam atau rakyat jelata, sedangkan  jin  dikatakan kepada orang-orang besar (pemuka kaum) yang biasa hidup memisahkan diri dari rakyat jelata dan tidak berbaur dengan mereka, boleh dikatakan tinggal tersembunyi dari penglihatan umum, firman-Nya: وَ کَذٰلِکَ جَعَلۡنَا لِکُلِّ نَبِیٍّ عَدُوًّا شَیٰطِیۡنَ الۡاِنۡسِ وَ  الۡجِنِّ  یُوۡحِیۡ بَعۡضُہُمۡ اِلٰی بَعۡضٍ زُخۡرُفَ الۡقَوۡلِ غُرُوۡرًا  -- “Dan dengan cara demikian Kami telah menjadikan musuh bagi setiap nabi yaitu syaitan-syaitan di antara manusia dan jin,  sebagian mereka membisikkan kepada sebagian lainnya kata-kata indah untuk mengelabui.  dan jika Rabb (Tuhan) engkau menghendaki mereka tidak akan mengerjakannya.
    Dengan demikian jelaslah bahwa sebutan syaitan dalam Al-Quran berkenaan dengan penentangan terhadap para rasul Allah (QS.2:15; QS.7:21-23; QS.8:49)  bukan  tertuju kepada makhluk halus -- yang juga disebut syaitan yang  wujudnya tidak kelihatan (QS.7:28) --  melain kepada orang-orang kafir  dengan dengan berbagai cara yang bathil  menghalangi umat manusia untuk beriman kepada rasul Allah yang diutus kepada mereka (QS.22:53-54).
 Makna ayat selanjutnya: Dan supaya hati orang-orang yang tidak beriman kepada akhirat cenderung kepada bisikan itu, mereka menyukainya dan supaya mereka mengusahakan apa yang sedang mereka usahakan.” Bahwa mereka terus bertahan dalam jalan kejahatan mereka. Kata-kata itu berarti pula bahwa mereka mengalami akibat-akibat buruk dari apa yang dikerjakan mereka.

Jaminan Kesuksesan Perjuangan Suci Para Rasul Allah  & “Duel Makar” yang Senantiasa Dimenangkan Allah Swt.

       Dalam firman-Nya berikut ini utusan (rasul) Allah Swt. yang hakiki senantiasa  mendapat jaminan pertolongan Allah Swt. dalam menghadapi para penentangnya yang takabbur dan zalim, firman-Nya:
اِنَّ  الَّذِیۡنَ یُحَآدُّوۡنَ اللّٰہَ وَ رَسُوۡلَہٗۤ اُولٰٓئِکَ فِی  الۡاَذَلِّیۡنَ ﴿﴾ کَتَبَ اللّٰہُ  لَاَغۡلِبَنَّ  اَنَا وَ  رُسُلِیۡ ؕ اِنَّ اللّٰہَ  قَوِیٌّ عَزِیۡزٌ ﴿﴾
Sesungguhnya orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya mereka itu termasuk orang-orang yang sangat hina.   کَتَبَ اللّٰہُ  لَاَغۡلِبَنَّ  اَنَا وَ  رُسُلِیۡ   --  Allah telah menetapkan: “Aku dan rasul-rasul-Ku  pasti akan menang.”  اِنَّ اللّٰہَ  قَوِیٌّ عَزِیۡزٌ --    Sesungguhnya Allah Maha Kuat, Maha Perkasa. (Al-Mujadalah [58]:21-22)
   Ada tersurat nyata pada lembaran-lembaran sejarah bahwa kebenaran senantiasa menang terhadap kepalsuan,  bagaimana pun hebatnya makar buruk yang dirancang oleh para  penentang Rasul Allah tersebut, firman-Nya:
وَ قَدۡ مَکَرُوۡا مَکۡرَہُمۡ وَ عِنۡدَ اللّٰہِ مَکۡرُہُمۡ ؕ وَ اِنۡ کَانَ مَکۡرُہُمۡ لِتَزُوۡلَ مِنۡہُ  الۡجِبَالُ ﴿﴾   فَلَا تَحۡسَبَنَّ اللّٰہَ مُخۡلِفَ وَعۡدِہٖ  رُسُلَہٗ ؕ اِنَّ  اللّٰہَ  عَزِیۡزٌ  ذُو انۡتِقَامٍ ﴿ؕ﴾
Dan  sungguh  mereka telah melakukan makar mereka, tetapi makar mereka ada di sisi Allah,  dan  jika sekali pun  makar mereka dapat me-mindahkan gunung-gunung. Maka janganlah engkau   menyangka  bahwa  Allah akan menyalahi janji-Nya kepada rasul-rasul-Nya, sesungguhnya  Allah Maha Perkasa, Yang memiliki pembalasan. (Ibrahim [14]:47-48).
         Makna ayat:  وَ عِنۡدَ اللّٰہِ مَکۡرُہُمۡ  -- “tetapi makar mereka ada di sisi Allah”  yaitu Allah Swt.   sungguh-sungguh mengetahui  makar buruk mereka, dan Dia akan menggagalkannya, berikut firman Allah Swt. mengenai “duel makar” antara Allah Swt. dengan para penentang Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. yang berusaha membunuh beliau  melalui penyaliban (QS.4:158-159) yang dimenangkan Allah Swt.:
فَلَمَّاۤ  اَحَسَّ عِیۡسٰی مِنۡہُمُ الۡکُفۡرَ قَالَ مَنۡ اَنۡصَارِیۡۤ اِلَی اللّٰہِ ؕ قَالَ الۡحَوَارِیُّوۡنَ نَحۡنُ اَنۡصَارُ اللّٰہِ ۚ اٰمَنَّا بِاللّٰہِ ۚ وَ اشۡہَدۡ بِاَنَّا مُسۡلِمُوۡنَ ﴿﴾ رَبَّنَاۤ  اٰمَنَّا بِمَاۤ اَنۡزَلۡتَ وَ اتَّبَعۡنَا الرَّسُوۡلَ فَاکۡتُبۡنَا مَعَ الشّٰہِدِیۡنَ ﴿﴾  وَ مَکَرُوۡا وَ مَکَرَ اللّٰہُ ؕ وَ اللّٰہُ خَیۡرُ الۡمٰکِرِیۡنَ ﴿٪﴾
Maka tatkala  Isa merasa   ada  kekafiran pada mereka yakni kaumnya ia berkata: ”Siapakah penolong-penolongku  dalam urusan Allah?” Para hawari berkata: “Kamilah  para penolong urusan Allah. Kami beriman ke-pada Allah, dan  saksikanlah bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berserah  diri.   Ya Rabb (Tuhan) kami, kami beriman kepada apa yang telah Engkau turunkan dan kami mengikuti Rasul ini maka catatlah kami bersama   orang-orang yang menjadi saksi.”  وَ مَکَرُوۡا وَ مَکَرَ اللّٰہُ ؕ   -- Dan mereka,  yakni musuh Al-Masih, merancang makar  buruk  dan Allah pun merancang makar  tandingan  وَ اللّٰہُ خَیۡرُ الۡمٰکِرِیۡنَ --  dan Allah sebaik-baik Perancang makar.  (Âli ‘Imran [3]:53-55).

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
                                                                              ***

Pajajaran Anyar,  24 April    2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Persamaan "Sunnatullaah" Mengeai "Kebinasaan Para Pendusta" Atas Nama "Allah Swt." Dalam "Al-Quran" Dengan "Sunnatullaah" Dalam "Kitab-kitab Ilhami"Dalam "Bible"

Bismillaahirrahmaanirrahiim “ARBA’IN” ARBA’IN LI-ITMÂMIL HUJJAH ‘ALAL MUKHALLIFÎN (Empat Puluh Risalah, Menyempurnakan Argu...