Sabtu, 08 April 2017

Ancaman "Pemurtadan" Dengan "Kekerasan" & Mendurhakai Perintah Allah Swt. Untuk Menjadi "Anshaarullaah" (Para Penolong Allah)


Bismillaahirrahmaanirrahiim

“ARBA’IN”

ARBA’IN LI-ITMÂMIL HUJJAH ‘ALAL MUKHALLIFÎN
(Empat Puluh Risalah, Menyempurnakan Argumen Bagi Para Penentang)

Karya
  Mirza Ghulam Ahmad a.s.
(Al-Masih Al-Mau’ud a.s.   -- Al-Masih yang Dijanjikan a.s.)

Bagian 2

ANCAMAN PEMURTADAN DENGAN KEKERASAN &  MENDURHAKAI PERINTAH ALLAH SWT. UNTUK MENJADI ANSHÂRULLÂH  (PARA PENOLONG     ALLAH)   

Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

D
alam  bagian akhir Bab sebelumnya telah dikemukakan   topik  Keampuhan “Senjata Pena” Masih Mau’ud a.s.  &  Hujjah Nabi Ibrahim a.s. Membungkan Mulut Raja Namrud yang Takabbur. Antara lain telah dijelaskan bahwa   “senjata” yang digunakan oleh Masih Mau’ud a.s. di Akhir Zaman  adalah “senjata pena”, sebab “senjata” yang digunakan  pihak lawan Islam pun – terutama dari kalangan agama Kristen --  adalah “senjata pena” berupa penerbitan berbagai literature keagamaan  yang jumlah yang tidak mampu ditandingi oleh literature yang diterbitkan oleh umat Islam, hal tersebut sesuai dengan Tanda-tanda Akhir Zaman  yang dikemukakan firman-Nya berikut ini:  وَ  اِذَا الصُّحُفُ نُشِرَتۡ   --   “dan apabila buku-buku akan disebar-luaskan” (At-Takwir [81]:11).
    Isyarat ayat ini nampaknya ditujukan kepada penyebarluasan surat-surat kabar, majalah-majalah, dan juga buku-buku, juga ditujukan kepada sistem perpustakaan dan taman-taman bacaan serta tempat-tempat dan sarana-sarana lainnya serupa itu untuk penyiaran ilmu pengetahuan di  Akhir Zaman  ini,   yang dilakukan secara khusus oleh bangsa-bangsa barat yang beragama Kristen dalam mendukung penyebaran agama mereka ke seluruh dunia.
    Jadi, perlawanan yang sepadan terhadap  serangan dengan  “senjata pena” yang dilakukan  terhadap kesempurnaan agama Islam (Al-Quran) dan  kesucian akhlak dan ruhani Nabi Besar Muhammad saw. maka  di Akhir Zaman ini pun    hal yang sama  dilakukan oleh Pendiri Jemaat Muslim Ahmadiyah  -- Masih Mau’ud a.s. – yaitu  dengan “senjata pena”   yang terbukti sangat ampuh, sebab Allah Swt. melalui wahyu-Nya telah memberi beliau gelar “Sulthan-ul-Qalam” (Raja Pena), dan  dalam wahyu Ilahi lainnya kehebatan “pena” (tulisan) beliau diibaratkan  pedangDzulfiqar” milik Sayyidina Ali bin Abi Thalib r.a.. 
   Mengapa demikian? Sebab  tulisan-tulisan Masih Mau’ud a.s. bukan saja  menangkis “serangan” mereka tetapi juga “menyerang” mereka dan membuatnya tak berdaya dan bungkam,   persis seperti kesuksesan da’wah Tauhid Ilahi yang dilakukan Nabi Ibrahim a.s.  ketika berdialog dengan raja Namrud  dalam firman-Nya berikut ini:
اَلَمۡ تَرَ اِلَی الَّذِیۡ حَآجَّ اِبۡرٰہٖمَ فِیۡ رَبِّہٖۤ اَنۡ اٰتٰىہُ اللّٰہُ الۡمُلۡکَ ۘ اِذۡ  قَالَ اِبۡرٰہٖمُ رَبِّیَ الَّذِیۡ یُحۡیٖ وَ یُمِیۡتُ ۙ قَالَ اَنَا اُحۡیٖ وَ اُمِیۡتُ ؕ قَالَ اِبۡرٰہٖمُ  فَاِنَّ اللّٰہَ یَاۡتِیۡ بِالشَّمۡسِ مِنَ الۡمَشۡرِقِ فَاۡتِ بِہَا مِنَ الۡمَغۡرِبِ فَبُہِتَ الَّذِیۡ کَفَرَ ؕ وَ اللّٰہُ لَا یَہۡدِی الۡقَوۡمَ الظّٰلِمِیۡنَ ﴿﴾ۚ
Apakah engkau tidak  memperhatikan orang yang membantah Ibrahim mengenai Rabb-nya (Tuhan-nya) karena Allah telah memberi kerajaan kepadanya? Ketika Ibrahim berkata:  Rabb-ku (Tuhan-ku) adalah Yang menghidupkan dan mematikan.” Ia yakni Namrud menjawab: “Aku pun  berkuasa menghidupkan dan mematikan.” Ibrahim berkata: “Sesungguhnya Allah menerbitkan  matahari dari timur, maka terbitkanlah  matahari itu dari barat!” Lalu  terdiam kebingungan  orang yang kafir itu, dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang zalim. (Al-Baqarah [2]:259).

Lontaran “Fitnah” dan “Hoax” dan Kezaliman  Terhadap  Para Pengikut Masih Mau’ud a.s. Penyulut “Kobaran Api kezaliman

       Nabi Ibrahim a.s.  itu seorang pemberantas-berhala besar. Kaumnya menyembah matahari dan bintang-bintang, dewa utama mereka ialah Madruk yang asalnya dewa pagi dan matahari musim semi (Encyclopaedia Biblica  dan Encyclopaedia of  Religions  and   Ethics. II. 296). Mereka percaya bahwa semua kehidupan bergantung pada matahari.
       Nabi Ibrahim a.s.   dengan bijaksana meminta raja orang musyrik itu – yakni Namrud (Nimrod)  --  seandainya benar  mengaku dapat mengatur hidup dan mati, agar mengubah jalan tempuhan matahari yang padanya bergantung segala kehidupan itu.
      Raja orang kafir itu pun kebingungan. Ia tidak dapat mengatakan tak dapat menerima tantangan  Nabi  Ibrahim  a.s  untuk menyuruh matahari beredar dari barat ke timur; sebab  hal demikian akan membatalkan pengakuannya sendiri sebagai pengatur hidup dan mati, dan bila ia mengatakan dapat berbuat demikian  maka itu berarti ia menguasai matahari tetapi niscaya merupakan suatu penghinaan besar pada pandangan kaumnya, penyembah matahari. Dengan demikian ia sama sekali menjadi bingung dan tidak tahu apa yang harus dikatakan olehnya.
       Sebagaimana para penentang para rasul Allah di zaman purbakala ketika dalil-dalil kemusyrikan mereka dibungkam oleh dalil-dalil para nabi Allah  yang tak terbantahkan selalu melakukan tindakan kezaliman secara fisik – contohnya Nabi Ibrahim a.s. dilemparkan ke dalam kobaran api  atas perintah raja Namrud  (QS.21:52-71)  --  demikian pula berbagai macam hujjah (dalil-dalil) yang dikemukakan oleh Mirza Ghulam Ahmad a.s. dalam  membuktikan kesempurnaan agama Islam (Al-Quran) dan kesucian akhlak dan ruhani Nabi Besar Muhammad  saw.  sangat luar-biasa, sehingga membuat “bungkam” para penentang beliau, dan “serangan” mereka pun akhirnya berubah menjadi berbagai bentuk fitnah  -- yakni HOAX –   sehingga  di Akhir Zaman ini umumnya masyarakat luas memperoleh informasi yang sesat dan menyesatkan mengenai misi suci beliau a.s. dan Jemaat Muslim Ahmadiyah serta  mengakibatkan terjadinya berbagai bentuk  kezaliman secara fisik  terhadap  Jemaat Muslim Ahmadiyah, berbagai “kobaran api fitnah”  dan kezaliman secara fisik – terutama di  Republik Islam  Pakistan  --  membuktikan kebenaran firman Allah Swt. berikut ini:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ ﴿﴾  وَ السَّمَآءِ  ذَاتِ الۡبُرُوۡجِ ۙ﴿﴾   وَ الۡیَوۡمِ الۡمَوۡعُوۡدِ ۙ﴿﴾   وَ شَاہِدٍ وَّ مَشۡہُوۡدٍ ؕ﴿﴾  قُتِلَ اَصۡحٰبُ الۡاُخۡدُوۡدِ ۙ﴿﴾   النَّارِ ذَاتِ الۡوَقُوۡدِ ۙ﴿﴾   اِذۡ ہُمۡ عَلَیۡہَا قُعُوۡدٌ ۙ﴿﴾   وَّ ہُمۡ عَلٰی مَا یَفۡعَلُوۡنَ بِالۡمُؤۡمِنِیۡنَ شُہُوۡدٌ  ؕ﴿﴾ وَ مَا نَقَمُوۡا مِنۡہُمۡ  اِلَّاۤ  اَنۡ یُّؤۡمِنُوۡا بِاللّٰہِ الۡعَزِیۡزِ  الۡحَمِیۡدِ ۙ﴿﴾  الَّذِیۡ لَہٗ  مُلۡکُ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ ؕ وَ اللّٰہُ  عَلٰی کُلِّ شَیۡءٍ شَہِیۡدٌ ؕ﴿﴾
Aku baca  dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang.  Demi langit yang memiliki  gugusan-gugusan bintang,   dan demi Hari yang dijanjikan,  dan demi saksi  dan yang disaksikan.   Binasalah para pemilik parit,   yaitu Api yang dinyalakan dengan bahan bakar.    Ketika mereka duduk  di sekitarnya.   Dan mereka menjadi saksi atas apa yang dilakukan mereka terhadap orang-orang beriman.   Dan mereka sekali-kali tidak menaruh dendam terhadap mereka itu melainkan hanya karena mereka beriman kepada Allah  Yang Maha Perkasa, Maha Terpuji, Yang kepunyaan-Nya kerajaan seluruh langit dan bumi, dan Allah menjadi Saksi atas segala sesuatu.   (Al-Burūj [85]:1-10).

Makna “Hari yang Dijanjikan”  &  Sang “Saksi” dan “Yang Diberi Kesaksian

 Makna ayat  وَ السَّمَآءِ  ذَاتِ الۡبُرُوۡجِ  -- “Demi langit yang memiliki  gugusan-gugusan bintang,” mengisyaratkan kepada mujaddid-mujaddid atau 12  gugusan bintang di cakrawala ruhani Islam, yang akan membuat cahaya Islam berkilauan terus sesudah matahari ruhani terbenam, yaitu  sesudah 3 abad Islam paling baik berlalu, sehingga membawa akibat tersebarnya kege-lapan ruhani di seluruh dunia (QS.32:6). Para mujaddid itu akan memberikan kesaksian mengenai kebesaran Islam, kebenaran Al-Quran dan kebenaran  Nabi Besar Muhammad saw..
   Makna   “Hari yang dijanjikan”  dalam ayat: وَ الۡیَوۡمِ الۡمَوۡعُوۡدِ  -- “dan demi Hari yang dijanjikan”   dapat berarti hari ketika  Masih Mau’ud a.s. sebagai Rasul Akhir Zaman akan dibangkitkan untuk mendatangkan kebangkitan kembali Islam (QS.62:3-4; QS.61:10) setelah mengalama masa kemunduran ruhani  dan duniawi  secara berangsur-angsur selama 1000 tahun (QS.32:6).
     Pada hakikatnya banyak “hari” semacam itu dalam sejarah Islam yang dapat disebut “Hari yang dijanjikan”, seperti hari Pertempuran Badar – yang disebut sebagai yaumal-furqān (hari pembeda antara haq dan bathil  – QS.8:42);  hari ketika Pertempuran Khandak yang berkesudahan dengan kejayaan besar Nabi Besar Muhammad saw.,  dan hari jatuhnya Mekkah (Fatah Mekkah).
   Tetapi “Hari yang dijanjikan” yang paripurna itu ialah masa kebangkitan kedua-kalinya Nabi Besar Muhammad saw.  dalam pribadi wakil beliau  saw. – yakni Masih Mau’ud a.s. (QS.62:3-4) atau misal Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (QS.43:58)  -- pada abad ke-14 Hijrah ketika agama Islam akan memperoleh kehidupan baru dan akan menang atas semua agama lainnya (QS.61:10).
   “Hari yang dijanjikan” itu dapat pula berarti  hari ketika orang-orang bertakwa akan merasakan kelezatan nikmat pertemuan dengan Rabb (Tuhan) mereka yakni ketika meraih tingkatan keadaan nafs Muthmainnah (jiwa yang tentram – QS.89:28-31) dalam kehidupan di dunia ini juga.
   Makna ayat:  وَ شَاہِدٍ وَّ مَشۡہُوۡدٍ  -- “Dan demi saksi  dan yang disaksikan.“ Tiap nabi Allah  atau mushlih rabbani adalah syāhid, yaitu yang  memberi kesaksian, disebabkan beliau seorang saksi hidup akan adanya Allah Swt., dan beliau itu pun masyhud (yang diberi kesaksian) sebab Allah Swt.   memberi kesaksian akan kebenarannya dengan memperlihatkan Tanda-tanda dan mukjizat-mukjizat di tangannya.
     Tetapi di sini, seperti nampak dari teks, syahid adalah   Masih Mau’ud a.s.,  dan masyhūd (yang diberi kesaksian) adalah Nabi Besar Muhammad saw.  , dan ayat ini mengandung arti bahwa Masih Mau’ud a.s.     -- melalui berbagai kecintaannya dan pengkhidmatannya yang luar-biasa  terhadap  agama Islam (Al-Quran) dan kesucian Nabi Besar Muhammad saw.   -- akan memberi kesaksian akan kebenaran Nabi Besar Muhammad saw. melalui  uraian-uraian, tabligh-tabligh, dan tulisan-tulisan beliau a.s. dan dengan Tanda-tanda Ilahi yang akan ditampakkan Allah Swt. di tangan beliau a.s..
     Masih Mau’ud a.s.  akan memberikan kesaksian pula dalam arti bahwa dalam wujud beliau nubuatan Nabi Besar Muhammad saw. sendiri telah memberi kesaksian akan kebenaran beliau saw., firman-Nya: 
اَفَمَنۡ کَانَ عَلٰی بَیِّنَۃٍ مِّنۡ رَّبِّہٖ وَ یَتۡلُوۡہُ شَاہِدٌ مِّنۡہُ وَ مِنۡ قَبۡلِہٖ  کِتٰبُ مُوۡسٰۤی اِمَامًا وَّ  رَحۡمَۃً ؕ اُولٰٓئِکَ یُؤۡمِنُوۡنَ بِہٖ ؕ وَ مَنۡ یَّکۡفُرۡ بِہٖ مِنَ الۡاَحۡزَابِ فَالنَّارُ مَوۡعِدُہٗ ۚ فَلَا تَکُ فِیۡ مِرۡیَۃٍ  مِّنۡہُ ٭ اِنَّہُ الۡحَقُّ مِنۡ رَّبِّکَ وَ لٰکِنَّ اَکۡثَرَ  النَّاسِ لَا  یُؤۡمِنُوۡنَ ﴿﴾
Maka  apakah orang yang berdiri atas dalil yang nyata dari Rabb-nya (Tuhan-nya) وَ یَتۡلُوۡہُ شَاہِدٌ مِّنۡہُ -- dan  ia akan disusul pula oleh seorang saksi dari-Nya untuk memuktikan kebenarannya,  وَ مِنۡ قَبۡلِہٖ  کِتٰبُ مُوۡسٰۤی اِمَامًا وَّ  رَحۡمَۃً -- dan yang sebelumnya telah didahului oleh Kitab Musa sebagai penyuluh dan rahmat, dapat dikatakan seorang penipu? Mereka itu beriman kepadanya, dan barangsiapa dari golongan  itu kafir kepadanya maka Api akan menjadi tempat yang dijanjikan baginya.  Karena itu  janganlah engkau ragu-ragu mengenainya, sesungguhnya itu adalah haq dari Rabb (Tuhan) engkau  tetapi ke-banyakan manusia tidak beriman (Hūd [11]:18).
Firman-Nya lagi: 
  ہُوَ الَّذِیۡ  بَعَثَ فِی  الۡاُمِّیّٖنَ  رَسُوۡلًا مِّنۡہُمۡ  یَتۡلُوۡا عَلَیۡہِمۡ  اٰیٰتِہٖ  وَ  یُزَکِّیۡہِمۡ وَ  یُعَلِّمُہُمُ  الۡکِتٰبَ وَ  الۡحِکۡمَۃَ ٭ وَ  اِنۡ کَانُوۡا مِنۡ  قَبۡلُ  لَفِیۡ ضَلٰلٍ  مُّبِیۡنٍ ۙ﴿﴾  وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ  لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ  الۡعَزِیۡزُ  الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾  ذٰلِکَ فَضۡلُ اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ یَّشَآءُ ؕ وَ اللّٰہُ  ذُو الۡفَضۡلِ الۡعَظِیۡمِ ﴿﴾
Dia-lah Yang telah membangkitkan di kalangan bangsa yang buta huruf seorang  rasul dari antara mereka, yang membacakan kepada mereka Tanda-tanda-Nyamensucikan mereka, dan mengajarkan kepada me-reka Kitab dan Hikmah وَ  اِنۡ کَانُوۡا مِنۡ  قَبۡلُ  لَفِیۡ ضَلٰلٍ  مُّبِیۡنٍ  --   walaupun sebelumnya mereka berada dalam ke-sesatan yang nyata,  وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ  لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ  الۡعَزِیۡزُ  الۡحَکِیۡمُ --  Dan juga akan membangkitkan-nya pada kaum lain dari antara mereka, yang belum bertemu dengan mereka.  Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana. ذٰلِکَ فَضۡلُ اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ یَّشَآءُ ؕ وَ اللّٰہُ  ذُو الۡفَضۡلِ الۡعَظِیۡمِ --  Itulah karunia Allah, Dia menganugerahkannya kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah mempunyai karunia yang besar. (Al-Jumu’ah [62]:3-5).
   Dengan demikian Nabi Besar Muhammad saw.  dan Masih Mau’ud a.s.   itu bersama-sama  secara timbal-balik merupakan syāhid  (saksi) dan masyhūd  (yang diberi kesaksian): وَ شَاہِدٍ وَّ مَشۡہُوۡدٍ  -- “Dan demi saksi  dan yang disaksikan“ (Al-Burūj [85]:4).

Para Pembuat “Parit Api” di Berbagai Zaman Kenabian

  Ada pun makna ayat:  قُتِلَ اَصۡحٰبُ الۡاُخۡدُوۡدِ   -- “Binasalah para pemilik parit, النَّارِ ذَاتِ الۡوَقُوۡدِ --    yaitu Api yang dinyalakan dengan bahan bakar,   اِذۡ ہُمۡ عَلَیۡہَا قُعُوۡدٌ -- ketika mereka duduk di sekitarnya.“  Menurut sebagian ahli tafsir Al-Quran, ayat ini dianggap menunjuk kepada pembakaran sampai mati beberapa orang Kristen oleh raja Yahudi, Dzu Nawas, dari Yaman. Menurut sebagian lain  ayat ini mengisyaratkan kepada peristiwa dilemparkannya  beberapa pemimpin Bani Israil ke dalam tanur-tanur (tungku-tungku) yang sedang menyala-nyala, dilakukan oleh Raja Nebukadnezar dari Babil (Dan. 3:19-22).
     Ayat ini lebih tepat dapat ditujukan kepada musuh-musuh kebenaran yang di masa setiap mushlih rabbani (nabi Allah), yang  menentang keras dan menganiaya orang-orang yang beriman. Ayat ini tidaklah dimaksudkan di sini untuk menunjuk kepada suatu kejadian di masa lampau yang kebenarannya meragukan.
  Dalam ayat ke-3 Allah Swt. bersumpah dengan “Hari yang dijanjikan”. Dalam ayat ini dan dalam beberapa ayat berikutnya, nampaknya diisyaratkan bahwa para pengikut Masih Mau’ud a.s. di Akhir Zaman ini  harus menghadapi kesulitan-kesulitan berat pada “hari besar”  itu dari para penentang mereka yang aniaya.
  Dalam ayat 5-9 disebutkan mengenai musuh-musuh kebenaran yang menyalakan kobaran  api penganiayaan terhadap orang-orang beriman yang bertakwa  di tiap kurun zaman serta membiarkannya tetap bernyala. Kesudahan tragis  mereka  dinubuatkan dalam ayat 11.
   Makna ayat:    “Dan mereka menjadi saksi atas apa yang dilakukan mereka terhadap orang-orang beriman.“ Musuh-musuh kebenaran  yang dibawa para  rasul Allah mengetahui dalam lubuk hati mereka bahwa perlawanan dari pihak mereka itu kejam dan tidak dapat dibenarkan dan bahwa korban sasaran penganiayaan mereka itu tidak berdosa.
    Ayat selanjutnya:   وَ مَا نَقَمُوۡا مِنۡہُمۡ  اِلَّاۤ  اَنۡ یُّؤۡمِنُوۡا بِاللّٰہِ الۡعَزِیۡزِ  الۡحَمِیۡدِ  -- “Dan mereka sekali-kali tidak menaruh dendam terhadap mereka itu melainkan hanya karena mereka beriman kepada Allah,“ penuh dengan perasaan pilu hati yang amat sangat. Ayat ini mempertanyakan bahwa   apakah kebenaran keimanan kepada Allah Swt.  yang dibawa para rasul Allah itu seakan-akan merupakan perbuatan yang sangat jahat, sehingga para penganutnya harus diperlakukan sekejam itu?
    Kenyataan itu pulalah yang  dikatakan oleh ahli-ahli sihir Fir’aun yang karena    beriman  kepada Allah Swt. lalu mendapat intimidasi dari Fir’aun firman-Nya:
وَ اَوۡحَیۡنَاۤ  اِلٰی مُوۡسٰۤی اَنۡ اَلۡقِ عَصَاکَ ۚ فَاِذَا  ہِیَ تَلۡقَفُ  مَا  یَاۡفِکُوۡنَ ﴿﴾ۚ فَوَقَعَ الۡحَقُّ وَ بَطَلَ مَا کَانُوۡا یَعۡمَلُوۡنَ ﴿﴾ۚ فَغُلِبُوۡا ہُنَالِکَ وَ انۡقَلَبُوۡا صٰغِرِیۡنَ ﴿﴾ۚ وَ اُلۡقِیَ  السَّحَرَۃُ  سٰجِدِیۡنَ ﴿﴾ۚۖ قَالُوۡۤا  اٰمَنَّا  بِرَبِّ الۡعٰلَمِیۡنَ ﴿﴾ۙ رَبِّ  مُوۡسٰی  وَ ہٰرُوۡنَ﴿﴾ قَالَ فِرۡعَوۡنُ اٰمَنۡتُمۡ بِہٖ قَبۡلَ اَنۡ اٰذَنَ لَکُمۡ ۚ اِنَّ ہٰذَا لَمَکۡرٌ  مَّکَرۡتُمُوۡہُ فِی الۡمَدِیۡنَۃِ  لِتُخۡرِجُوۡا مِنۡہَاۤ  اَہۡلَہَا ۚ فَسَوۡفَ تَعۡلَمُوۡنَ ﴿﴾ لَاُقَطِّعَنَّ اَیۡدِیَکُمۡ وَ اَرۡجُلَکُمۡ مِّنۡ خِلَافٍ ثُمَّ لَاُصَلِّبَنَّکُمۡ اَجۡمَعِیۡنَ ﴿﴾ قَالُوۡۤا اِنَّاۤ  اِلٰی رَبِّنَا مُنۡقَلِبُوۡنَ ﴿﴾ۚ وَ مَا تَنۡقِمُ مِنَّاۤ  اِلَّاۤ  اَنۡ  اٰمَنَّا بِاٰیٰتِ رَبِّنَا لَمَّا جَآءَتۡنَا ؕ رَبَّنَاۤ  اَفۡرِغۡ عَلَیۡنَا صَبۡرًا  وَّ تَوَفَّنَا مُسۡلِمِیۡنَ﴿﴾٪
Dan Kami mewahyukan kepada Musa:  ”Lemparkanlah tongkat engkau!” Maka tiba-tiba tongkat itu nampak seperti menelan  apa yang   dibuat-buat mereka.  Maka tegaklah yang benar dan lenyaplah yang telah mereka ker-jakan.   Lalu  mereka dikalahkan di situ dan kembalilah mereka dalam keadaan terhina.  Dan   tukang-tukang sihir itu jatuh bersujud.   Mereka berkata: “Kami beriman kepada Rabb (Tuhan) seluruh alam.  Rabb (Tuhan) Musa dan Harun.”  قَالَ فِرۡعَوۡنُ اٰمَنۡتُمۡ بِہٖ قَبۡلَ اَنۡ اٰذَنَ لَکُمۡ ۚ اِنَّ ہٰذَا لَمَکۡرٌ  مَّکَرۡتُمُوۡہُ فِی الۡمَدِیۡنَۃِ  لِتُخۡرِجُوۡا مِنۡہَاۤ  اَہۡلَہَا ۚ فَسَوۡفَ تَعۡلَمُوۡنَ  --  Fir’aun berkata: “Apakah kamu telah beriman terhadapnya sebelum kamu aku beri izin? Sesungguhnya  ini  benar-benar makar yang   kamu telah merancangnya  dalam kota supaya kamu dapat mengusir penduduknya  dari kota maka kamu segera akan  mengetahui akibatnya.  لَاُقَطِّعَنَّ اَیۡدِیَکُمۡ وَ اَرۡجُلَکُمۡ مِّنۡ خِلَافٍ ثُمَّ لَاُصَلِّبَنَّکُمۡ اَجۡمَعِیۡنَ  --       Niscaya aku akan memotong tangan kamu dan kaki kamu karena pembangkanganmu, kemudian niscaya aku akan menyalib kamu semua-nya.” قَالُوۡۤا اِنَّاۤ  اِلٰی رَبِّنَا مُنۡقَلِبُوۡنَ  --   Mereka berkata: “Sesungguhnya Kami  kepada Rabb (Tuhan) kamilah  akan kembali,   وَ مَا تَنۡقِمُ مِنَّاۤ  اِلَّاۤ  اَنۡ  اٰمَنَّا بِاٰیٰتِ رَبِّنَا لَمَّا جَآءَتۡنَا    -- dan  sekali-kali tidaklah  engkau menuntut balas dari kami melainkan karena kami telah beriman kepada Tanda-tanda Rabb (Tuhan) kami tatkala Tanda-tanda itu datang kepada kami. رَبَّنَاۤ  اَفۡرِغۡ عَلَیۡنَا صَبۡرًا  وَّ تَوَفَّنَا مُسۡلِمِیۡنَ  --  Ya  Rabb (Tuhan) kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami dan wafatkanlah kami dalam keadaan berserah diri.” (Al-A’rāf [7]:118-127).

Kedahsyatan  Cengkraman  Azab Ilahi  yang Berulang

         Kembali kepada  firman Allah Swt. dalam surah Al-Burūj, selanjutnya Allah Swt. berfirman mengenai  akibat buruk  yang pasti akan dialami oleh para pembuat “parit api” yang sangat zalim tersebut:
اِنَّ  الَّذِیۡنَ فَتَنُوا الۡمُؤۡمِنِیۡنَ وَ الۡمُؤۡمِنٰتِ ثُمَّ  لَمۡ یَتُوۡبُوۡا فَلَہُمۡ عَذَابُ جَہَنَّمَ وَ لَہُمۡ عَذَابُ الۡحَرِیۡقِ ﴿ؕ﴾  اِنَّ الَّذِیۡنَ  ٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ لَہُمۡ جَنّٰتٌ تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِہَا الۡاَنۡہٰرُ ۬ؕؑ ذٰلِکَ الۡفَوۡزُ الۡکَبِیۡرُ ﴿ؕ﴾ اِنَّ بَطۡشَ رَبِّکَ لَشَدِیۡدٌ ﴿ؕ﴾  اِنَّہٗ  ہُوَ  یُبۡدِئُ وَ یُعِیۡدُ ﴿ۚ﴾   وَ ہُوَ الۡغَفُوۡرُ الۡوَدُوۡدُ ﴿ۙ﴾  ذُو الۡعَرۡشِ الۡمَجِیۡدُ ﴿ۙ﴾  فَعَّالٌ لِّمَا یُرِیۡدُ ﴿ؕ﴾ ہَلۡ  اَتٰىکَ حَدِیۡثُ الۡجُنُوۡدِ ﴿ۙ﴾  فِرۡعَوۡنَ وَ ثَمُوۡدَ ﴿ؕ﴾  بَلِ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا فِیۡ تَکۡذِیۡبٍ ﴿ۙ﴾  وَّ اللّٰہُ  مِنۡ  وَّرَآئِہِمۡ  مُّحِیۡطٌ ﴿ۚ﴾  بَلۡ ہُوَ  قُرۡاٰنٌ  مَّجِیۡدٌ ﴿ۙ﴾  فِیۡ  لَوۡحٍ مَّحۡفُوۡظٍ ﴿٪﴾
Sesungguhnya orang-orang yang menyiksa orang-orang beriman  laki-laki dan  perempuan  kemudian mereka tidak bertaubatفَلَہُمۡ عَذَابُ جَہَنَّمَ وَ لَہُمۡ عَذَابُ الۡحَرِیۡقِ --  maka bagi mereka azab Jahannam dan bagi mereka azab yang membakar  اِنَّ الَّذِیۡنَ  ٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ لَہُمۡ جَنّٰتٌ تَجۡرِیۡ مِنۡ تَحۡتِہَا الۡاَنۡہٰرُ ۬ؕؑ ذٰلِکَ الۡفَوۡزُ الۡکَبِیۡرُ  --    Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh bagi mereka ada kebun-kebun yang di bawahnya mengalir sungai-sungai, yang demikian itu merupakan keberhasilan besar. اِنَّ بَطۡشَ رَبِّکَ لَشَدِیۡدٌ  --  Sesungguhnya  cengkraman Rabb (Tuhan) engkau sangat keras. اِنَّہٗ  ہُوَ  یُبۡدِئُ وَ یُعِیۡدُ -- Sesungguhnya  Dia-lah  Yang memulai penciptaan dan mengulanginya.     Dan Dia Maha Pengampun, Maha Pencinta.   Pemilik ‘Arasy, Yang Maha Mulia, فَعَّالٌ لِّمَا یُرِیۡدُ  --  Yang melakukan apa yang Dia kehendaki.  ہَلۡ  اَتٰىکَ حَدِیۡثُ الۡجُنُوۡدِ  --  Apakah telah datang kepada engkau cerita lasykar-lasykar? فِرۡعَوۡنَ وَ ثَمُوۡدَ  -- Yaitu lasykar Fir’aun dan Tsamud.  بَلِ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا فِیۡ تَکۡذِیۡبٍ --  Bahkan orang-orang  kafir selalu mendustakan, وَّ اللّٰہُ  مِنۡ  وَّرَآئِہِمۡ  مُّحِیۡطٌ  --   padahal Allah mengepung mereka   dari belakang mereka. بَلۡ ہُوَ  قُرۡاٰنٌ  مَّجِیۡدٌ ﴿  --   Bahkan yang didustakan ia adalah Al-Quran yang sangat mulia,   فِیۡ  لَوۡحٍ مَّحۡفُوۡظٍ -- yang tersimpan  dalam  papan yang terjaga.   (Al-Burūj [85]:11-23).
   Makna ayat  اِنَّ بَطۡشَ رَبِّکَ لَشَدِیۡدٌ  --  Sesungguhnya  cengkraman Rabb (Tuhan) engkau sangat keras  اِنَّہٗ  ہُوَ  یُبۡدِئُ وَ یُعِیۡدُ   -- Sesungguhnya  Dia-lah  Yang memulai penciptaan dan mengulanginya.  Allah Swt.  pasti menghukum orang-orang yang berlaku zalim terhadap orang-orang yang beriman kepada para  rasul Allah di dunia dan juga di akhirat.
    Makna ayat: بَلۡ ہُوَ  قُرۡاٰنٌ  مَّجِیۡدٌ ﴿  --   Bahkan yang didustakan ia adalah Al-Quran yang sangat mulia,   فِیۡ  لَوۡحٍ مَّحۡفُوۡظٍ -- yang tersimpan  dalam  papan yang terjaga  mengandung suatu nubuatan yang bernadakan tantangan, bahwa Al-Quran dijaga terhadap segala macam campur tangan dan upaya pemutarbalikkan oleh manusia (QS.15:10), demikian juga berbagai Sunnatullah nubuatan yang terdapat di dalamnya pasti akan terjadi, baik berkenaan dengan  para rasul Allah  serta orang-orang yang beriman maupun  para penentangnya    yang zalim.

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
                                                                              ***

Pajajaran Anyar,  6 April  2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Persamaan "Sunnatullaah" Mengeai "Kebinasaan Para Pendusta" Atas Nama "Allah Swt." Dalam "Al-Quran" Dengan "Sunnatullaah" Dalam "Kitab-kitab Ilhami"Dalam "Bible"

Bismillaahirrahmaanirrahiim “ARBA’IN” ARBA’IN LI-ITMÂMIL HUJJAH ‘ALAL MUKHALLIFÎN (Empat Puluh Risalah, Menyempurnakan Argu...