Bismillaahirrahmaanirrahiim
“ARBA’IN”
ARBA’IN LI-ITMÂMIL HUJJAH ‘ALAL MUKHALLIFÎN
(Empat Puluh Risalah, Menyempurnakan Argumen Bagi Para
Penentang)
Karya
Mirza Ghulam Ahmad
a.s.
(Al-Masih Al-Mau’ud a.s.
-- Al-Masih yang Dijanjikan a.s.)
Bagian 2
ANCAMAN PEMURTADAN DENGAN KEKERASAN & MENDURHAKAI PERINTAH ALLAH SWT. UNTUK MENJADI ANSHÂRULLÂH
(PARA PENOLONG ALLAH)
Oleh
Ki Langlang Buana
Kusuma
D
|
alam bagian akhir Bab sebelumnya telah
dikemukakan topik Keampuhan “Senjata Pena”
Masih Mau’ud a.s. & Hujjah
Nabi Ibrahim a.s. Membungkan Mulut
Raja Namrud yang Takabbur. Antara lain telah dijelaskan bahwa “senjata”
yang digunakan oleh Masih Mau’ud a.s.
di Akhir Zaman adalah “senjata
pena”, sebab “senjata” yang
digunakan pihak lawan Islam pun – terutama dari kalangan agama Kristen -- adalah “senjata pena” berupa penerbitan berbagai literature keagamaan yang
jumlah yang tidak mampu ditandingi
oleh literature yang diterbitkan oleh
umat Islam, hal tersebut sesuai
dengan Tanda-tanda Akhir Zaman yang dikemukakan firman-Nya berikut ini: وَ اِذَا الصُّحُفُ نُشِرَتۡ -- “dan apabila buku-buku akan disebar-luaskan” (At-Takwir [81]:11).
Isyarat ayat ini nampaknya ditujukan kepada
penyebarluasan surat-surat kabar, majalah-majalah, dan juga buku-buku, juga ditujukan kepada sistem perpustakaan dan taman-taman bacaan serta tempat-tempat dan sarana-sarana lainnya
serupa itu untuk penyiaran ilmu
pengetahuan di Akhir Zaman ini, yang dilakukan secara khusus oleh bangsa-bangsa barat yang beragama Kristen dalam mendukung penyebaran agama mereka ke seluruh dunia.
Jadi, perlawanan yang sepadan terhadap serangan dengan “senjata
pena” yang dilakukan terhadap
kesempurnaan agama Islam (Al-Quran)
dan kesucian
akhlak dan ruhani Nabi Besar
Muhammad saw. maka di Akhir Zaman ini pun hal yang sama dilakukan oleh Pendiri Jemaat Muslim Ahmadiyah
-- Masih Mau’ud a.s. –
yaitu dengan “senjata pena” yang terbukti
sangat ampuh, sebab Allah Swt.
melalui wahyu-Nya telah memberi
beliau gelar “Sulthan-ul-Qalam” (Raja
Pena), dan dalam wahyu Ilahi lainnya kehebatan “pena”
(tulisan) beliau diibaratkan pedang “Dzulfiqar” milik Sayyidina Ali bin Abi Thalib r.a..
Mengapa demikian?
Sebab tulisan-tulisan Masih Mau’ud a.s. bukan saja menangkis
“serangan” mereka tetapi juga “menyerang”
mereka dan membuatnya tak berdaya dan
bungkam, persis seperti kesuksesan da’wah Tauhid Ilahi yang dilakukan Nabi
Ibrahim a.s. ketika berdialog dengan raja Namrud
dalam firman-Nya berikut ini:
اَلَمۡ تَرَ اِلَی الَّذِیۡ حَآجَّ
اِبۡرٰہٖمَ فِیۡ رَبِّہٖۤ اَنۡ اٰتٰىہُ اللّٰہُ الۡمُلۡکَ ۘ اِذۡ قَالَ اِبۡرٰہٖمُ رَبِّیَ الَّذِیۡ یُحۡیٖ وَ
یُمِیۡتُ ۙ قَالَ اَنَا اُحۡیٖ وَ اُمِیۡتُ ؕ قَالَ اِبۡرٰہٖمُ فَاِنَّ اللّٰہَ یَاۡتِیۡ بِالشَّمۡسِ مِنَ
الۡمَشۡرِقِ فَاۡتِ بِہَا مِنَ الۡمَغۡرِبِ فَبُہِتَ الَّذِیۡ کَفَرَ ؕ وَ اللّٰہُ
لَا یَہۡدِی الۡقَوۡمَ الظّٰلِمِیۡنَ ﴿﴾ۚ
Apakah engkau tidak memperhatikan orang yang membantah Ibrahim
mengenai Rabb-nya (Tuhan-nya) karena Allah
telah memberi kerajaan kepadanya? Ketika Ibrahim berkata: ”Rabb-ku (Tuhan-ku) adalah Yang
menghidupkan dan mematikan.” Ia yakni
Namrud menjawab: “Aku pun berkuasa menghidupkan dan mematikan.” Ibrahim berkata: “Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah matahari itu dari barat!”
Lalu terdiam kebingungan orang
yang kafir itu, dan Allah tidak
memberi petunjuk kepada kaum yang zalim. (Al-Baqarah [2]:259).
Lontaran “Fitnah” dan “Hoax” dan Kezaliman Terhadap
Para Pengikut Masih Mau’ud
a.s. Penyulut “Kobaran Api kezaliman”
Nabi Ibrahim a.s. itu seorang pemberantas-berhala besar. Kaumnya menyembah matahari dan bintang-bintang,
dewa utama mereka ialah Madruk yang
asalnya dewa pagi dan matahari musim semi (Encyclopaedia
Biblica dan Encyclopaedia of Religions and
Ethics. II. 296). Mereka percaya bahwa semua
kehidupan bergantung pada matahari.
Nabi Ibrahim a.s.
dengan bijaksana meminta raja orang musyrik itu – yakni Namrud (Nimrod) -- seandainya benar mengaku dapat mengatur hidup dan mati,
agar mengubah jalan tempuhan matahari yang padanya bergantung segala kehidupan itu.
Raja orang kafir itu pun kebingungan. Ia tidak dapat mengatakan tak dapat menerima tantangan Nabi
Ibrahim a.s untuk menyuruh matahari beredar dari barat
ke timur; sebab hal demikian akan membatalkan pengakuannya sendiri sebagai pengatur hidup dan mati,
dan bila ia mengatakan dapat berbuat
demikian maka itu berarti ia menguasai matahari tetapi niscaya
merupakan suatu penghinaan besar pada
pandangan kaumnya, penyembah matahari.
Dengan demikian ia sama sekali menjadi bingung
dan tidak tahu apa yang harus dikatakan
olehnya.
Sebagaimana para penentang para rasul Allah di zaman purbakala ketika dalil-dalil kemusyrikan mereka dibungkam
oleh dalil-dalil para nabi Allah yang tak
terbantahkan selalu melakukan tindakan kezaliman
secara fisik – contohnya Nabi Ibrahim a.s. dilemparkan ke dalam kobaran api atas perintah raja Namrud
(QS.21:52-71) -- demikian pula berbagai macam hujjah (dalil-dalil) yang dikemukakan
oleh Mirza Ghulam Ahmad a.s.
dalam membuktikan kesempurnaan agama Islam (Al-Quran) dan kesucian akhlak dan ruhani
Nabi Besar Muhammad saw. sangat luar-biasa,
sehingga membuat “bungkam” para penentang beliau, dan “serangan” mereka pun akhirnya berubah
menjadi berbagai bentuk fitnah -- yakni HOAX
– sehingga di Akhir
Zaman ini umumnya masyarakat luas
memperoleh informasi yang sesat dan menyesatkan mengenai misi
suci beliau a.s. dan Jemaat Muslim
Ahmadiyah serta mengakibatkan
terjadinya berbagai bentuk kezaliman secara fisik terhadap Jemaat
Muslim Ahmadiyah, berbagai “kobaran
api fitnah” dan kezaliman secara fisik – terutama
di Republik
Islam Pakistan
-- membuktikan kebenaran firman Allah Swt. berikut ini:
بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ ﴿﴾ وَ السَّمَآءِ ذَاتِ الۡبُرُوۡجِ ۙ﴿﴾ وَ
الۡیَوۡمِ الۡمَوۡعُوۡدِ ۙ﴿﴾ وَ
شَاہِدٍ وَّ مَشۡہُوۡدٍ ؕ﴿﴾ قُتِلَ
اَصۡحٰبُ الۡاُخۡدُوۡدِ ۙ﴿﴾ النَّارِ
ذَاتِ الۡوَقُوۡدِ ۙ﴿﴾ اِذۡ
ہُمۡ عَلَیۡہَا قُعُوۡدٌ ۙ﴿﴾ وَّ
ہُمۡ عَلٰی مَا یَفۡعَلُوۡنَ بِالۡمُؤۡمِنِیۡنَ شُہُوۡدٌ ؕ﴿﴾ وَ مَا نَقَمُوۡا مِنۡہُمۡ اِلَّاۤ
اَنۡ یُّؤۡمِنُوۡا بِاللّٰہِ الۡعَزِیۡزِ
الۡحَمِیۡدِ ۙ﴿﴾ الَّذِیۡ
لَہٗ مُلۡکُ السَّمٰوٰتِ وَ الۡاَرۡضِ ؕ
وَ اللّٰہُ عَلٰی کُلِّ شَیۡءٍ شَہِیۡدٌ
ؕ﴿﴾
Aku
baca dengan nama
Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang.
Demi
langit yang memiliki gugusan-gugusan bintang, dan demi Hari yang dijanjikan, dan demi saksi dan yang
disaksikan. Binasalah
para pemilik parit, yaitu Api yang dinyalakan dengan bahan bakar. Ketika mereka duduk di sekitarnya. Dan mereka menjadi saksi atas apa yang
dilakukan mereka terhadap orang-orang
beriman. Dan mereka sekali-kali tidak menaruh dendam terhadap mereka itu
melainkan hanya karena mereka
beriman kepada Allah Yang
Maha Perkasa, Maha Terpuji, Yang
kepunyaan-Nya kerajaan seluruh langit
dan bumi, dan Allah menjadi Saksi
atas segala sesuatu. (Al-Burūj
[85]:1-10).
Makna “Hari yang Dijanjikan”
& Sang “Saksi” dan “Yang Diberi
Kesaksian”
Makna ayat وَ السَّمَآءِ ذَاتِ
الۡبُرُوۡجِ -- “Demi langit yang memiliki gugusan-gugusan bintang,” mengisyaratkan kepada mujaddid-mujaddid
atau 12
gugusan bintang di cakrawala
ruhani Islam, yang akan membuat cahaya
Islam berkilauan terus sesudah matahari
ruhani terbenam, yaitu sesudah 3 abad Islam paling baik berlalu,
sehingga membawa akibat tersebarnya
kege-lapan ruhani di seluruh dunia (QS.32:6). Para mujaddid itu akan memberikan kesaksian
mengenai kebesaran Islam, kebenaran Al-Quran dan kebenaran
Nabi Besar Muhammad saw..
Makna “Hari yang dijanjikan” dalam ayat: وَ الۡیَوۡمِ الۡمَوۡعُوۡدِ -- “dan demi Hari yang dijanjikan”
dapat berarti hari ketika Masih Mau’ud a.s. sebagai Rasul Akhir Zaman akan dibangkitkan
untuk mendatangkan kebangkitan
kembali Islam (QS.62:3-4; QS.61:10)
setelah mengalama masa kemunduran ruhani dan duniawi secara berangsur-angsur selama 1000 tahun (QS.32:6).
Pada hakikatnya banyak “hari” semacam itu dalam sejarah Islam yang dapat disebut “Hari yang dijanjikan”, seperti hari Pertempuran Badar – yang disebut
sebagai yaumal-furqān (hari pembeda antara haq dan bathil – QS.8:42); hari ketika Pertempuran Khandak yang berkesudahan dengan kejayaan besar Nabi Besar Muhammad saw., dan hari
jatuhnya Mekkah (Fatah Mekkah).
Tetapi “Hari yang dijanjikan” yang paripurna itu
ialah masa kebangkitan kedua-kalinya Nabi
Besar Muhammad saw. dalam
pribadi wakil beliau saw.
– yakni Masih Mau’ud a.s. (QS.62:3-4)
atau misal Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.
(QS.43:58) -- pada abad ke-14 Hijrah ketika agama Islam akan memperoleh kehidupan
baru dan akan menang atas semua agama lainnya (QS.61:10).
“Hari yang dijanjikan” itu dapat pula berarti hari
ketika orang-orang bertakwa akan merasakan kelezatan nikmat pertemuan dengan Rabb (Tuhan) mereka yakni ketika meraih tingkatan keadaan nafs Muthmainnah (jiwa yang tentram – QS.89:28-31) dalam kehidupan
di dunia ini juga.
Makna
ayat: وَ شَاہِدٍ وَّ مَشۡہُوۡدٍ -- “Dan demi
saksi dan yang
disaksikan.“ Tiap nabi Allah atau mushlih
rabbani adalah syāhid, yaitu yang
memberi kesaksian, disebabkan
beliau seorang saksi hidup akan adanya Allah Swt., dan beliau itu pun masyhud
(yang diberi kesaksian) sebab Allah
Swt. memberi kesaksian akan kebenarannya dengan memperlihatkan Tanda-tanda dan mukjizat-mukjizat
di tangannya.
Tetapi di sini, seperti nampak dari teks, syahid
adalah Masih
Mau’ud a.s., dan masyhūd
(yang diberi kesaksian) adalah Nabi Besar Muhammad saw. , dan ayat ini mengandung arti bahwa
Masih Mau’ud a.s. -- melalui berbagai kecintaannya dan pengkhidmatannya
yang luar-biasa terhadap
agama Islam (Al-Quran) dan kesucian Nabi
Besar Muhammad saw. -- akan memberi
kesaksian akan kebenaran Nabi Besar Muhammad saw. melalui uraian-uraian,
tabligh-tabligh, dan tulisan-tulisan beliau a.s. dan dengan Tanda-tanda Ilahi yang akan ditampakkan Allah Swt. di tangan beliau a.s..
Masih Mau’ud a.s. akan memberikan kesaksian pula dalam arti bahwa dalam wujud beliau nubuatan Nabi
Besar Muhammad saw. sendiri telah memberi kesaksian akan kebenaran
beliau saw., firman-Nya:
اَفَمَنۡ کَانَ عَلٰی بَیِّنَۃٍ مِّنۡ
رَّبِّہٖ وَ یَتۡلُوۡہُ شَاہِدٌ مِّنۡہُ وَ مِنۡ قَبۡلِہٖ کِتٰبُ مُوۡسٰۤی اِمَامًا وَّ رَحۡمَۃً ؕ اُولٰٓئِکَ یُؤۡمِنُوۡنَ بِہٖ ؕ وَ
مَنۡ یَّکۡفُرۡ بِہٖ مِنَ الۡاَحۡزَابِ فَالنَّارُ مَوۡعِدُہٗ ۚ فَلَا تَکُ فِیۡ
مِرۡیَۃٍ مِّنۡہُ ٭ اِنَّہُ الۡحَقُّ مِنۡ
رَّبِّکَ وَ لٰکِنَّ اَکۡثَرَ النَّاسِ
لَا یُؤۡمِنُوۡنَ ﴿﴾
Maka apakah orang yang berdiri atas dalil yang nyata dari Rabb-nya (Tuhan-nya) وَ یَتۡلُوۡہُ شَاہِدٌ مِّنۡہُ -- dan ia akan disusul pula oleh seorang saksi
dari-Nya untuk memuktikan kebenarannya, وَ مِنۡ قَبۡلِہٖ کِتٰبُ مُوۡسٰۤی
اِمَامًا وَّ رَحۡمَۃً -- dan yang sebelumnya
telah didahului oleh Kitab Musa sebagai penyuluh dan rahmat, dapat
dikatakan seorang penipu? Mereka
itu beriman kepadanya, dan barangsiapa
dari golongan itu kafir kepadanya
maka Api akan menjadi tempat yang
dijanjikan baginya. Karena
itu janganlah
engkau ragu-ragu mengenainya, sesungguhnya itu adalah haq dari Rabb (Tuhan) engkau tetapi ke-banyakan
manusia tidak beriman (Hūd [11]:18).
Firman-Nya
lagi:
ہُوَ
الَّذِیۡ بَعَثَ فِی الۡاُمِّیّٖنَ
رَسُوۡلًا مِّنۡہُمۡ یَتۡلُوۡا
عَلَیۡہِمۡ اٰیٰتِہٖ وَ
یُزَکِّیۡہِمۡ وَ
یُعَلِّمُہُمُ الۡکِتٰبَ وَ الۡحِکۡمَۃَ ٭ وَ اِنۡ کَانُوۡا مِنۡ قَبۡلُ
لَفِیۡ ضَلٰلٍ مُّبِیۡنٍ ۙ﴿﴾ وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ
لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ
الۡعَزِیۡزُ الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾ ذٰلِکَ فَضۡلُ اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ یَّشَآءُ ؕ وَ اللّٰہُ ذُو الۡفَضۡلِ الۡعَظِیۡمِ ﴿﴾
Dia-lah Yang telah membangkitkan di kalangan bangsa
yang buta huruf seorang rasul dari antara mereka, yang membacakan kepada mereka Tanda-tanda-Nya, mensucikan
mereka, dan mengajarkan kepada
me-reka Kitab dan Hikmah وَ اِنۡ کَانُوۡا مِنۡ قَبۡلُ
لَفِیۡ ضَلٰلٍ مُّبِیۡنٍ -- walaupun
sebelumnya mereka berada dalam
ke-sesatan yang nyata, وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ الۡعَزِیۡزُ
الۡحَکِیۡمُ -- Dan juga akan membangkitkan-nya pada kaum lain dari antara mereka, yang belum bertemu dengan mereka. Dan Dia-lah
Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana.
ذٰلِکَ فَضۡلُ اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ یَّشَآءُ ؕ وَ اللّٰہُ ذُو الۡفَضۡلِ الۡعَظِیۡمِ -- Itulah karunia
Allah, Dia menganugerahkannya kepada
siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah
mempunyai karunia yang besar. (Al-Jumu’ah [62]:3-5).
Dengan demikian Nabi Besar Muhammad saw. dan Masih
Mau’ud a.s. itu bersama-sama secara timbal-balik merupakan syāhid (saksi) dan masyhūd (yang
diberi kesaksian): وَ
شَاہِدٍ وَّ مَشۡہُوۡدٍ -- “Dan
demi saksi dan yang
disaksikan“ (Al-Burūj [85]:4).
Para Pembuat “Parit Api” di Berbagai Zaman
Kenabian
Ada pun makna ayat: قُتِلَ اَصۡحٰبُ الۡاُخۡدُوۡدِ -- “Binasalah para pemilik parit, النَّارِ ذَاتِ الۡوَقُوۡدِ -- yaitu Api yang dinyalakan dengan bahan bakar, اِذۡ ہُمۡ عَلَیۡہَا قُعُوۡدٌ -- ketika mereka duduk di sekitarnya.“ Menurut sebagian ahli tafsir Al-Quran, ayat ini dianggap menunjuk kepada pembakaran sampai mati beberapa orang Kristen oleh raja Yahudi, Dzu Nawas, dari Yaman. Menurut sebagian lain ayat ini mengisyaratkan kepada peristiwa dilemparkannya beberapa pemimpin
Bani Israil ke dalam tanur-tanur (tungku-tungku) yang sedang menyala-nyala,
dilakukan oleh Raja Nebukadnezar dari
Babil (Dan. 3:19-22).
Ayat ini lebih tepat
dapat ditujukan kepada musuh-musuh
kebenaran yang di masa setiap mushlih
rabbani (nabi Allah), yang menentang
keras dan menganiaya orang-orang yang
beriman. Ayat ini tidaklah
dimaksudkan di sini untuk menunjuk kepada suatu kejadian di masa lampau yang kebenarannya meragukan.
Dalam ayat ke-3 Allah Swt.
bersumpah dengan “Hari yang dijanjikan”.
Dalam ayat ini dan dalam beberapa ayat berikutnya, nampaknya diisyaratkan bahwa
para pengikut Masih Mau’ud a.s. di Akhir Zaman ini harus menghadapi kesulitan-kesulitan berat pada “hari besar” itu dari para penentang mereka yang aniaya.
Dalam ayat 5-9 disebutkan mengenai musuh-musuh kebenaran yang menyalakan kobaran api penganiayaan terhadap orang-orang beriman yang bertakwa di tiap kurun
zaman serta membiarkannya tetap bernyala.
Kesudahan tragis mereka dinubuatkan dalam ayat 11.
Makna ayat: “Dan mereka
menjadi saksi atas apa yang dilakukan mereka terhadap orang-orang beriman.“ Musuh-musuh kebenaran yang dibawa
para rasul
Allah mengetahui dalam lubuk hati mereka
bahwa perlawanan dari pihak mereka
itu kejam dan tidak dapat dibenarkan dan bahwa korban sasaran penganiayaan mereka itu tidak berdosa.
Ayat selanjutnya: وَ مَا نَقَمُوۡا
مِنۡہُمۡ اِلَّاۤ اَنۡ یُّؤۡمِنُوۡا بِاللّٰہِ الۡعَزِیۡزِ الۡحَمِیۡدِ -- “Dan mereka
sekali-kali tidak menaruh dendam terhadap mereka itu melainkan hanya karena
mereka beriman kepada Allah,“ penuh
dengan perasaan pilu hati yang amat
sangat. Ayat ini mempertanyakan bahwa
apakah kebenaran keimanan kepada Allah Swt. yang dibawa para rasul Allah itu seakan-akan merupakan perbuatan yang sangat jahat,
sehingga para penganutnya harus diperlakukan sekejam itu?
Kenyataan itu pulalah
yang dikatakan oleh ahli-ahli sihir Fir’aun yang karena beriman kepada Allah Swt. lalu mendapat intimidasi dari Fir’aun firman-Nya:
وَ اَوۡحَیۡنَاۤ اِلٰی مُوۡسٰۤی اَنۡ اَلۡقِ عَصَاکَ ۚ
فَاِذَا ہِیَ تَلۡقَفُ مَا
یَاۡفِکُوۡنَ ﴿﴾ۚ فَوَقَعَ الۡحَقُّ وَ بَطَلَ مَا کَانُوۡا
یَعۡمَلُوۡنَ ﴿﴾ۚ فَغُلِبُوۡا ہُنَالِکَ وَ انۡقَلَبُوۡا
صٰغِرِیۡنَ ﴿﴾ۚ وَ اُلۡقِیَ
السَّحَرَۃُ سٰجِدِیۡنَ ﴿﴾ۚۖ قَالُوۡۤا اٰمَنَّا
بِرَبِّ الۡعٰلَمِیۡنَ ﴿﴾ۙ
رَبِّ
مُوۡسٰی وَ ہٰرُوۡنَ﴿﴾ قَالَ
فِرۡعَوۡنُ اٰمَنۡتُمۡ بِہٖ قَبۡلَ اَنۡ اٰذَنَ لَکُمۡ ۚ اِنَّ ہٰذَا
لَمَکۡرٌ مَّکَرۡتُمُوۡہُ فِی
الۡمَدِیۡنَۃِ لِتُخۡرِجُوۡا
مِنۡہَاۤ اَہۡلَہَا ۚ فَسَوۡفَ
تَعۡلَمُوۡنَ ﴿﴾ لَاُقَطِّعَنَّ اَیۡدِیَکُمۡ وَ اَرۡجُلَکُمۡ
مِّنۡ خِلَافٍ ثُمَّ لَاُصَلِّبَنَّکُمۡ اَجۡمَعِیۡنَ ﴿﴾ قَالُوۡۤا
اِنَّاۤ اِلٰی رَبِّنَا مُنۡقَلِبُوۡنَ
﴿﴾ۚ وَ مَا تَنۡقِمُ مِنَّاۤ
اِلَّاۤ اَنۡ اٰمَنَّا بِاٰیٰتِ رَبِّنَا لَمَّا جَآءَتۡنَا
ؕ رَبَّنَاۤ اَفۡرِغۡ عَلَیۡنَا
صَبۡرًا وَّ تَوَفَّنَا مُسۡلِمِیۡنَ﴿﴾٪
Dan Kami mewahyukan kepada Musa: ”Lemparkanlah tongkat engkau!” Maka tiba-tiba tongkat itu nampak
seperti menelan apa yang
dibuat-buat mereka. Maka tegaklah
yang benar dan lenyaplah yang telah
mereka ker-jakan. Lalu mereka dikalahkan di situ dan kembalilah mereka dalam keadaan terhina. Dan tukang-tukang
sihir itu jatuh bersujud. Mereka berkata: “Kami beriman kepada Rabb (Tuhan) seluruh
alam. Rabb (Tuhan) Musa
dan Harun.” قَالَ فِرۡعَوۡنُ اٰمَنۡتُمۡ بِہٖ قَبۡلَ اَنۡ اٰذَنَ لَکُمۡ ۚ اِنَّ
ہٰذَا لَمَکۡرٌ مَّکَرۡتُمُوۡہُ فِی
الۡمَدِیۡنَۃِ لِتُخۡرِجُوۡا
مِنۡہَاۤ اَہۡلَہَا ۚ فَسَوۡفَ
تَعۡلَمُوۡنَ -- Fir’aun
berkata: “Apakah kamu telah beriman
terhadapnya sebelum kamu aku beri
izin? Sesungguhnya ini
benar-benar makar yang kamu
telah merancangnya dalam kota supaya
kamu dapat mengusir penduduknya dari kota maka kamu segera akan mengetahui akibatnya. لَاُقَطِّعَنَّ اَیۡدِیَکُمۡ وَ اَرۡجُلَکُمۡ
مِّنۡ خِلَافٍ ثُمَّ لَاُصَلِّبَنَّکُمۡ اَجۡمَعِیۡنَ -- Niscaya aku
akan memotong tangan kamu dan kaki
kamu karena pembangkanganmu,
kemudian niscaya aku akan menyalib
kamu semua-nya.” قَالُوۡۤا
اِنَّاۤ اِلٰی رَبِّنَا مُنۡقَلِبُوۡنَ -- Mereka berkata: “Sesungguhnya Kami
kepada Rabb (Tuhan) kamilah akan
kembali, وَ مَا تَنۡقِمُ مِنَّاۤ اِلَّاۤ
اَنۡ اٰمَنَّا بِاٰیٰتِ رَبِّنَا
لَمَّا جَآءَتۡنَا --
dan sekali-kali
tidaklah engkau
menuntut balas dari kami melainkan karena
kami telah beriman kepada Tanda-tanda Rabb (Tuhan) kami tatkala Tanda-tanda itu datang kepada kami. رَبَّنَاۤ
اَفۡرِغۡ عَلَیۡنَا صَبۡرًا وَّ
تَوَفَّنَا مُسۡلِمِیۡنَ -- Ya Rabb (Tuhan) kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami dan wafatkanlah kami dalam keadaan berserah diri.” (Al-A’rāf
[7]:118-127).
Kedahsyatan Cengkraman Azab
Ilahi yang Berulang
Kembali kepada firman Allah Swt. dalam surah Al-Burūj, selanjutnya Allah Swt.
berfirman mengenai akibat buruk yang pasti akan dialami oleh para pembuat “parit api” yang sangat zalim tersebut:
اِنَّ
الَّذِیۡنَ فَتَنُوا الۡمُؤۡمِنِیۡنَ وَ الۡمُؤۡمِنٰتِ ثُمَّ لَمۡ یَتُوۡبُوۡا فَلَہُمۡ عَذَابُ جَہَنَّمَ
وَ لَہُمۡ عَذَابُ الۡحَرِیۡقِ ﴿ؕ﴾ اِنَّ
الَّذِیۡنَ ٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ لَہُمۡ جَنّٰتٌ تَجۡرِیۡ مِنۡ
تَحۡتِہَا الۡاَنۡہٰرُ ۬ؕؑ ذٰلِکَ
الۡفَوۡزُ الۡکَبِیۡرُ ﴿ؕ﴾ اِنَّ بَطۡشَ رَبِّکَ لَشَدِیۡدٌ ﴿ؕ﴾ اِنَّہٗ ہُوَ یُبۡدِئُ وَ یُعِیۡدُ ﴿ۚ﴾ وَ
ہُوَ الۡغَفُوۡرُ الۡوَدُوۡدُ ﴿ۙ﴾ ذُو
الۡعَرۡشِ الۡمَجِیۡدُ ﴿ۙ﴾ فَعَّالٌ
لِّمَا یُرِیۡدُ ﴿ؕ﴾ ہَلۡ
اَتٰىکَ حَدِیۡثُ الۡجُنُوۡدِ ﴿ۙ﴾ فِرۡعَوۡنَ
وَ ثَمُوۡدَ ﴿ؕ﴾ بَلِ
الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا فِیۡ تَکۡذِیۡبٍ ﴿ۙ﴾ وَّ
اللّٰہُ مِنۡ وَّرَآئِہِمۡ
مُّحِیۡطٌ ﴿ۚ﴾ بَلۡ ہُوَ قُرۡاٰنٌ
مَّجِیۡدٌ ﴿ۙ﴾ فِیۡ لَوۡحٍ مَّحۡفُوۡظٍ ﴿٪﴾
Sesungguhnya
orang-orang yang menyiksa orang-orang
beriman laki-laki dan perempuan kemudian mereka
tidak bertaubat, فَلَہُمۡ عَذَابُ جَہَنَّمَ وَ لَہُمۡ عَذَابُ
الۡحَرِیۡقِ -- maka bagi mereka azab Jahannam dan bagi mereka azab yang membakar. اِنَّ الَّذِیۡنَ ٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ لَہُمۡ جَنّٰتٌ تَجۡرِیۡ مِنۡ
تَحۡتِہَا الۡاَنۡہٰرُ ۬ؕؑ ذٰلِکَ الۡفَوۡزُ الۡکَبِیۡرُ -- Sesungguhnya
orang-orang yang beriman dan beramal
saleh bagi mereka ada kebun-kebun
yang di bawahnya mengalir sungai-sungai, yang demikian itu merupakan keberhasilan besar. اِنَّ بَطۡشَ رَبِّکَ لَشَدِیۡدٌ
-- Sesungguhnya cengkraman
Rabb (Tuhan) engkau sangat keras. اِنَّہٗ ہُوَ یُبۡدِئُ وَ یُعِیۡدُ -- Sesungguhnya Dia-lah Yang memulai penciptaan dan mengulanginya. Dan Dia
Maha Pengampun, Maha Pencinta. Pemilik ‘Arasy, Yang Maha Mulia, فَعَّالٌ
لِّمَا یُرِیۡدُ -- Yang melakukan
apa yang Dia kehendaki. ہَلۡ
اَتٰىکَ حَدِیۡثُ الۡجُنُوۡدِ
-- Apakah telah datang kepada engkau cerita
lasykar-lasykar? فِرۡعَوۡنَ وَ
ثَمُوۡدَ -- Yaitu lasykar Fir’aun dan Tsamud. بَلِ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا فِیۡ تَکۡذِیۡبٍ -- Bahkan orang-orang kafir selalu mendustakan, وَّ اللّٰہُ
مِنۡ وَّرَآئِہِمۡ مُّحِیۡطٌ
-- padahal Allah
mengepung mereka dari belakang mereka. بَلۡ ہُوَ
قُرۡاٰنٌ مَّجِیۡدٌ ﴿ -- Bahkan yang didustakan ia adalah Al-Quran yang sangat mulia, فِیۡ لَوۡحٍ مَّحۡفُوۡظٍ -- yang
tersimpan dalam
papan yang terjaga. (Al-Burūj
[85]:11-23).
Makna ayat اِنَّ بَطۡشَ رَبِّکَ لَشَدِیۡدٌ -- Sesungguhnya cengkraman
Rabb (Tuhan) engkau sangat keras. اِنَّہٗ ہُوَ یُبۡدِئُ وَ یُعِیۡدُ -- Sesungguhnya Dia-lah Yang memulai penciptaan dan mengulanginya.” Allah Swt. pasti menghukum
orang-orang yang berlaku zalim
terhadap orang-orang yang beriman kepada
para rasul
Allah di dunia dan juga di akhirat.
Makna ayat: بَلۡ ہُوَ قُرۡاٰنٌ مَّجِیۡدٌ ﴿ -- Bahkan yang didustakan ia adalah Al-Quran yang sangat mulia, فِیۡ لَوۡحٍ مَّحۡفُوۡظٍ -- yang tersimpan dalam papan yang terjaga” mengandung suatu nubuatan yang bernadakan tantangan,
bahwa Al-Quran dijaga terhadap segala
macam campur tangan dan upaya pemutarbalikkan oleh manusia
(QS.15:10), demikian juga berbagai Sunnatullah
nubuatan yang terdapat di dalamnya pasti akan terjadi, baik berkenaan dengan
para rasul Allah serta orang-orang
yang beriman maupun para penentangnya yang zalim.
(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik
Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 6 April
2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar