Bismillaahirrahmaanirrahiim
“ARBA’IN”
ARBA’IN LI-ITMÂMIL HUJJAH ‘ALAL MUKHALLIFÎN
(Empat Puluh Risalah, Menyempurnakan Argumen Bagi Para
Penentang)
Karya
Mirza Ghulam Ahmad
a.s.
(Al-Masih Al-Mau’ud a.s.
-- Al-Masih yang Dijanjikan a.s.)
Bagian 8
ARBA’ÎN KE I
“KEMUSYRIKAN” BERUPA TAQLID BUTA TERHADAP PARA PEMUKA
FIRQAH AGAMA YANG MENIMBULKAN PERPECAHAN
UMAT BERAGAMA & NUBUATAN NABI
BESAR MUHAMMAD SAW. MENGENAI KEDATANGAN IMAM MAHDI A.S. SEBAGAI “HAKIM
YANG ADIL” DI AKHIR ZAMAN INI
Oleh
Ki Langlang Buana
Kusuma
D
|
alam akhir Bab sebelumnya telah dikemukakan topik Komentar Penulis Non-Muslim berkenaan benarnya pernyataan Allah Swt. dalam firman-Nya:
لَقَدۡ کَانَ
لَکُمۡ فِیۡ رَسُوۡلِ اللّٰہِ اُسۡوَۃٌ حَسَنَۃٌ لِّمَنۡ کَانَ یَرۡجُوا اللّٰہَ وَ
الۡیَوۡمَ الۡاٰخِرَ وَ ذَکَرَ
اللّٰہَ کَثِیۡرًا ﴿ؕ﴾
Sungguh dalam
diri Rasulullah benar-benar terdapat
suri teladan yang
sebaik-baiknya bagi kamu,
yaitu bagi orang yang mengharapkan Allah dan Hari Akhir, dan bagi yang banyak mengingat Allah. (Al-Ahzāb
[33]:22).
Bosworth Smith dalam karya
tulisnya “Muhammad and Muham-madanism”
berkomentar:
“Kepala negara merangkap Penghulu Agama, beliau adalah Kaisar dan Paus
sekaligus. Tetapi beliau adalah Paus yang tidak berlaga Paus, dan Kaisar tanpa
pasukan-pasukan yang megah. Tanpa balatentara tetap, tanpa pengawal, tanpa
istana yang megah, tanpa pungutan pajak tetap dan tertentu, sehingga jika ada
orang berhak mengatakan bahwa ia memerintah dengan hak ketuhanan, maka orang
itu hanyalah Muhammad, sebab beliau mempunyai kekuasaan tanpa alat-alat
kekuasaan dan tanpa bantuan kekuasaan. Beliau biasa melakukan pekerjaan rumah
tangga dengan tangan beliau sendiri, biasa tidur di atas sehelai tikar kulit,
dan makanan beliau terdiri dari kurma dan air putih atau roti jawawut, dan setelah
melakukan bermacam-macam tugas sehari penuh, beliau biasa melewatkan malam hari
dengan mendirikan shalat dan doa-doa hingga kedua belah kaki beliau
bengkak-bengkak. Tidak ada orang yang dalam keadaan dan suasana yang begitu
banyak berubah telah berubah begitu sedikitnya.”
Sehubungan dengan kenyataan tersebut Allah
Swt. berfirman mengenai dua kali
pengutusan Nabi Besar Muhammad saw. yakni di masa awal dan dan di masa
akhir (Akhir Zaman) -- firman-Nya:
ہُوَ الَّذِیۡ بَعَثَ
فِی الۡاُمِّیّٖنَ رَسُوۡلًا مِّنۡہُمۡ یَتۡلُوۡا عَلَیۡہِمۡ اٰیٰتِہٖ
وَ یُزَکِّیۡہِمۡ وَ یُعَلِّمُہُمُ
الۡکِتٰبَ وَ الۡحِکۡمَۃَ ٭
وَ اِنۡ کَانُوۡا مِنۡ قَبۡلُ
لَفِیۡ ضَلٰلٍ مُّبِیۡنٍ ۙ﴿﴾ وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ
لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ
الۡعَزِیۡزُ الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾ ذٰلِکَ فَضۡلُ اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ یَّشَآءُ ؕ وَ اللّٰہُ ذُو الۡفَضۡلِ الۡعَظِیۡمِ ﴿﴾
Dia-lah Yang telah membangkitkan di kalangan bangsa
yang buta huruf seorang rasul dari antara mereka, yang membacakan kepada mereka Tanda-tanda-Nya, mensucikan
mereka, dan mengajarkan kepada
me-reka Kitab dan Hikmah وَ اِنۡ کَانُوۡا مِنۡ قَبۡلُ
لَفِیۡ ضَلٰلٍ مُّبِیۡنٍ -- walaupun
sebelumnya mereka berada dalam kesesatan
yang nyata, وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ الۡعَزِیۡزُ
الۡحَکِیۡمُ -- Dan juga akan membangkitkannya pada kaum lain dari antara mereka, yang belum bertemu dengan mereka. Dan Dia-lah
Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana.
ذٰلِکَ فَضۡلُ اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ یَّشَآءُ ؕ وَ اللّٰہُ ذُو الۡفَضۡلِ الۡعَظِیۡمِ -- Itulah karunia
Allah, Dia menganugerahkannya kepada
siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah
mempunyai karunia yang besar. (Al-Jumu’ah [62]:3-5).
Jadi, menurut ayat وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ
لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ
الۡعَزِیۡزُ الۡحَکِیۡمُ -- Dan
juga akan membangkitkannya pada
kaum lain dari antara mereka, yang belum
bertemu dengan mereka. Dan Dia-lah
Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana” bahwa
dibangkitkan-Nya lagi Nabi Besar Muhammad saw. kedua kali
dalam wujud Masih Mau’ud a.s. atau misal Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.
(QS.43:58) -- yakni Mirza Ghulam Ahmad a.s. -- di
kalangan umat Islam di Akhir
Zaman ini benar-benar merupakan karunia
Allah Swt. yang sangat besar: ذٰلِکَ فَضۡلُ اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ
یَّشَآءُ ؕ وَ اللّٰہُ ذُو الۡفَضۡلِ
الۡعَظِیۡمِ -- Itulah karunia Allah, Dia menganugerahkannya kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.”
Kunci Pembuka “
Kekayaan Ruhani Al-Quran” yang
Berlimpah-ruah
Dalam kapasitasnya sebagai Rasul Akhir Zaman yang dibangkitkan di
kalangan pengikut Nabi Besar Muhammad saw. – yakni Imam Mahdi a.s. sekali gus sebagai Masih Mau’ud a.s. –
selanjutnya Pendiri Jemaat Muslim
Ahmadiyah bersabda:
“Benar,
tak ragu-ragu lagi bahwa aku sangat memusuhi perbuatan buruk, musuh
segala macam kezaliman (keaniayaan),
musuh setiap kefasikan (kedurhakaan) dan musuh segala macam pemberontakan, tetapi aku bukan
musuh seseorang, karena semua itulah maka kekayaan yang telah
kuperoleh adalah kunci semua khazanah dan nikmat
surga.
Gelora itulah yang penuh dengan kecintaan aku persembahkan ke hadapan manusia. Dan kekayaan-kekayaan yang telah kudapatkan
ini sebenarnya adalah beraneka-ragam
mutiara, mas, dan perak, bukan kehampaan belaka.
Mudah sekali mendapatkan mata uang dirham, dinar, dan permata.
Semuanya itu hanyalah lambang kekuasaan uang. Tetapi saksi-saksi
langit ada padaku, yang tidak
terdapat pada orang lain. Aku telah
diberitahu bahwa di antara semua
agama hanya Islam
sajalah satu-satunya agama yang benar, dan di antara semua petunjuk hanya Quran Syarif sajalah satu-satunya petunjuk yang sehat,
sempurna, bersih dari campur-tangan manusia.”
Pernyataan Masih
Mau’ud a.s. mengenai khazanah ruhani
yang hakiki yang beliau “keluarkan” dari Al-Quran
tersebut merupakan bukti kebenaran firman Allah Swt. dalam Surah Al-Jin ayat 27-29 sebelumnya, sebab tidak sembarang orang dapat menyentuh kandungan “khazanah-khzanah ruhani” Al-Quran yang halus kecuali orang yang “disucikan” Allah Swt. (QS.56:76-81).
Mengapa demikian? sebab orang-orang yang hatinya bengkok dan berpenyakit
bukannya mendapat petunjuk yang hakiki
dari Al-Quran melainkan terjerumus dalam kesesatan serta menjerumuskan orang-orang lain pula bersama mereka (QS.2:27-28; QS.3:8-9; QS.6:117-118; QS.7:187; QS.13:28; QS.16:94;
QS.40:35), firman-Nya:
اِنَّ اللّٰہَ لَا یَسۡتَحۡیٖۤ اَنۡ
یَّضۡرِبَ مَثَلًا مَّا بَعُوۡضَۃً فَمَا فَوۡقَہَا ؕ فَاَمَّا الَّذِیۡنَ
اٰمَنُوۡا فَیَعۡلَمُوۡنَ اَنَّہُ الۡحَقُّ مِنۡ رَّبِّہِمۡ ۚ وَ اَمَّا
الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا فَیَقُوۡلُوۡنَ مَا ذَاۤ
اَرَادَ اللّٰہُ بِہٰذَا مَثَلًا ۘ یُضِلُّ بِہٖ
کَثِیۡرًا ۙ وَّ یَہۡدِیۡ بِہٖ کَثِیۡرًا ؕ وَ مَا یُضِلُّ
بِہٖۤ اِلَّا الۡفٰسِقِیۡنَ﴿ۙ﴾
Sesungguhnya
Allah tidak malu mengemukakan suatu perumpamaan sekecil nyamuk bahkan yang
lebih kecil dari itu, ada
pun orang-orang yang beriman maka mereka mengetahui bahwa sesungguhnya perumpamaan
itu kebenaran dari Rabb (Tuhan) mereka, sedangkan orang-orang kafir maka mereka
mengatakan: “Apa yang dikehendaki Allah dengan perumpamaan ini?” Dengannya
Dia menyesatkan
banyak orang dan dengannya pula Dia memberi petunjuk banyak orang, dan sekali-kali tidak ada yang Dia sesatkan dengannya kecuali
orang-orang fasik. (Al-Baqarah [2]:27).
Orang-orang “Berhati Bengkok” yang “Disesatkan” Al-Quran & “Kemusyrikan” Berupa “Penyembahan”
(Taqlid Buta) Terhadap Para Pemuka Agama
Jangankan orang-orang kafir, sekali
pun orang-orang beriman -- tetapi jika dalam hatinya ada penyakit dan kebengkokan -- mereka pun tidak akan memperoleh manfaat dari kesempurnaan Al-Quran, sebagaimana
firman Allah Swt. berikut ini kepada Nabi Besar Muhammad saw:
ہُوَ الَّذِیۡۤ اَنۡزَلَ عَلَیۡکَ
الۡکِتٰبَ مِنۡہُ اٰیٰتٌ مُّحۡکَمٰتٌ ہُنَّ اُمُّ
الۡکِتٰبِ وَ اُخَرُ مُتَشٰبِہٰتٌ ؕ فَاَمَّا الَّذِیۡنَ فِیۡ قُلُوۡبِہِمۡ
زَیۡغٌ فَیَتَّبِعُوۡنَ مَا تَشَابَہَ مِنۡہُ ابۡتِغَآءَ الۡفِتۡنَۃِ وَ
ابۡتِغَآءَ تَاۡوِیۡلِہٖ ۚ وَ مَا یَعۡلَمُ تَاۡوِیۡلَہٗۤ
اِلَّا اللّٰہُ ۘؔ وَ
الرّٰسِخُوۡنَ فِی الۡعِلۡمِ یَقُوۡلُوۡنَ اٰمَنَّا بِہٖ ۙ کُلٌّ مِّنۡ عِنۡدِ رَبِّنَا ۚ وَ مَا
یَذَّکَّرُ اِلَّاۤ اُولُوا الۡاَلۡبَابِ
﴿﴾ رَبَّنَا لَا تُزِغۡ قُلُوۡبَنَا بَعۡدَ اِذۡ ہَدَیۡتَنَا وَ ہَبۡ لَنَا مِنۡ لَّدُنۡکَ
رَحۡمَۃً ۚ اِنَّکَ اَنۡتَ الۡوَہَّابُ﴿﴾
Dia-lah yang menurunkan Al-Kitab yakni Al-Quran kepada engkau, di
antaranya ada aya-ayat yang muhkamat,
itulah pokok-pokok Al-Kitab, sedangkan yang
lain ayat-ayat mutasyābihāt.
Adapun orang-orang yang di dalam hatinya ada kebengkokan
maka mereka mengikuti darinya apa yang
mutasyābihāt karena ingin menimbulkan fitnah dan ingin mencari-cari takwilnya yang salah,
padahal tidak ada yang mengetahui
takwilnya kecuali Allah, dan orang-orang yang memiliki pengetahuan mendalam berkata: “Kami beriman kepadanya, semuanya berasal dari sisi Rabb (Tuhan) kami.” وَ مَا یَذَّکَّرُ اِلَّاۤ اُولُوا الۡاَلۡبَابِ -- Dan tidak
ada yang meraih nasihat kecuali orang-orang
yang mempergunakan akal. رَبَّنَا لَا تُزِغۡ قُلُوۡبَنَا بَعۡدَ اِذۡ ہَدَیۡتَنَا وَ ہَبۡ لَنَا مِنۡ لَّدُنۡکَ
رَحۡمَۃً ۚ اِنَّکَ اَنۡتَ الۡوَہَّابُ -- Ya Rabb
(Tuhan) kami, janganlah Engkau
menyimpangkan hati kami setelah Engkau telah memberi kami petunjuk,
dan anugerahilah kami rahmat dari sisi Engkau, sesungguhnya Engkau benar-benar Maha Pemberi anugerah.
(Âli
‘Imran [3]:8-9).
Terjadinya berbagai golongan
(firqah dan mazhab) Islam di Akhir
Zaman ini yang sulit “dipersatukan” di Akhir
Zaman ini pun pada hakikatnya
akibat perbedaan menafsirkan
makna ayat-ayat Al-Quran tertentu
serta Hadits-hadits Nabi Besar
Muhammad saw., dan kenyataan tersbeut merupakan bukti kebenaran pernyataaan Allah Swt. dalam ayat-ayat sebelumnya.
Masing-masing firqah dari kalangan umat Islam yang saling bertentangan pendapat tersebut
merasa bangga dan bertahan
dengan pendapat mereka masing-masing,
padahal Allah Swt. dalam Al-Quran
telah memperingatkan umat Islam agar jangan terjerumus lagi
kepada “kemusyrikan” berupa “mempertuhankan” para pemimpin firqah (mazhab) atau para pemuka agama mereka (QS.30:31-33), sebagaimana
yang terjadi di kalangan golongan Ahli
kitab (QS.9:30-33), firman-Nya:
فَاَقِمۡ وَجۡہَکَ لِلدِّیۡنِ حَنِیۡفًا ؕ فِطۡرَتَ
اللّٰہِ الَّتِیۡ فَطَرَ النَّاسَ عَلَیۡہَا ؕ لَا تَبۡدِیۡلَ لِخَلۡقِ اللّٰہِ ؕ ذٰلِکَ الدِّیۡنُ
الۡقَیِّمُ ٭ۙ وَ لٰکِنَّ اَکۡثَرَ
النَّاسِ لَا یَعۡلَمُوۡنَ ﴿٭ۙ﴾
مُنِیۡبِیۡنَ اِلَیۡہِ وَ
اتَّقُوۡہُ وَ اَقِیۡمُوا الصَّلٰوۃَ وَ لَا تَکُوۡنُوۡا مِنَ الۡمُشۡرِکِیۡنَ ﴿ۙ﴾ مِنَ الَّذِیۡنَ
فَرَّقُوۡا دِیۡنَہُمۡ وَ کَانُوۡا
شِیَعًا ؕ کُلُّ حِزۡبٍۭ بِمَا لَدَیۡہِمۡ
فَرِحُوۡنَ ﴿﴾
Maka hadapkanlah wajah kamu kepada agama yang
lurus, yaitu fitrat Allah,
yang atas dasar itu Dia menciptakan manusia, tidak ada perubahan dalam penciptaan Allah,
itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan
manusia tidak mengetahui. مُنِیۡبِیۡنَ اِلَیۡہِ وَ اتَّقُوۡہُ وَ اَقِیۡمُوا الصَّلٰوۃَ -- Kembalilah
kamu kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya serta dirikanlah shalat, وَ لَا تَکُوۡنُوۡا مِنَ الۡمُشۡرِکِیۡنَ -- dan janganlah
kamu termasuk orang-orang yang musyrik,
مِنَ الَّذِیۡنَ
فَرَّقُوۡا دِیۡنَہُمۡ وَ کَانُوۡا
شِیَعًا ؕ کُلُّ حِزۡبٍۭ بِمَا لَدَیۡہِمۡ
فَرِحُوۡنَ -- yaitu orang-orang yang memecah-belah agamanya
dan mereka menjadi golongan-golongan,
tiap-tiap golongan bangga
dengan apa yang ada pada mereka. (Ar-Rūm
[30]:31-33).
Mengenai “kemusyrikan” yang terjadi di kalangan golongan Ahli-kitab Allah Swt. berfirman:
وَ قَالَتِ الۡیَہُوۡدُ عُزَیۡرُۨ ابۡنُ
اللّٰہِ وَ قَالَتِ النَّصٰرَی الۡمَسِیۡحُ ابۡنُ
اللّٰہِ ؕ ذٰلِکَ قَوۡلُہُمۡ بِاَفۡوَاہِہِمۡ ۚ یُضَاہِـُٔوۡنَ قَوۡلَ الَّذِیۡنَ
کَفَرُوۡا مِنۡ قَبۡلُ ؕ قٰتَلَہُمُ
اللّٰہُ
ۚ۫ اَنّٰی
یُؤۡفَکُوۡنَ ﴿﴾ اِتَّخَذُوۡۤا اَحۡبَارَہُمۡ
وَ رُہۡبَانَہُمۡ اَرۡبَابًا مِّنۡ
دُوۡنِ اللّٰہِ وَ الۡمَسِیۡحَ
ابۡنَ مَرۡیَمَ ۚ وَ مَاۤ
اُمِرُوۡۤا اِلَّا
لِیَعۡبُدُوۡۤا اِلٰـہًا وَّاحِدًا ۚ لَاۤ اِلٰہَ اِلَّا ہُوَ ؕ سُبۡحٰنَہٗ عَمَّا یُشۡرِکُوۡنَ ﴿﴾ یُرِیۡدُوۡنَ اَنۡ یُّطۡفِـُٔوۡا نُوۡرَ اللّٰہِ بِاَفۡوَاہِہِمۡ وَ یَاۡبَی اللّٰہُ اِلَّاۤ اَنۡ یُّتِمَّ
نُوۡرَہٗ وَ لَوۡ کَرِہَ الۡکٰفِرُوۡنَ ﴿﴾ ہُوَ الَّذِیۡۤ اَرۡسَلَ رَسُوۡلَہٗ بِالۡہُدٰی وَ دِیۡنِ الۡحَقِّ لِیُظۡہِرَہٗ عَلَی الدِّیۡنِ کُلِّہٖ ۙ وَ
لَوۡ کَرِہَ
الۡمُشۡرِکُوۡنَ ﴿﴾
Dan orang-orang
Yahudi berkata: “Uzair adalah anak
Allah”, dan orang-orang Nasrani
berkata: “Al-Masih adalah anak Allah.” Demikian itulah perkataan mereka dengan mulutnya,
mereka meniru-niru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Allah membinasakan mereka, bagaimana mereka sampai dipalingkan dari
Tauhid? Mereka
telah menjadikan ulama-ulama mereka dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan-tuhan
selain Allah, dan begitu juga Al-Masih ibnu Maryam, padahal mereka
tidak diperintahkan melainkan supaya mereka
menyembah Tuhan Yang Mahaesa. Tidak
ada Tuhan kecuali Dia. Maha-suci Dia
dari apa yang mereka sekutukan. Mereka berkehendak mema-damkan cahaya Allah dengan mulut
mereka, tetapi Allah menolak
bahkan menyempurnakan cahaya-Nya,
walau-pun orang-orang kafir tidak menyukai. Dia-lah Yang telah mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk dan aga-ma yang haq
(benar), supaya Dia mengunggulkannya
atas semua agama walau-pun
orang-orang musyrik tidak menyukainya. (At-Taubah [9]:30-33).
Kesempurnaan Martabat Ruhani Nabi Besar Muhammad Saw. & Sabda-sabda Nabi
Besar Muhammad saw. Mengenai Kedatangan Imam
Mahdi a.s. Sebagai “Hakim yang Adil”
Dengan demikian jelaslah mengapa di Akhir Zaman ini -- guna menghakimi
perselisihan agama di kalangan semua
umat beragama secara benar
-- Allah Swt. telah mengutus Imam Mahdi a.s. atau Masih Mau’ud a.s. sebagai “Hakim
yang adil”. Lebih lanjut Masih Mau’ud
a.s. bersabda mengenai kesempurnaan
martabat akhlak dan ruhani Nabi Besar Muhammad saw.:
“Aku
diberitahu bahwa di antara Rasul-rasul pembimbing yang sempurna, ‘alâ darjah (pemilik derajat tertinggi), penuh hikmah, insan kamil
(manusia sempurna), teladan sempurna
yang diperlihatkannya melalui riwayat kehidupannya, hanyalah Sayyidina wa Maulana Muhammad Mustafa saw..
Dan melalui wahyu suci Allah aku diberitahu bahwa aku adalah Masih Mau’ud
(Masih yang dijanjikan) dan aku Mahdi
Ma’hud (Mahdi yang dijanjikan)
yang datang dari-Nya.
Aku adalah “Hakim” yang membereskan
semua perselisihan faham yang datang dari luar dan dalam. Nama Masih dan Mahdi yang diberikan ini keduanya
adalah pemberian Rasulullah saw.,
kemudian Allah Swt. pun langsung memberikan nama ini kepadaku, dan selanjutnya zaman pun menuntut bahwa
inilah namaku. Pendek kata inilah tiga saksi atas nama-namaku itu.”
Ada pun
yang dimaksud bealiau a.s. adalah sabda Nabi Besar Muhammad saw. berikut ini:
Dari Abu Hurairah r.a. berkata bahwa
Nabi Muhammad rasulullah saw. bersabda: “Bagaimana keadaan kamu apabila
turun Isa bin Maryam di antara kamu dan menjadi imam kamu dari antara
kamu” (Bukhari jilid II, hal.166).
Dari Abu Said al-Khudri r.a. meriwayatkan
bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Aku memberi kabar gembira tentang Imam Mahdi a.s. yang akan
dibangkitkan dalam umatku dalam keadaan
bahwa pada waktu itu di antara manusa ada banyak perselisihan dan
ada banyak kegoncangan maka ia akan memenuhi bumi dengan para marta
dan keadilan setelah penuh dengan ketidak-adilan. Allah dan penghuni langit serta penghuni
bumi akan ridha kepadanya
dan ia
akan membagikan harta kepada semua
orang dengan sama rata” (Musnad
Ahmad bin Hanbal, jilid III hal.37).
Dari Abu Said al-Khudri r.a. meriwayatkan
bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Al-Mahdi itu dari keturunanku, indah paras mukanya, bagus hidungnya, memenuhi bumi dengan kebaikan
dan keadilan, setelah penuh kejahatan dan kezaliman, berkuasa tujuh tahun” (Abu Daud dan Misykat,
hal. 470).
Rasulullah saw. bersabda kepada Auf bin
Malik r.a.: “…..fitnah-fitnah akan datang kelak
berturut-turut hingga akhirnya datang seorang laki-laki dari
ahli-baitku yang dipanggil orang
Al-Mahdi (Imam Mahdi), andaikata
engkau mengalaminya ikutilah dia, masuklah ke golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Muntakhab
Kanzul Ummal, pada Hamisy Musnad
Ahmad bin Hanbal. Jld 5, hal.404).
Dari Zabir bin Abdulah r.a. berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa yang mengingkari
keluarnya (kedatangan) Al-Mahdi
(Imam Mahdi) kufurlah ia kepada apa yang diturunkan kepada Muhammad.”
(Kitab Yanabi’ul Muwaddah, hal. 448).
Abu Hurairah r.a. berkata bahwa
Rasulullah saw. bersabda: “…..Nabi Musa a.s. berkata, ‘Hai Tuhan-ku, sesungguhnya aku melihat dalam alwah (papan-tulis) bahwa
akan ada satu kaum (umat), mereka
diberi ilmu awal dan akhir. Dan
mereka akan melawan dalam abad-abad kesesatan terhadap Masih Dajjal.” Nabi Musa a.s. berkata, “Hai Tuhanku, jadikanlah itu
umatku.” Tuhan menjawab, “Itulah umat
Ahmad.” (Dalailun Nubuate, jilid I, hal. 14).
Ibnu Umar r.a. berkata bahwa Rasulullah
saw. bersabda: “Mahdi akan keluar, di atas kepadanya serban (memakai sorban) dan bersamanya ada penyeru yang menyerukan: “Mahdi
Khalifah Allah, ikutilah dia
oleh kamu!” (Riwayat Abu Nu’aim).
Rasulullah saw. bersabda: “Sudah
dekat orang yang hidup di antara kamu akan bertemu dengan Ibnu Maryam sebagai Imam Mahdi dan Hakim yang adil, ia akan memecahkan salib dan akan membunuh babi” (Musnad
Ahmad bin Hanbal, jilid II, hal, 156).
(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik
Ghulam Farid
***
Pajajaran Anyar, 16 April 2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar