Selasa, 18 April 2017

"Kemusyrikan" Berupa "Taqlid Buta" Terhadap Para "Pemuka Firqah Agama" yang Menimbulkan "Perpecahan Umat Beragama" & "Nubuatan" Nabi Besar Muhammad Saw. Mengenai Kedatangan "Imam Mahdi a.s." Sebagai "Hakim yang Adil" di "Akhir Zaman" Ini



Bismillaahirrahmaanirrahiim

“ARBA’IN”

ARBA’IN LI-ITMÂMIL HUJJAH ‘ALAL MUKHALLIFÎN
(Empat Puluh Risalah, Menyempurnakan Argumen Bagi Para Penentang)

  Karya

  Mirza Ghulam Ahmad a.s.
(Al-Masih Al-Mau’ud a.s.   -- Al-Masih yang Dijanjikan a.s.)


Bagian 8

ARBA’ÎN KE I

KEMUSYRIKAN” BERUPA TAQLID BUTA TERHADAP  PARA PEMUKA FIRQAH AGAMA YANG MENIMBULKAN PERPECAHAN UMAT BERAGAMA & NUBUATAN NABI BESAR MUHAMMAD SAW. MENGENAI  KEDATANGAN IMAM MAHDI A.S.  SEBAGAI “HAKIM YANG ADIL”  DI AKHIR ZAMAN INI

Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

D
alam akhir  Bab sebelumnya telah dikemukakan topik   Komentar Penulis Non-Muslim  berkenaan benarnya pernyataan Allah Swt. dalam firman-Nya:
لَقَدۡ کَانَ لَکُمۡ  فِیۡ رَسُوۡلِ اللّٰہِ  اُسۡوَۃٌ حَسَنَۃٌ  لِّمَنۡ کَانَ یَرۡجُوا اللّٰہَ وَ الۡیَوۡمَ  الۡاٰخِرَ  وَ ذَکَرَ  اللّٰہَ  کَثِیۡرًا ﴿ؕ﴾
Sungguh dalam  diri Rasulullah benar-benar terdapat  suri teladan yang sebaik-baiknya  bagi kamu, yaitu bagi  orang yang mengharapkan Allah dan Hari Akhir,  dan bagi yang banyak mengingat Allah. (Al-Ahzāb [33]:22).
     Bosworth Smith  dalam karya tulisnya “Muhammad and Muham-madanism” berkomentar:
   “Kepala negara merangkap Penghulu Agama, beliau adalah Kaisar dan Paus sekaligus. Tetapi beliau adalah Paus yang tidak berlaga Paus, dan Kaisar tanpa pasukan-pasukan yang megah. Tanpa balatentara tetap, tanpa pengawal, tanpa istana yang megah, tanpa pungutan pajak tetap dan tertentu, sehingga jika ada orang berhak mengatakan bahwa ia memerintah dengan hak ketuhanan, maka orang itu hanyalah Muhammad, sebab beliau mempunyai kekuasaan tanpa alat-alat kekuasaan dan tanpa bantuan kekuasaan. Beliau biasa melakukan pekerjaan rumah tangga dengan tangan beliau sendiri, biasa tidur di atas sehelai tikar kulit, dan makanan beliau terdiri dari kurma dan air putih atau roti jawawut, dan setelah melakukan bermacam-macam tugas sehari penuh, beliau biasa melewatkan malam hari dengan mendirikan shalat dan doa-doa hingga kedua belah kaki beliau bengkak-bengkak. Tidak ada orang yang dalam keadaan dan suasana yang begitu banyak berubah telah berubah begitu sedikitnya.”
      Sehubungan dengan kenyataan tersebut Allah Swt. berfirman mengenai dua kali pengutusan Nabi Besar Muhammad saw. yakni di masa awal dan dan di masa akhir (Akhir Zaman)  -- firman-Nya:
  ہُوَ الَّذِیۡ  بَعَثَ فِی  الۡاُمِّیّٖنَ  رَسُوۡلًا مِّنۡہُمۡ  یَتۡلُوۡا عَلَیۡہِمۡ  اٰیٰتِہٖ  وَ  یُزَکِّیۡہِمۡ وَ  یُعَلِّمُہُمُ  الۡکِتٰبَ وَ  الۡحِکۡمَۃَ ٭ وَ  اِنۡ کَانُوۡا مِنۡ  قَبۡلُ  لَفِیۡ ضَلٰلٍ  مُّبِیۡنٍ ۙ﴿﴾  وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ  لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ  الۡعَزِیۡزُ  الۡحَکِیۡمُ ﴿﴾  ذٰلِکَ فَضۡلُ اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ یَّشَآءُ ؕ وَ اللّٰہُ  ذُو الۡفَضۡلِ الۡعَظِیۡمِ ﴿﴾
Dia-lah Yang telah membangkitkan di kalangan bangsa yang buta huruf  seorang  rasul dari antara mereka, yang membacakan kepada mereka Tanda-tanda-Nyamensucikan mereka, dan mengajarkan kepada me-reka Kitab dan Hikmah وَ  اِنۡ کَانُوۡا مِنۡ  قَبۡلُ  لَفِیۡ ضَلٰلٍ  مُّبِیۡنٍ  --   walaupun sebelumnya mereka berada dalam kesesatan yang nyata,  وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ  لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ  الۡعَزِیۡزُ  الۡحَکِیۡمُ --  Dan juga akan membangkitkannya pada kaum lain dari antara mereka, yang belum bertemu dengan mereka.  Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana. ذٰلِکَ فَضۡلُ اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ یَّشَآءُ ؕ وَ اللّٰہُ  ذُو الۡفَضۡلِ الۡعَظِیۡمِ --  Itulah karunia Allah, Dia menganugerahkannya kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah mempunyai karunia yang besar. (Al-Jumu’ah [62]:3-5).
        Jadi, menurut ayat  وَّ اٰخَرِیۡنَ مِنۡہُمۡ  لَمَّا یَلۡحَقُوۡا بِہِمۡ ؕ وَ ہُوَ  الۡعَزِیۡزُ  الۡحَکِیۡمُ --  Dan juga akan membangkitkannya pada kaum lain dari antara mereka, yang belum bertemu dengan mereka.  Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana”  bahwa  dibangkitkan-Nya  lagi Nabi Besar Muhammad saw. kedua kali dalam wujud Masih Mau’ud a.s. atau misal Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (QS.43:58)  -- yakni Mirza Ghulam Ahmad a.s.   --  di kalangan umat Islam  di Akhir Zaman ini benar-benar merupakan karunia Allah Swt. yang sangat besar:  ذٰلِکَ فَضۡلُ اللّٰہِ یُؤۡتِیۡہِ مَنۡ یَّشَآءُ ؕ وَ اللّٰہُ  ذُو الۡفَضۡلِ الۡعَظِیۡمِ --  Itulah karunia Allah, Dia menganugerahkannya kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.”

Kunci Pembuka “ Kekayaan Ruhani  Al-Quran” yang Berlimpah-ruah

        Dalam kapasitasnya sebagai Rasul Akhir Zaman yang dibangkitkan di kalangan pengikut Nabi Besar Muhammad saw. – yakni Imam Mahdi a.s. sekali gus sebagai Masih Mau’ud a.s.  – selanjutnya Pendiri Jemaat Muslim Ahmadiyah  bersabda:
      “Benar, tak ragu-ragu lagi bahwa aku sangat memusuhi perbuatan buruk, musuh segala macam kezaliman (keaniayaan), musuh setiap kefasikan (kedurhakaan) dan musuh segala macam pemberontakan, tetapi aku bukan musuh seseorang, karena semua itulah maka kekayaan yang telah kuperoleh adalah kunci semua khazanah dan nikmat surga.
       Gelora itulah yang penuh dengan kecintaan aku persembahkan ke hadapan manusia. Dan kekayaan-kekayaan yang telah kudapatkan ini sebenarnya adalah beraneka-ragam mutiara, mas, dan perak, bukan kehampaan belaka.
       Mudah sekali mendapatkan mata uang dirham, dinar, dan permata. Semuanya itu hanyalah lambang kekuasaan uang. Tetapi saksi-saksi langit ada padaku, yang tidak terdapat pada orang lain. Aku telah diberitahu bahwa di antara semua agama hanya Islam sajalah satu-satunya agama yang benar, dan di antara semua petunjuk  hanya  Quran Syarif  sajalah satu-satunya petunjuk yang sehat, sempurna, bersih dari campur-tangan manusia.”
        Pernyataan Masih Mau’ud a.s. mengenai khazanah ruhani yang hakiki yang beliau “keluarkan” dari Al-Quran  tersebut merupakan bukti kebenaran firman Allah Swt. dalam Surah Al-Jin ayat 27-29 sebelumnya, sebab tidak sembarang orang dapat menyentuh kandungan “khazanah-khzanah ruhani” Al-Quran yang halus kecuali orang yang “disucikan” Allah Swt. (QS.56:76-81).
       Mengapa demikian?  sebab orang-orang yang hatinya bengkok dan berpenyakit  bukannya mendapat petunjuk  yang hakiki dari Al-Quran melainkan  terjerumus dalam kesesatan  serta menjerumuskan orang-orang lain pula bersama mereka (QS.2:27-28; QS.3:8-9;  QS.6:117-118; QS.7:187; QS.13:28; QS.16:94; QS.40:35), firman-Nya:
اِنَّ اللّٰہَ لَا یَسۡتَحۡیٖۤ اَنۡ یَّضۡرِبَ مَثَلًا مَّا بَعُوۡضَۃً فَمَا فَوۡقَہَا ؕ فَاَمَّا الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا فَیَعۡلَمُوۡنَ اَنَّہُ الۡحَقُّ مِنۡ رَّبِّہِمۡ ۚ وَ اَمَّا الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا فَیَقُوۡلُوۡنَ مَا ذَاۤ  اَرَادَ  اللّٰہُ بِہٰذَا مَثَلًا ۘ یُضِلُّ بِہٖ کَثِیۡرًا ۙ وَّ یَہۡدِیۡ بِہٖ کَثِیۡرًا ؕ وَ مَا یُضِلُّ بِہٖۤ  اِلَّا الۡفٰسِقِیۡنَ﴿ۙ﴾
Sesungguhnya Allah  tidak malu  mengemukakan suatu perumpamaan  sekecil nyamuk bahkan  yang lebih kecil dari itu,   ada pun orang-orang yang beriman maka mereka mengetahui bahwa sesungguhnya perumpamaan itu  kebenaran  dari Rabb (Tuhan) mereka, sedangkan orang-orang kafir maka mereka mengatakan: “Apa  yang dikehendaki Allah dengan  perumpamaan ini?”    Dengannya   Dia menyesatkan banyak orang   dan dengannya pula    Dia memberi petunjuk banyak orang, dan sekali-kali   tidak ada yang Dia sesatkan dengannya kecuali orang-orang  fasik. (Al-Baqarah [2]:27).

Orang-orang “Berhati  Bengkok” yang “Disesatkan” Al-Quran & “Kemusyrikan”  Berupa “Penyembahan” (Taqlid Buta) Terhadap Para Pemuka Agama

         Jangankan orang-orang kafir,  sekali pun orang-orang beriman  -- tetapi jika dalam hatinya ada penyakit dan kebengkokan  -- mereka pun tidak akan memperoleh manfaat dari kesempurnaan Al-Quran,  sebagaimana firman Allah Swt. berikut ini kepada Nabi Besar Muhammad saw: 
ہُوَ الَّذِیۡۤ اَنۡزَلَ عَلَیۡکَ الۡکِتٰبَ مِنۡہُ اٰیٰتٌ مُّحۡکَمٰتٌ ہُنَّ اُمُّ  الۡکِتٰبِ وَ اُخَرُ مُتَشٰبِہٰتٌ ؕ فَاَمَّا الَّذِیۡنَ فِیۡ قُلُوۡبِہِمۡ زَیۡغٌ فَیَتَّبِعُوۡنَ مَا تَشَابَہَ مِنۡہُ ابۡتِغَآءَ الۡفِتۡنَۃِ وَ ابۡتِغَآءَ تَاۡوِیۡلِہٖ ۚ؃ وَ مَا یَعۡلَمُ  تَاۡوِیۡلَہٗۤ  اِلَّا اللّٰہُ  ۘؔ وَ الرّٰسِخُوۡنَ فِی الۡعِلۡمِ یَقُوۡلُوۡنَ اٰمَنَّا بِہٖ ۙ کُلٌّ  مِّنۡ عِنۡدِ رَبِّنَا ۚ وَ مَا یَذَّکَّرُ  اِلَّاۤ اُولُوا الۡاَلۡبَابِ ﴿﴾ رَبَّنَا لَا تُزِغۡ قُلُوۡبَنَا بَعۡدَ  اِذۡ ہَدَیۡتَنَا وَ ہَبۡ لَنَا مِنۡ لَّدُنۡکَ رَحۡمَۃً ۚ اِنَّکَ اَنۡتَ الۡوَہَّابُ﴿﴾

Dia-lah yang menurunkan Al-Kitab yakni Al-Quran  kepada engkau,  di antaranya ada aya-ayat yang muhkamat, itulah pokok-pokok  Al-Kitab, sedangkan  yang lain  ayat-ayat mutasyābihāt. Adapun   orang-orang yang di dalam hatinya ada kebengkokan maka mereka mengikuti darinya apa yang mutasyābihāt  karena ingin menimbulkan fitnah dan ingin mencari-cari takwilnya yang salah, padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya    kecuali Allah,   dan orang-orang yang memiliki pengetahuan mendalam berkata: “Kami beriman kepadanya, semuanya berasal dari sisi Rabb (Tuhan) kami.” وَ مَا یَذَّکَّرُ  اِلَّاۤ اُولُوا الۡاَلۡبَابِ  -- Dan  tidak ada yang meraih nasihat kecuali orang-orang yang mempergunakan akal.  رَبَّنَا لَا تُزِغۡ قُلُوۡبَنَا بَعۡدَ  اِذۡ ہَدَیۡتَنَا وَ ہَبۡ لَنَا مِنۡ لَّدُنۡکَ رَحۡمَۃً ۚ اِنَّکَ اَنۡتَ الۡوَہَّابُ   -- Ya Rabb (Tuhan) kami, janganlah Engkau menyimpangkan hati kami setelah  Engkau telah memberi kami petunjuk,  dan anugerahilah kami rahmat dari sisi Engkau, sesungguhnya Engkau benar-benar Maha Pemberi anugerah. (Âli ‘Imran [3]:8-9).
      Terjadinya berbagai   golongan (firqah dan mazhab) Islam  di Akhir Zaman ini yang sulit “dipersatukan”   di Akhir Zaman ini pun pada hakikatnya  akibat   perbedaan menafsirkan  makna   ayat-ayat Al-Quran tertentu  serta Hadits-hadits Nabi Besar Muhammad  saw., dan kenyataan tersbeut  merupakan bukti kebenaran pernyataaan Allah Swt. dalam ayat-ayat sebelumnya.
      Masing-masing firqah dari kalangan umat Islam yang saling bertentangan pendapat tersebut   merasa  bangga dan bertahan dengan pendapat mereka masing-masing, padahal Allah Swt. dalam Al-Quran telah memperingatkan umat Islam agar jangan terjerumus lagi kepada  “kemusyrikan”   berupa “mempertuhankan” para pemimpin firqah (mazhab) atau para pemuka agama mereka (QS.30:31-33), sebagaimana yang terjadi di kalangan golongan Ahli kitab (QS.9:30-33), firman-Nya:
فَاَقِمۡ  وَجۡہَکَ لِلدِّیۡنِ حَنِیۡفًا ؕ فِطۡرَتَ اللّٰہِ  الَّتِیۡ فَطَرَ  النَّاسَ عَلَیۡہَا ؕ لَا تَبۡدِیۡلَ  لِخَلۡقِ اللّٰہِ ؕ ذٰلِکَ الدِّیۡنُ الۡقَیِّمُ ٭ۙ وَ لٰکِنَّ  اَکۡثَرَ النَّاسِ لَا یَعۡلَمُوۡنَ ﴿٭ۙ﴾ مُنِیۡبِیۡنَ اِلَیۡہِ وَ اتَّقُوۡہُ  وَ اَقِیۡمُوا الصَّلٰوۃَ  وَ لَا تَکُوۡنُوۡا مِنَ الۡمُشۡرِکِیۡنَ ﴿ۙ﴾ مِنَ الَّذِیۡنَ فَرَّقُوۡا دِیۡنَہُمۡ  وَ کَانُوۡا شِیَعًا ؕ کُلُّ  حِزۡبٍۭ بِمَا لَدَیۡہِمۡ فَرِحُوۡنَ ﴿﴾
Maka hadapkanlah wajah kamu kepada agama yang lurus, yaitu fitrat Allah, yang atas dasar itu  Dia menciptakan manusia, tidak ada perubahan dalam penciptaan Allah,  itulah agama yang lurus,  tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.  مُنِیۡبِیۡنَ اِلَیۡہِ وَ اتَّقُوۡہُ  وَ اَقِیۡمُوا الصَّلٰوۃَ     --    Kembalilah kamu kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya serta dirikanlah shalat,  وَ لَا تَکُوۡنُوۡا مِنَ الۡمُشۡرِکِیۡنَ  -- dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang musyrikمِنَ الَّذِیۡنَ فَرَّقُوۡا دِیۡنَہُمۡ  وَ کَانُوۡا شِیَعًا ؕ کُلُّ  حِزۡبٍۭ بِمَا لَدَیۡہِمۡ فَرِحُوۡنَ  -- yaitu orang-orang yang memecah-belah agamanya dan mereka menjadi golongan-golongan, tiap-tiap golongan bangga dengan apa yang ada pada mereka. (Ar-Rūm [30]:31-33).
      Mengenai “kemusyrikan” yang terjadi di kalangan golongan Ahli-kitab Allah Swt. berfirman:
وَ قَالَتِ الۡیَہُوۡدُ عُزَیۡرُۨ  ابۡنُ اللّٰہِ وَ قَالَتِ النَّصٰرَی الۡمَسِیۡحُ  ابۡنُ  اللّٰہِ ؕ ذٰلِکَ قَوۡلُہُمۡ بِاَفۡوَاہِہِمۡ ۚ یُضَاہِـُٔوۡنَ  قَوۡلَ الَّذِیۡنَ کَفَرُوۡا مِنۡ قَبۡلُ ؕ قٰتَلَہُمُ اللّٰہُ ۚ۫ اَنّٰی  یُؤۡفَکُوۡنَ ﴿﴾ اِتَّخَذُوۡۤا اَحۡبَارَہُمۡ وَ رُہۡبَانَہُمۡ اَرۡبَابًا مِّنۡ دُوۡنِ اللّٰہِ وَ الۡمَسِیۡحَ ابۡنَ مَرۡیَمَ ۚ وَ مَاۤ  اُمِرُوۡۤا  اِلَّا  لِیَعۡبُدُوۡۤا  اِلٰـہًا  وَّاحِدًا ۚ لَاۤ اِلٰہَ  اِلَّا ہُوَ ؕ سُبۡحٰنَہٗ عَمَّا یُشۡرِکُوۡنَ ﴿﴾ یُرِیۡدُوۡنَ  اَنۡ یُّطۡفِـُٔوۡا نُوۡرَ اللّٰہِ بِاَفۡوَاہِہِمۡ وَ یَاۡبَی اللّٰہُ  اِلَّاۤ  اَنۡ  یُّتِمَّ  نُوۡرَہٗ وَ لَوۡ  کَرِہَ  الۡکٰفِرُوۡنَ ﴿﴾ ہُوَ الَّذِیۡۤ  اَرۡسَلَ رَسُوۡلَہٗ  بِالۡہُدٰی وَ دِیۡنِ الۡحَقِّ لِیُظۡہِرَہٗ عَلَی الدِّیۡنِ کُلِّہٖ ۙ وَ لَوۡ کَرِہَ  الۡمُشۡرِکُوۡنَ ﴿﴾
Dan  orang-orang Yahudi berkata: “Uzair  adalah  anak Allah”, dan orang-orang Nasrani berkata: “Al-Masih adalah  anak  Allah.” Demikian itulah perkataan mereka dengan mulutnya, mereka  meniru-niru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Allah membinasakan mereka, bagaimana mereka sampai dipalingkan dari Tauhid?   Mereka telah menjadikan ulama-ulama mereka dan rahib-rahib mereka  sebagai tuhan-tuhan selain Allah, dan begitu juga Al-Masih ibnu Maryam padahal  mereka tidak diperintahkan melainkan supaya mereka menyembah Tuhan Yang Mahaesa. Tidak ada Tuhan kecuali Dia. Maha-suci Dia dari apa yang mereka sekutukan.    Mereka berkehendak mema-damkan cahaya Allah  dengan mulut mereka, tetapi Allah menolak bahkan menyempurnakan cahaya-Nya, walau-pun orang-orang kafir tidak menyukai.   Dia-lah Yang telah mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk dan aga-ma yang haq (benar), supaya Dia mengunggulkannya atas semua agama   walau-pun orang-orang musyrik tidak menyukainya. (At-Taubah [9]:30-33).

Kesempurnaan Martabat Ruhani Nabi Besar Muhammad Saw. & Sabda-sabda Nabi Besar Muhammad saw. Mengenai Kedatangan Imam Mahdi a.s.  Sebagai “Hakim yang Adil

        Dengan demikian jelaslah mengapa di Akhir Zaman ini  -- guna menghakimi perselisihan agama di kalangan semua  umat beragama secara benar --  Allah Swt.  telah mengutus Imam Mahdi a.s. atau Masih Mau’ud a.s.  sebagai “Hakim yang adil”. Lebih lanjut Masih Mau’ud a.s. bersabda mengenai kesempurnaan martabat akhlak dan ruhani Nabi Besar Muhammad saw.:
      “Aku diberitahu bahwa di antara Rasul-rasul pembimbing yang sempurna, ‘alâ darjah (pemilik derajat tertinggi), penuh hikmah, insan kamil (manusia sempurna), teladan sempurna yang diperlihatkannya melalui riwayat  kehidupannya, hanyalah Sayyidina wa Maulana Muhammad Mustafa saw.. Dan melalui wahyu suci Allah aku diberitahu bahwa aku adalah Masih Mau’ud (Masih yang dijanjikan) dan aku Mahdi Ma’hud  (Mahdi yang dijanjikan) yang datang dari-Nya.
       Aku adalah “Hakim” yang membereskan semua perselisihan faham yang datang dari luar dan dalam. Nama Masih dan Mahdi yang diberikan ini keduanya adalah pemberian Rasulullah saw., kemudian Allah Swt. pun langsung memberikan nama ini kepadaku, dan selanjutnya zaman pun menuntut bahwa inilah namaku. Pendek kata inilah tiga saksi atas nama-namaku itu.”   
      Ada pun  yang dimaksud bealiau a.s. adalah sabda Nabi Besar Muhammad saw.  berikut ini:
       Dari Abu Hurairah r.a. berkata bahwa Nabi Muhammad rasulullah saw. bersabda: “Bagaimana keadaan kamu apabila turun Isa bin Maryam di antara kamu dan menjadi imam kamu dari antara kamu” (Bukhari jilid II, hal.166).
      Dari Abu Said al-Khudri r.a. meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Aku memberi kabar gembira tentang Imam Mahdi a.s. yang akan dibangkitkan dalam umatku dalam keadaan bahwa pada waktu itu   di antara manusa ada banyak perselisihan dan ada banyak kegoncangan maka ia akan memenuhi bumi dengan para marta dan keadilan setelah penuh dengan ketidak-adilan. Allah dan penghuni langit serta penghuni bumi akan ridha kepadanya dan  ia akan membagikan harta kepada semua orang dengan sama rata” (Musnad Ahmad bin Hanbal, jilid III hal.37).
      Dari Abu Said al-Khudri r.a. meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Al-Mahdi itu dari keturunanku, indah paras mukanya, bagus hidungnya, memenuhi bumi dengan kebaikan dan keadilan, setelah penuh kejahatan dan kezaliman, berkuasa tujuh tahun” (Abu Daud dan Misykat, hal. 470).
        Rasulullah saw. bersabda kepada Auf bin Malik r.a.:  “…..fitnah-fitnah akan datang kelak berturut-turut hingga akhirnya datang seorang laki-laki dari ahli-baitku yang dipanggil orang Al-Mahdi (Imam Mahdi), andaikata engkau mengalaminya ikutilah dia, masuklah ke golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Muntakhab Kanzul Ummal, pada Hamisy Musnad Ahmad bin Hanbal. Jld 5, hal.404).
      Dari Zabir bin Abdulah r.a.   berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa yang mengingkari keluarnya (kedatangan) Al-Mahdi (Imam Mahdi) kufurlah ia kepada apa yang diturunkan kepada Muhammad.” (Kitab Yanabi’ul Muwaddah, hal. 448).
        Abu Hurairah r.a. berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda: “…..Nabi Musa a.s. berkata, ‘Hai Tuhan-ku, sesungguhnya aku melihat dalam alwah (papan-tulis) bahwa akan ada satu kaum (umat), mereka diberi ilmu awal dan akhir. Dan mereka akan melawan dalam abad-abad  kesesatan terhadap Masih Dajjal.” Nabi Musa a.s. berkata, “Hai Tuhanku, jadikanlah itu umatku.” Tuhan menjawab, “Itulah umat Ahmad.” (Dalailun Nubuate, jilid I, hal. 14).
    Ibnu Umar r.a. berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Mahdi akan keluar, di atas kepadanya serban (memakai sorban) dan bersamanya ada penyeru yang menyerukan: “Mahdi Khalifah Allah, ikutilah  dia oleh kamu!” (Riwayat Abu Nu’aim).
       Rasulullah saw. bersabda: “Sudah dekat orang yang hidup di antara kamu akan bertemu dengan Ibnu Maryam sebagai Imam Mahdi dan Hakim yang adil,  ia akan memecahkan salib dan akan membunuh babi” (Musnad Ahmad bin Hanbal, jilid II, hal, 156).

(Bersambung)

Rujukan: The Holy Quran
Editor: Malik Ghulam Farid
                                                                              ***
Pajajaran Anyar,  16 April 2017



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Persamaan "Sunnatullaah" Mengeai "Kebinasaan Para Pendusta" Atas Nama "Allah Swt." Dalam "Al-Quran" Dengan "Sunnatullaah" Dalam "Kitab-kitab Ilhami"Dalam "Bible"

Bismillaahirrahmaanirrahiim “ARBA’IN” ARBA’IN LI-ITMÂMIL HUJJAH ‘ALAL MUKHALLIFÎN (Empat Puluh Risalah, Menyempurnakan Argu...